7

884 Kata
Justine meremas kotak rokok yang baru saja ia beli. Saat ini Justine tengah menunggu Clara. Di depan sebuah mini market dua puluh empat jam, Justine menggelengkan kepala. Tak menyangka jika gadis sampah, benalu dihidupnya adalah sosok berkuasa. Gadis itu bisa melakukan segala hal dengan harta keluarganya. 'Gadis bodoh itu!', geram Justine dalam hati. Bagaimana bisa dengan tidak malunya ia menyebarkan gosip palsu. Mengundang pers dengan memberitahukan kehamilan bohongan keseluruh penjuru Indonesia. Gila!nggak waras! Wanita itu memang harus diberi pelajaran, batin Justine. Bagi Justine ia dan keluarganya terbiasa dengan gosip murahan seperti ini. Ia hanya tak mampu membanyangkan tanggapan Valery beserta keluarga besar gadis yang ia cintai. Sial, sial! Padahal Justine ingin sekali menyatakan perasaannya pada Valery; Adik perempuan Vero yang saat ini masih duduk di bangku menengah atas. Gagal sudah rencana Justine untuk bisa memingang pujaannya. "Lo dimana, hah! Gue udah nunggu lo!" bentak Justine murka. Gadis itu sungguh menguras batas kesabarannya. Sudah setengah jam Justine menunggu kedatangan Clara tapi batang hidungnya saja tidak ada nampak dibola mata Justine. 'Bentar lagi aku sampai Jus, aku naik Taksi nggak mungkin bawa mobil sendiri. Pengawal Papah pasti ngikutin aku.' diseberang sana, suara Clara bergetar. Pertanda ia takut dengan situasi yang saat ini tengah ia hadapi. "Persetan sama pengawal dan Papah lo! Gue nggak perduli. Cepat ke sini sekarang juga!" Muak adalah perasaan yang menggambarkan diri Justine pada Clara. Sebegitu tidak punya harga dirikah wanita itu, sehingga mengemis cintanya dengan jalur nista. "Just...." Justine bangkit dari kursi besi yang ditempatinya di depan mini market tempatnya menunggu. Dengan d**a bergemuruh ia menyeret pergelangan tangan Clara dan memasukkan secara paksa tubuh gadis itu ke dalam mobilnya. Brakk... "Jus, kita mau ke mana?" tanya Clara, gadis itu ketakutan melihat amarah yang berkobar dimata Justine. "Diem lo!" bentak Justine kencang. Dengan emosi di ubun-ubun Justine menginjak pedal gas. Amarahnya harus ia tuntaskan agar gadis disampingnya itu jera dan tak lagi membuat ulah. "Just.. Just kita ngapain ke sini." Clara semakin ketakutan saat Justine membelokkan mobil ke lahan kosong yang sepi dari pemukiman. "Ngapain?" tanya Justine lalu tertawa, membuat Clara semakin takut dengan reaksi yang diberikan Justine. Justine keluar dari mobil. Dengan cepat ia membuka pintu mobil tempat dimana Clara duduk."Just lo mau apa?" pekik Clara saat Justine menarik tangannya keluar dari mobil milik laki-laki itu. Justine mendorong tubuh Clara kasar hingga tubuh itu terjatuh di atas kap mobil. Ia harus memberi Clara pelajaran yang setimpal dengan kekacauan yang wanita itu ciptakan dihidupnya. "Inikan yang lo mau?" bentak Justine lalu meremas kuat salah satu p******a Clara. "Ini kan Jalang?" hardik Justine tanpa belas kasih. "Arrgg, sakit Just. Sakit." teriak Clara kesakitan. "Jalang, lo! Lo emang pantes diperlakuin kaya gini." ujar Justine meremas kembali p******a Clara lebih kasar. "Lo pengen hamil anak gue kan? Gue kabulin Jalang." sentaknya membuat mata Clara membulat. Clara menggelengkan kepalanya ketakutan. Bukan hal seperti ini yang Clara inginkan. "Nggak.. Gue nggak mau Just." Justine tertawa hebat. Tangamnya turun ke bawah. Sepertinya nasib baik memang berada dipihaknya. Dengan mudah ia menarik paksa celana dalam Clara. Suruh siapa wanita itu memakai mini dress, batin Justine. "Apa lo bilang? Bukannya lo mau hamil anak gue? Gue bakal bikin lo hamil anak gue Cla. Gue pastiin lo hamil." dengan seringaian bak iblis, Justine memicingkan mata seolah berjanji jika ucapannya pasti akan terwujud. "Ja.. Jangan Just. Gue nggak mau." tolak Clara mencoba melawan sekuat yang ia mampu. Plaakkk... "Jalang!" maki Justine setelah menampar keras pipi Clara. Tangan kirinya mencekik batang leher Clara, sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk meloloskan pakaian bawahnya. "Arrgg, sakit." teriak Clara kesakitan saat Justine memasuki dirinya secara paksa dalam satu sentakan. "Lebih sakit hati cewek gue kalau dia liat drama lo sama bokap lo." bisik Justine sembari melakukan aksinya. Entah apa yang merasuki Justine, ia sendiri sadar dalam melakukan pelecehan pada Clara. Memang hal ini yang ia inginkan. Membuat Clara jera! "Sakit Just.. Sakit gue nggak mau." Justine tertawa melihat raut wajah kesakitan Clara. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa gadis yang terobsesi padanya itu ternyata masih perawan. Mungkin itu yang dinamakan keberuntungan. Ayolah! Lelaki sepertinya jelas berpengalaman. "Arrgg, sialan lo. Sialan!" maki Justine sembari memompa miliknya ditubuhh Clara. Tidak ada cinta, semua murni dendam. "Stop, udah.. Udah.. Sa-sakit.. Saakit Just. Hikss...." isak Clara merasalan nyeri di intinya. "Arrgg... Hamil lo anak gue, hamil lo." erang Justine sembari menancapkan miliknya yang berdenyut di pusat inti Clara. "Jahat!" Clara jatuh di atas rerumputan. Ia tak memiliki daya untuk tetap tegar dan bangkit dari tempatnya. Sedangkan Justine, ia hanya menatap datar tubuh lemah Clara sembari membenarkan pakaian. "Jauhi gue atau gue bakal buat lo lebih menderita dari ini." ancam Justine lalu berjalan masuk ke dalam mobil. Tak berselang lama, Justine kembali membuka pintu mobilnya. Brukk.. "Nih tas lo, gue nggak sudi balik sama lo." ucapnya lalu meninggalkan Clara yang terisak sembari mengambil celana dalamnya. Tangan Clara bergetar, meraih sesuatu di dalam tas. Ia harus menelepon Axel, begitulah pemikiran yang terlintas di dalam otak Clara. Axel, hanya laki-laki itu yang saat ini bisa membantu dirinya. Hanya Ax-nya. "Ax angk..." lirih Clara. Pada dering ke tiga, sambungan teleponnya terhubung membuat Clara segera memanggil berulang kali nama Axel. "Ax... Ax.. Hiks, Ax..." "Angels.. Kamu kenapa?" tanya Axel panik saat mendengar isakan dari Clara. "Ax... Ax ak.." To be continued....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN