Sore ini Warti kedatangan teman-temannya hingga membuatnya harus menjamu mereka dengan sangat baik. Tidak lupa wanita tua itu juga mengeluarkan koleksi berlian miliknya yang membuat teman-temannya berteriak dengan rasa iri karena Warti memiliki banyak sekali koleksi berlian terbaru.
"Kalau yang ini saya dapat dari Paris. Kalian tahu, ini edisi terbatas alias limited edition. Jadi, cuma saya di Indonesia yang punya ini. Kalian-kalian pasti terlambat dapatnya," ujar Warti dengan penuh kemenangan.
"Beruntung banget kamu bisa dapat seperti ini. Kamu belinya langsung dari kolektornya atau bagaimana?"
"Kok, kolektor? Dari perusahaannya lah. Kebetulan, bulan lalu perusahaan milik anak saya yang ada di luar negeri dapat kesempatan buat membeli berlian ini. Anak saya dapat, dan langsung memberikannya pada saya, ibu kandungnya." Warti tersenyum culas. "Kamu punya uang banyak belum tentu bisa mendapatkannya. Jadi, kamu pasti akan terus merasa iri dengan saya."
"Sudah tahu kami iri, tapi kamu masih memamerkan pada kami."
Teman-temannya terkekeh mendengar perkataan Warti.
Jangan tanyakan Warti yang saat ini sudah sangat besar kepala karena dipuji oleh teman-temannya.
Inilah yang diinginkan dari semua orang yang dikenalnya. Apalagi jika Warti ingin diakui keberadaannya.
"Eh, Ti, ngomong-ngomong katanya kamu sudah punya cucu menantu. Di mana cucu menantumu itu? Aku penasaran," tanya seorang teman pada Warti.
Tidak bisa menutupi rasa penasarannya karena sepertinya pernikahan cucu Warti ditutup-tutupi.
Ekspresi wajah Warti yang semula bersemangat kini berubah. Wajah senangnya berubah menjadi kesal ketika mendengar pertanyaan yang menurutnya sangat tidak penting itu.
"Tidak usah dibahas. Cucuku si Abraham tidak jadi menikah. Jadi tidak perlu kamu tanya-tanya di mana dia." Sampai mati pun Warti tidak akan mau mengakui jika Sabrina adalah cucu menantunya.
Wanita dari kelas rendah seperti Sabrina sangat tidak cocok untuknya. Apalagi harus menjadi bagian anggota keluarga mereka, Warti benar-benar tidak akan menerima kehadirannya.
"Oma, lihat keberadaan istriku tidak? Tadi katanya turun ke bawah buat ambil air minum. Sampai sekarang belum kembali juga," tegur Abraham.
Pria itu tidak lupa untuk mengedarkan pandangannya ke sekitar mencari keberadaan istrinya yang ia tahu masih berada di kamar. Tidak sengaja tadi ia mendengar suara Omanya berbicara dengan teman-temannya.
"Lho, ini Abraham. Katamu tadi Abraham tidak jadi menikah. Terus kenapa sekarang dia mencari keberadaan istrinya?" Teman Warti yang bertanya tadi langsung menatap ke arah Warti dan juga Abraham secara bergantian.
"Eh, hai, Nek Ambar. Aku memang tidak jadi menikah tapi dengan wanita pilihan Oma. Aku menikah dengan wanita pilihanku sendiri," ujar Abraham. "Namanya Sabrina, kami juga sudah bulan madu beberapa hari yang lalu. Jadi sekarang statusku sebagai suami orang," kata Abraham menatap teman Omanya.
"Nah, berarti benar kalau cucu kamu sudah menikah. Kenapa tidak mengakui saja dari tadi?" Teman-temannya menggelengkan kepala mendengar apa yang diucapkan oleh Warti tadi.
"Saya tidak akan mengakui istri Abraham sebagai cucu menantu saya. Dia tidak pantas untuk menjadi istri cucu saya. Saya tidak rela dan saya tidak akan merestuinya," kata Warti terang-terangan.
"Kenapa memangnya kamu tidak merestui hubungan Abraham dengan istrinya? Mau bagaimanapun dia sudah menjadi istrinya Abraham."
Warti tentu tidak akan menjawab pertanyaan temannya itu karena ia tidak akan mau mengatakan pada mereka jika istri Abraham adalah seorang cleaning service di rumah sakit.
"Karena istriku bekerja sebagai cleaning service, Nek. Oma sangat membenci istriku karena pekerjaannya. Bukankah semua pekerjaan itu baik jika diperlakukan dengan cara positif? Daripada istriku menjual barang haram ataupun mencuri 'kan?"
Wanita tua berjumlah 5 orang itu langsung membelalakkan mata mereka ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Abraham. Belum lagi kalimat santai yang dilontarkannya terutama profesi istri dari pria itu yang ternyata seorang cleaning service.
Mereka saling menatap kemudian saling berbisik sambil menatap ke arah Warti.
Seorang wanita lainnya tersenyum menatap Abraham. "Tidak masalah apapun pekerjaannya, yang penting tidak merugikan orang lain. Cleaning service di mana dia?"
"Di rumah sakit tempatku bekerja. Dia sangat cantik. Apa Nenek mau aku perkenalkan dengan istriku?" Abraham menawarkan dengan mengangkat sebelah alisnya.
Warti yang mendengar langsung berdiri menatap tajam pada mereka semua lalu mengusir Abraham dari hadapannya.
"Pergi dari sini dan jangan gabung di sini. Kamu cuma bisa buat Oma malu saja."
"Padahal dari tadi aku tidak melakukan apapun, Oma." Abraham mengangkat kedua tangannya sambil tersenyum pongah. Pria itu melangkahkan kakinya menuju dapur untuk mengambil air minum sesuai dengan tujuan awalnya yang memang akan pergi ke dapur.
Teman-teman Warti masih sibuk membicarakan tentang istri Abraham yang seorang cleaning service.
Tidak ada yang menyangka jika dokter Abraham yang memiliki wajah tampan juga berasal dari keluarga kaya raya ternyata mengambil seorang Istri dengan level di bawahnya.
"Kalian tidak usah membicarakannya lagi. Tidak penting juga," tekan Warti.
Abraham tertawa sendiri saat melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar. Dilihatnya Sabrina yang sedang menonton acara televisi yang ditayangkan oleh stasiun TV swasta.
Mendengar tawa pria itu membuat Sabrina menoleh.
Di hadapannya ada toples berisi cemilan juga Abraham sengaja turun ke bawah karena memang mengambil air minum. Sebenarnya Sabrina yang akan turun, namun pria itu yang mengajukan diri karena ia tahu di bawah ada teman-teman Omanya.
"Kenapa, Mas?" Kepala Sabrina miring ke samping menatap Abraham.
"Aku membuat oma malu. Rasanya sangat menyenangkan." Pria itu membalas sambil mengangkat bahunya. "Ini sangat memuaskan bagiku," tambahnya tersenyum puas.
Melihatnya tentu Sabrina menggelengkan kepala. "Kenapa hobi sekali membuat Oma sendiri naik darah dan malu? Untung saja Oma tidak memiliki penyakit darah tinggi atau jantung. Bisa-bisa terkena stroke beliau," kata Sabrina dengan polosnya.
"Itu yang aku tunggu. Kalau bisa dia harus segera terkena stroke biar tidak bisa mengomel lagi," balas Abraham.
Sabrina sekali lagi menggelengkan kepalanya mendengar apa yang dijawab oleh Abraham memang agak kejam menurutnya.
"Daripada pusing mikirin Oma. Mendingan kita nonton ini." Abraham kemudian mengganti channel menjadi tontonan horor bercampur action yang membuatnya segera duduk di sebelah Sabrina dengan kedua kaki yang diletakkan di atas sofa. "Kamu tidak takut kita menonton horor? Ini hantunya bisa muncul kapan-kapan."
Abraham berusaha untuk menakuti Sabrina. Sayangnya, Sabrina tidak takut sama sekali.
"Aku tidak takut sama sekali. Ini tentang apa?" Sabrina memfokuskan tatapannya pada layar besar di hadapannya.
"Tragedi pembunuhan di villa. Misterinya masih belum dipecahkan." Abraham menjawab dengan tenang.
"Mas sudah pernah menonton sebelumnya?"
"Sudah tapi baru pertengahan jalan belum sampai akhir. Makanya ini mau nonton, mumpung belum berangkat ke rumah sakit. Nanti kalau aku tidur kamu bangunkan aku seperti kemarin," ucap Abraham.
"Iya."
Keduanya akhirnya fokus pada tontonan di hadapan mereka.
Film ini menceritakan tentang kematian seorang perempuan bernama Astri yang jasadnya ditemukan terkubur dalam posisi berdiri.
Arwah Astri bergentayangan menghantui setiap tamu yang menginap di villa yang sudah disewakan.
Sekelompok orang yang menjadi tamu tidak betah dan memutuskan untuk melaporkan pada pemilik villa tentang hantu yang mereka temui.
Misteri kembali terbuka dan saling menuduh itulah yang mereka lakukan.
"Menurut kamu, siapa orang yang membunuh Astri? Kalau menurut pandanganku, sepertinya yang membunuh Astri adalah penjaga villa. Jika dilihat-lihat, gerak-gerik penjaga villa memang sangat mencurigakan." Abraham berkomentar menatap layar di hadapannya.
"Bukan penjaga villa pelaku pembunuhnya. Tapi, ibu kandung dari Astri sendiri."
Spontan Abraham menatap tidak terima dengan komentar Sabrina yang menurutnya sangat tidak masuk akal.
"Tidak mungkin ibu kandungnya yang membunuh dia. Ibunya adalah orang yang paling bersedih karena kehilangan putrinya. Lihat saja, ibunya menangis dan banyak adegan terlihat ibunya yang memegang pakaian Astri sambil menangis merindukan putrinya."
Sabrina menatap fokus pada wajah ibunya yang kini sedang di shoot.
"Ibunya menangis bukan karena merasa kehilangan, tapi menangis menyesal karena sudah menghilangkan nyawa putrinya sendiri."
Segera, Abraham memfokuskan tatapannya pada Sabrina. "Mengapa kamu bisa yakin kalau yang membunuh Astri adalah ibu kandungnya?"
"Soalnya, arwah Astri hanya menggentayangi penghuni lain dan juga penjaga villa. Tapi dia tidak mengganggu ibunya sendiri. Padahal tempat tinggal Astri dan juga vila itu bersebelahan."
Sekali lagi Abraham tercengang dengan cara berpikir Sabrina sampai kemudian di penghujung cerita akhirnya terkuak jika yang membunuh Astri adalah ibu kandungnya sendiri.
Hal ini dilakukan oleh ibu Astri karena kesal ternyata putrinya sudah tidak perawan lagi dan laki-laki yang merebut keperawanya adalah ayah kandungnya sendiri.
Ibunya Astri marah dan gelap mata karena ternyata putrinya sering tidur dengan suaminya. Lebih mengenaskan lagi, ternyata Astri juga menyukai ayahnya sendiri.
Daripada dosa Astri semakin banyak di dunia ini, maka ibunya memutuskan untuk menghilangkan nyawanya.
Sementara ayah kandung Astri juga sudah meninggal akibat kecelakaan yang disebabkan oleh ibunya Astri.
Abraham mengacungkan jempolnya pada Sabrina. Istrinya hanya melihat dari layar namun bisa menebak siapa pelakunya.
"Kamu sangat menakjubkan." Pujian terlontar dari mulut Abraham, tidak membuat Sabrina besar kepala.