Mas Dewa meraih pergelangan dan membawa telapak tanganku pada bibirnya tanpa aba-aba dan memberikan sebuah kecupan lama di sana. Kalau saja aku wujudku saat ini bukan manusia, melainkan es krim, mungkin aku sudah meleleh ke mana-mana karena mendapati perlakuan Mas Dewa yang terlampau manis itu. “Udah, ah. Kamu mandi sana, Mas. Ini udah jam sepuluh lewat,” titahku pada Mas Dewa. Pria itu pun lantas menganggukkan kepalanya dan menuruti ucapanku. "Mau ikut aku mandi?" tanya Mas Dewa menawarkan dengan sebelah alisnya yang terangkat. Pertanyaan pria itu diiringi dengan ekspresi wajah menggodanya yang bahkan lebih mirip seperti orang berotak m***m yang tampak menggelikan. Nggak tahan dengan ekspresi yang disuguhkan oleh Mas Dewa, aku pun meraih bantal dan melemparnya ke arah Mas Dewa. Namun,