20-21

1986 Kata

Aku mengepalkan tangan. Sungguh merasa begitu geram. Syafitri kini terang-terangan mengatakan menyesal telah menikah denganku. Hatiku panas tak terkira. Jantungku mengentak-entak menahan kekesal yang semakin lama kian membuncah. Dengan tangan terkepal menahan amarah, aku melangkah masuk ke dalam kamar, memandang wajahnya dengan sinis. "Kamu sungguh keterlaluan, Mbak. Bisa-bisanya menyiramku dengan teh padahal aku sudah siap berangkat kerja!" Ia segera membelakangiku, mengusap bedak ke wajah, memoles bibir, lalu menyematkan bros ke jilbab. Sepertinya ia sengaja tak mau bersitatap denganku. "Apa kamu mendengarku?!" tanyaku kesal karena terus dicueki. Aku paling tak suka diacuhkan. "Dengar! Aku kan punya telinga." Ia menyahut sinis. "Apa susahnya sih tinggal ganti baju aja, Mas?" katan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN