18

784 Kata
Kediaman Michell Darmawan.. Justine meraih handle pintu, bersiap untuk membuka mobil untuk Clara. Tentu saja melihat itu Clara mendengus kesal. Sok perhatian! Apa sih maunya?! membuat Clara mendengus sebal- begitu Clara membatin dalam hati. Ia tak mengerti apa sih yang Justine inginkan. Berlagak baik-lalu sedetik kemudian kembali menyebalkan. Berubah terus seperti bunglon. Clara kesal! "Cla..." pekik Justine tajam saat Clara mendorong tubuhnya dan meninggalkan Justine untuk masuk ke dalam rumah dengan pintu mobil yang masih terbuka. Ingin sekali Justine mengubur hidup-hidup wanita yang dulunya selalu manis itu. Justine menahan lengan Clara cepat, "berapa kali gue harus bilang, kalau mau naik tangga, ngomong sama gue!", bentak Justine. Sebenarnya harus berapa kali Justine ingatkan pada wanita dihadapannya ini. Bukankah dengan kekerasan kepala wanita itu justru bisa membahayakan apa yang selama ini ia pertahankan diperutnya. "Berapa kali juga gue bilang, nggak usah sok perduli!", balas Clara dengan suara tajam. Ibu hamil itu masih menyimpan amarah karena perlakuan Justine di kampus tadi. "Gue emang perduli, Breng..." "Auh!" Justine menghentikkan makiannya saat merasakan cengkeraman jari-jari Clara dilengannya. Wanita itu kini berpegang erat pada diri Justine. "Lo kenapa? Perut lo sakit?" tanya Justine menahan berat badan Clara. Jujur saja Justine panik. Ia senditi tak mengerti kenapa, yang jelas Clara harus baik-baik saja. "Berisik, lo itu berisik banget! Perut gue sakit denger kata-kata lo." amuk Clara sembari melingkarkan tangan ke leher Justine, "bawa gue ke kamar. Gue udah capek!" titah Clara. Nglunjak lo ya, desis Justine dalam hati. "Katanya lo masak buat gue, masak apaan?" tanya Justine setelah merebahkan Clara di atas ranjang. "Masak ayam tiren, bumbu suami tiramnas." Justine bergidik menu makanan macam apa yang disebutkan Clara, yang dirinya tahu hanyalah arti kata tiren yang merupakan mati kemaren (Kemarin). "Tiramnas apaan?" "Mati Siram Air Panas." "Allahuakbar!" pekik Justine berjengit kaget. Bukan hanya pada arti kata singkatan yang Clara sebutkan, melainkan tatapan tajam membunuh milik wanita itu. "Nyebut lo?! Gue kira lo nggak tahu arti kata nyebut." Golok juga nih cewek, tapi tunggu di artikel yang gue baca tadi. Ibu-ibu hamil emang sensian. Jadi kaya masa mau gebukin copet gitu, suami harus sabar biar anaknya berada di jalan yang benar. "Gue laper." desah Justine lalu duduk disamping tubuh Clara yang berbaring. "Gue enggak!" sahut Clara cepat. Sabar Just, sabar. Salah lo ngehamilin si Cloropil. Lo kan tahu, sengkleknya otak dia.. Sabar.. Sabar.. "Gue nggak nanya lo." ujar Justine sembari menatap mata Clara tajam. Seolah bahwa kali ini dia benar-benar marah pada Ibu dari anaknya itu. "Emang gue ngomong sama lo." balas Clara membuat Justine mengertakkan giginya karena kesal. Wanita di depannya ini memang sangat-sangat menguji mental. Kesal dan takut membentak Clara dengan suara gaharnya, Justine memilih untuk bangkit dari ranjang. Ia membuka pintu kamar Clara dengan darah mendidih lalu menutup dengan deburan yang sangat kencang. "Hallo.. Papi." sapa Justine. Justine memang sengaja menelepon sang Papi. Setelah kejadian suami dan anak tiri itu, Justine mengadukan semua cerita itu pada Michell. Meski kesal karena dikompori oleh papinya, tapi hati nurani lelaki itu memang tak pernah rela jika kelak anaknya harus di rawat oleh orang lain. Apalagi jika kelak sampai dibentak-bentak dan dijadikan alasan untuk bertengkar Clara dan suami barunya nanti. Hih! Amit-amit! "Gimana? Papi lagi lunch sama Mamj kamu. Jangan gangg..." Enak saja, batin Justine. Papinya diseberang sana sedang enak-enak makan siang sedangkan dia di rumah sama Clara makan hati dan angin, "Pi, Just udah berhasil enggak bentak-bentak, kencang-kencang sama Clara. Bayi Just enggak akan luruh kaya lemak-lemak yang kena Mama-Lime kan Pj?" tanya Justine serius. Sebenarnya Michell ingin tertawa saat mendengar pertanyaan anak super cerdasnya. Nakal kalau cuman karena emosi jadinya ya begitu. Masih ada bego-begonya gimana gitu. "Tenang aja, pokoknya jangan dibentak. Jangan dikasarin. Kasihan anak kamu, apalagi kalau yang jadi suaminya si Clara Axel. Beuh, mau kamu anak kamu di asuh sama Om Ditto yang rada-rada itu? Papi sih nggak jamin dia nanti nggak eror ya.." kompor Michell sembari membawa nama sahabatnya sendiri. "Nggak Pi, Just nggak rela." "Makanya. Papi kasih tahu rahasia, istri kalau lagi hamil disayang-sayang nanti kamu yang dapet enaknya. Percaya deh!" "Bener enggak? Justine udah pengen jorokin si Clara ini." decak Justine mencoba jujur. "Justine!" Justine mendengus saat mendengar suara sang Mami yang berteriak kencang memanggil namanya. "Percaya aja deh." "Halo.. Pi, Pi! Aisaaaahhhhh, punya pacar!" maki Justine saat sang Papj memutuskan sambungan telepon. "Ooooh, Michell Dadargulung! Vangke!" umpat, Justine kesal dengan kelakuan papinya. Sayang-sayang Clara. Sayang, sayang. Biar enak kata Papi- rapal Justine dalam hati. Kali ini ia akan percaya pada lelaki yang kata Omanya g****k setengah mati. "Sayang-sayang Cla, biar enak Just.." "Sayaaaaangggg...." teriak Justine lalu kembali menaiki tangga. "Kasih enaaaaaakkkk!" to be continued...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN