"Ikut gue.. Jalang!"Clara meronta saat Justine menarik lengan kanannya.
Ah, salah! Justine tak hanya menarik, lebih tepatnya Si b******k yang dicintai Clara itu menyeret paksa tanpa belas kasih.
"Lepas!" sentak, Clara, "lo apa-apaan sih, lepasin nggak sialan!" kali ini Clara tak bisa menahan amarah. Ia melayangkan amukan dengan mengatakan Justine pria terbrengsek di dunia. Tentu saja hal itu membuat Justine marah dan mencengkeram lengan Clara yang terlepas dari jari-jari laki-laki itu.
"Diem! Ikut gue!" hardik, Justine lalu hendak melayangkan kembali tangannya ke lengan Clara.
Plakkk...
Satu tamparan Clara daratkan dipipi kanan Justine, sebelum jari-jari laki-laki itu mendarat dilengannya. "Jangan sentuh gue, b*****t!", membuat Justine melayangkan tatapan nyalang akibat perbuatan berani Clara padanya.
"Lo, berani ya sekarang?!" desis Justine tajam.
"Mau apa lo? Gue nggak ada urusan lagi sama lo." Justine terkekeh mendengar nada suara yang Clara gunakan. Wanita yang selama ini mengemis cinta darinya ternyata benar-benar sudah berani melawan. 'Hebat juga pengaruh Axel', pikir Justine."Jadi urusan gue, ketika lo gangguin hubungan sahabat gue sampe mereka putus."
Mata Clara memicing, menatap Justine penuh tanda tanta. Jujur ia tidak mengerti dengan apa yang laki-laki itu katakan. "Gue? ganggu hubungan sahabat lo?!" tanya Clara, "lo mending urusin sahabat lo yang batu!" Clara berkata sinus. "putusnya mereka bukan urusan gue." Clara membalikkan tubuhnya, ia sudah terlalu muak dengan sosok Justine. Lagipula ia tak mau disangkut pautkan dengan kandasnya hubungan Axel.
"Arrrrg." Clara berteriak kala merasakan tubuhnya ditarik, lalu diseret kembali oleh Justine.
"b******k, lo apa-apaan sih! Biarin gue pergi!" Menulikan pendengarannya Justine menyeret lengan Clara, membawa wanita itu ke area dimana ia memarkirkan mobil.
"Mau apa lo?!" tanya Clara saat Justine membuka mobil milik laki-laki itu.
"Heh! Mau apa.. Auh." Clara memekik saat Justine mendorong tubuh wanita itu hingga masuk ke dalam mobil.
"Diem di situ! Jangan berani-berani lo keluar atau lo tanggung akibatnya." ancam Justine lalu menutup pintu mobil
Justine berlari mengitari mobilnya, ia masuk dengan tergesa dan menatap penuh peringatan Clara yang ingin membuka pintu mobil.
Ceklekk..
"b******k lo, BUKA!" teriak, Clara kencang.
"Diem! Susahnya apa lo tinggal duduk diem, ikut gue!" desis Justine sembari tangannya menekan tombol power.
"Apa hak lo nyuruh gue, lo bukan siapa-siapa gue Justine Darmawan!" dengan berani Clara menatap mata Justine yang memerah. Justine tentu saja terbahak dengan tatapan tidak bersahabat yang Clara layangkan. Belum lagi ucapan wanita itu.
"Lo tanya gue siapa?" tanya, Justine lalu kembali terbahak. Mata laki-laki itu seakan menatap remeh pada Clara, "kalau lo lupa, gue laki-laki yang buat lo sampai rela ngemis cinta." b******k, maki Clara dalam hati. Tidak ingin terpancing dengan cara Justine, Clara terkekeh lalu menaikkan satu alisnya tinggi sembari menatap rendah Justine.
"Cinta? Cinta makanan apa? Gue nggak ngerasa kenal yang namanya cinta? Buat gue cinta itu sampah."
Rahang Justine mengeras. Apa yang tadi ia dengar dari bibir sialan wanita itu? Justine tidak bisa menerimanya. Lebih tepatnya tak mau!
"Jijik gue! Jangan pernah pegang tangan gue lagi." desis Clara sembari membuka tasnya. Wanita itu mengambil bungkus tisu basah, mengambil beberapa lembar untuk membersihkan bekas sentuhan Justine dilengan dan tangan untuk menunjukkan betapa ia serius jijik dengan sentuhan Justine.
"Hahaha.. Lo hapus bekas tangan gue? Lo udah hapus belom bekas.." Justine sengaja menggantungkan kata-kata. Tubuh laki-laki itu mendekat ke arah Clara yang masih mencoba untuk tidak terpengaruh dengan ucapan Justine, "benih gue yang ada ditubuh lo." bisik Justine, lalu menyeringai bak iblis.
"b******k!" maki Clara pada akhirnya.Clara mendorong tubuh Justine hingga laki-laki itu terbentur dipintu mobil. Justine justru terbahak melihat reaksi Clara. Sangat menggelikan bagi Justine.
"Laki-laki ini yang ambil perawanan lo, kalau lo lupa."
"Stop, gue mau turun!"
"Oh, no.. No! Lo harus dikasih pelajaran buat sikap murahan lo Clara dan gue yakin abis ini lo nggak akan dengan pedenya melenggang bak model Victoria's Secret lagi. Apalagi setelah lo bertunangan dengan kekasih Adriana, gue bakal bikin lo malu buat tampil di muka umum, Sayang." Justine mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Laki-laki itu melirik Clara yang saat ini menatap angkuh dirinya.
"Mending lo diem, karena abis ini lo bakal gue buat menderita semenderita Adriana."
"Maksud lo apaan? Apa hubungannya gue sama Adriana?" jerit Clara frustasi.
Justine mencengkeram erat roda kemudi.. Nggak ada hubungannya lo bilang?! sekali jalang tetep aja jalang, dengus Justine dalam hati sebelum mengeluarkan kata pedasnya untuk Clara.
"Jangan pura-pura polos. Lo emang perusak hubungan ya! Muka sama kelakuan lo emang cocok. Akhirnya lo keluarin kelakuan busuk lo itu!"
Clara terkekeh, meski rasa nyeri menyeruak di dalam hati. Demi apapun, yang saat ini tengah melancarkan hinaan adalah laki-laki yang sampai saat ini masih memenuhi relung hatinya. Meski Justine memberi luka begitu dalam, bahkan melecehkan, Clara tidak dapat berbohong, jika kenyataannya cinta laki-laki itu masih tersimpan utuh. Menggantikan perasaanya pada cinta pertamanya dulu. Pada AX nya.
"Bukan urusan lo, sekarang lo mending pinggirin mobil lo. Gue nggak minat ikut lo!"
Bukk..
"Sialan!" maki Justine memukul kemudinya. Matanya menatap tajam Clara yang terlihat biasa saja.
"Lo!" tunjuk Justine dikepala Clara."Lo cewek b******k yang buat Axel sama Adriana putus! Lo harus tahu gimana Adriana nangis putus asa karena lo. Bangga lo sebentar lagi tunangan sama cowok orang? Dasar Jalang!"
Clara tentu saja tercengang mendengar luapan emosi Justine. Laki-laki itu tidak tahu perihal sebenarnya, kenapa asal sekali bicara.Menutupi keterlukaannya, Clara mengedikkan bahu, seolah acuh membiarkan namanya diseret terus- menerus pada arus percintaan Axel.
"Gue nggak perduli, karena gue bukan penyebab dari semua itu." jawabnya enteng membuat sumbu dikepala Justine semakin terbakar oleh amarah.
"b******k ya lo! Sekali perusak tetep aja perusak!" bentak Justine. Laki-laki itu memutar kemudi mobilnya.
"Lo ngapain bawa gue ke sini?" tanya Clara tajam saat Justine membawanya ke rumah laki-laki itu.
"Kenapa lo takut gue apa-apain?"
"Tenang aja, gue bakal buat sampah kaya lo semakin terlihat murah nantinya." kata justine membuat nyali Clara menciut.
Papah...
Ax...
"Turun!" bentak Justine ketika membuka pintu mobilnya untuk Clara. Tak ada keramahan dari nada suara Justine.
"Nggak, gue nggak mau." lirih Clara. Air matanya hampir saja tumpah saat Justine menarik lengannya kuat dan menyeret masuk ke dalam rumah besar milik orang tua Justine.
"Jangan sampai ada yang telepon Mama apalagi Papah. Biarin mereka sibuk sama urusan mereka, kalau sampai ada ,, gue pecat lo semua." ancam Justine pada para asisten rumah tangganya yang berlari karena mendengar raungan Clara.
"Lepas, gue mau balik. Lepas!" Sekuat apapun Clara meronta, nyatanya tenaga wanita itu masih kalah dengan tenaga Justine.
Dengan kejam Justine melempar tubuh Clara ke atas ranjang. Justine berlari cepat saat Clara meloloskan diri dan berlari ke arah pintu kamar. "Lo nggak akan bisa lolos!" ujar Justine dengan seringainya. Justine mengunci pintu kamar lalu menarik paksa tangan Clara.
"Lepasin gue." air mata itu nyatanya tetap mengalir. Clara tidak bisa lagi menyembunyikan air matanya. Untuk kesekian kali, hati Clara terasa nyeri karena Justine memperlakukan dirinya layaknya jalang murahan.
"Lo tahu, lo wanita paling jalang yang pernah gue kenal." bisik Justine sebelum mendorong tubuh Clara keranjan
"Justine, please. Lepasin gue." Justine terkekeh saat mendengar Clara memohon padanya. Ada rasa puas saat melihat Clara yang tadi angkuh tiba-tiba saja memohon untuk dilepaskan.
Justine menggelengkan kepala cepat sebelum naik ke atas tubuh Clara.
"No.. No.. Lo tahu, gue pengen banget lo nangis kaya Valery. Gue pengen lo rasain apa yang adeknya Vero rasain saat dia denger berita gue hamilin lo. Lo tahu, air mata darah lo nggak akan bisa nyembuhin sakitnya hati Valery Cla. Lo tahu, betapa jijiknya dia sama gue waktu itu? Lo buat hati gue hancur Cla. Lo buat gue menderita karena lagi-lagi Vale nolak gue." desis Justine mengingat betapa terlukanya Valery, gadis yang ia cinta saat mendengar lelucon gila yang dilakukan Clara dan keluarganya.
To be continued..