12

866 Kata
"Ssttt, lepasin tangan lo dari tubuh gue." erang Clara saat Justine meremas keras salah satu p******a milik wanita itu. "Mendesah Jalang?" tanya Justine menghina Clara yang merintih dibawahnya."Dan lo, harus tahu gimana rapuhnya Adriana saat Axel mutusin dia buat tanggung jawab ke lo." "Ahh, STOP." isak Clara saat Justine kembali meremasnya lebih kuat. "Nikmatin aja, lo pantes dapetin ini. Nanti gue bayar." bisik Justine lalu melumat bibir Clara. Clara sekuat tenaga ingin mendorong tubuh Justine. Namun semuanya sia-sia saat laki-laki itu menampar pipinya dengan keras."Diem! Karena gue mau kasih apa yang lo minta. Lo cukup hamil anak gue kan, lalu setelah itu enyah dari hadapan gue! Gue muak liat jalang kaya lo." maki Justine. Laki-laki itu melepaskan kaos yang ia kenalan. Lalu mengikatkan pada lengan Clara yang ia letakkan di atas kepala. Justine menyeringai saat ia turun ke arah bagian bawah tubuh Clara. Dengan paksa Justine menarik celana hitam Clara tanpa melepaskan boots milik Clara dari kakinya. Menelanjangi tubuh Clara yang telah melemah. "Arrggg." jerit Clara kesakitan saat Justine memasukan miliknya dengan paksa. Lo nyakitin gue lagi Jus, lo sakitin gue lagi tanpa tahu siapa yang merancang ide konferensi pers itu, isak Clara dalam hati. "Stop, sakit." lirih, Clara, memohon. Berharap Justine akan menyudahi aksi jahatnya. "Nggak usah protes. Gue pasti bikin lo hamil kok." kekeh Justine memaju mundurkan miliknya ditubuh Clara. "Sak... Emppp." lirihan kesakitan Clara terhenti saat Justine melumat bibirnya keras. Maafin Kakak Vale, dia harus nangis seperti tangisan kamu malam itu. Dia harus tahu rasanya kecewa seperti kamu yang kecewa malam itu. Aku cinta kamu Va.. Cinta kamu... "Ahhh, s**t! Kenapa lo sempit banget." erang Justine saat melepaskan ciumannya. "Berh.. Enti.. Hiks.. Berhenti." ujar Clara terbata. Clara merintih merasakan sakit ditubuhnya karena Justine melakukannya dengan keras. "Gue nggak akan berhenti sebelum gue keluar di dalem lo. Sampai berkali-kali, sampai gue yakin lo bakal hamil anak gue." bisik Justine di telinga Clara. Clara menggelengkan kepalanya dengan air mata yang terus mengalir. "Arrh, shit... s**t! Gue mau keluar, gue mau keluar." racau Justine semakin menggila ditubuh Clara. "Aahhh... Fuck." teriak Justine melepaskan cairannya di dalam Clara. "U.. Ud..ah, hiks. Stop.. Udah." isal Clara saat Justine kembali bergerak dalam dirinya. "Lo harus puasin gue dulu baru gue udahin." ujar justine dengan tatapan mata menggelap. Shella- Mama kandung Justine, menatap curiga para asisten dirumah yang nampak gelisah. Mereka sama sekali tak terlihat senang, padahal Shella saat ini membawa banyak makanan. Respon yang sangat jauh berbeda dari biasa yang mereka nampakkan. "Kalian kok nggak sumringah gitu. Ada apa? Apa yang buat kalian gelisah gini?" selidik Shella. Wanita itu mencium hal yang tidak beres dirumahnya. "Anu, Bu. A-Nu." "Fat kamu kenapa? Ini ada apa?" tanya Michell meletakkan gelas dari tangannya ke meja dapur. Aneh sekali. Ini sungguh diluar kebiasaan para asisten rumah tangga yang sudah di anggap bagian keluarga Michell. Biasanya ketika Michell dan Shella membawa banyak makanan mereka akan mengantri satu persagu sampai Michell mengatakan untuk berebut siapa yang beruntung. Tapi hari ini sangat berbeda, setelah membukakan pintu, Michell sama sekali tidak melihat mereka yang biasanya menyambut. "Anu.." jawab Fattima gugup. Wanita yang sudah sepuluh tahun bekerja pada Michell itu tak tahu harus menjelaskan dari mana. "Anu.. Anu apaan sih? Kalian diet? biasanya pada nyamber." selidik Michell, "itu si Just mana? Biasanya dia di depan TV jam segini sambil ngemilin nugget. Kemana anak itu?" tanya, Michell heran karena Justine tidak terlihat padahal mobil putranya itu ada di depan. "Anu Pak.." "Apasih, anu-anu.. Anu apaan? Udah, saya mau cek anak manja saya dulu. Jangan-jangan dia belum makan lagi." seloroh Michell membuat tiga ARTnya menengang ditempa. Pasalnya anak majikannya itu belum keluar dari kamar sejak tadi siang. "Pak.. Pak.. Bapak butuh ini." ujar Fattimah mengulurkan kunci serep kamar Justine. Ia yakin majikannya itu sangat membutuhkan itu nanti. "Ngapain emang?" tanya Michell menaikkan alisnya. "Pakai aja Pak.. Aden pasti nanti bukanya lama." jawab Fattimah takut-takut lalu memilih memundurkan langkah untuk membantu istri sang nyonya membereskan makanan. Mata Michell terbelalak saat melihat anak semata wayangnya tengah menggagahi Clara yang tak sadarkan diri. Dengan mata memerah, Michell menarik tubuh Justine. Anak itu bahkan tak menyadari keberadaan Michell. "Arrgg... s**t!" maki Justine karena sebentar lagi harusnya ia mencapai puncak klimaks. "Pap..." Belum selesai Justine menyebutkan kata 'Papah', Michell terlebih dulu melayangkan kepalan tangan ke arah anak itu. Membuat Justine mengaduh. "Maamaaah!" teriak Michell kencang, laki-laki itu memejamkan mata, tak mau melihat apa yang seharusnya ia lihat. Tangan Papah Justine itu juga masih terkepal karena geram melihat kelakuan b***t putra yang selalu ia banggakan. "Mamaaah!" "Ada ap... Astaga... Justine." jerit Shella saat melihat tubuh Clara yang terpejam tanpa sehelai benangpun diranjang milik Justine. Shella berjalan cepat menuju Justine sedangkan Michell mencoba mengatur nafasnya yang terasa berat. Plakk... Satu tamparan berhasil lolos dari tangan Ibu satu anak itu. Tangannya bergetar saat menatap nyalang sang putra, "kamu b******k!" maki Shella tak mampu menahan tangis. Tubuhnya bahkan bergetar hebat dengan bibir yang mengluarkan isakan. "Pakai baju kamu! Bawa Clara ke rumah sakit." desis Michell tajam lalu menuntun sang istri yang syok melihat apa yang telah dilakukan oleh putra mereka. to be continued...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN