Justine mengacakkan lengan dipinggang. Lelaki itu bergerak kanan-kiri, melangkahkan kaki tak tentu arah sembari menatap tajam Clara sebelum mengacak rambutnya karena frustasi."Sumpah ya, gue nggak habis pikir! Lo kalau mau pindah, nggak usah nyusahin gue!" bentak Justine, keras, menandakan jika ia kini tengah diliputi amarah yang kental karena kebodohan wanita yang kini menjadi istrinya.
Istri?
Cih, nggak sudi!
Kenapa bukan Axel saja?! Toh katanya Axel mau menerima anak yang dikandung oleh Clorophil itu.
Justine meremas rambut, bisa gila dia lama-lama. Ini ulah sang papi yang melapor ke Omanya, Dira Maesaty sampai mengancam akan turun langsung untuk menyeret Justine jika ia tidak ikut pindah bersama Clara dirumah wanita itu, menjaga calon cicit yang katanya milik keluarga besar Darmawan.
"Heh?! Denger nggak lo?!" sergap, Justine saat melihat Clara hanya diam.
"Gue nggak minta lo buat ikut! Kalau lo mau pulang, ya pulang aja! Nggak usah berisik." rahang Justine mengeras. Wanita tidak tahu diri, batin Justine geram dengan jawaban Clara.
Clara menaiki tangga rumah. Bibir wanita itu sempat meringis pada saat kakinya menginjak anak tangga ke tiga. Clara memegang erat perutnya yang sudah membesar, mengingat ini adalah bulan ke lima kehamilannya.
Sabar Sayang, nanti kita istirahat di kamar Mamah ya, ujar Clara dalam hati meminta pengertian buah hatinya.
"Ah." Clara memekik saat merasakan tubuhnya terangkat ke udara.
Clara memegang pundak Justine saat laki-laki itu tanpa aba-aba mengangkat tubuhnya dan berjalan menaiki tangga, "kamar lo yang mana?" tanya Justine dengan intonasi datar milik laki-laki itu.
"Turunin gue."
"Kamar lo yang mana?" menghembuskan nafas, Clara menunjuk salah satu pintu membuat Justine berjalan pelan mengikuti arah jari telunjuk Clara.
"Gue bakal tidur disini." ucap Justine saat membaringkan tubuh Clara diranjang wanita itu.
"Nggak!" Clara menolak keras kemauan Justine. Dia tidak rela berbagi ranjang dengan Justine.
"Mau nggak mau, lo harus mau atau gue ajak cewek gue ke sini buat hangatin ranjang gue."
"Berani lo kotorin rumah gue sama jalang lo, jangan pernah salahin gue kalau gue akhirnya bunuh anak lo!" geram Clara sembari melancarkan ancaman yang sebenarnya membuat hati wanita itu tercabik.
Justine memandang tidak percaya wanita yang saat ini duduk bersandar dikepala ranjangnya, "hah! Omongan lo, kalau lo emang mau gugurin anak gue. Pasti udah lo lakuin dari dulu."
Karea Papah Just.. Semua itu karena Papahku yang menginginkan anak ini ada.
"Lo kenapa megangin perut lo?" tanya Justine yang melihat Clara terus memegangi perutnya.
"Bukan urusan Lo." ujar Clara. Meski ketus, Justine bisa mendengar rintihan kesakitan dalam nada suara Clara.
"Mau apa lo?" tanya Clara panik saat Justine menaiki ranjangnya. "Justine, lo..."
"Udah lo diem aja." kata Justine membelai perut Clara dari luar dress yang wanita itu kenakan.
Dalam diam, Clara memerhatikan jemari Justine. Ini pertama kali Justine mau menyentuh perutnya. Ada rasa yang sulit untuk Clara jelaskan. Meski begitu, dia tidak akan membiarkan dirinya untuk jatuh kesekian kali pada lelaki b******k yang telah menghancurkan hidupnya.
"Lo mending tiduran aja, gue giniin." kata Justine memaksa Clara untuk merebahkan diri. Meski menurut, Clara memilih untuk memalingkan wajah, tak mau menatap Justine.
Satu hal yang membuat Justine sedikit berlaku lembut pada Clara. Egonya sebagai laki-laki terluka saat melihat Axel begitu memerhatikan kandungan Clara. Axel terlihat begitu perhatian pada Clara dan anak mereka. Belum lagi Axel selalu bebas membelai perut Clara, bahkan laki-laki itu selalu mengecup kening Clara setiap saat kala mereka tengah bersama tanpa memperdulikan dirinya dan Vero yang juga berada di tempat yang sama.
Lagipula, kenapa ke duanya tak menikah saja, melihat kedekatan luar biasa keduanya. Setelah anak itu lahir, Justine akan mengambil darah dagingnya. Meski ia rela Axel menerima anak itu, Justine tetap tak akan membiarkan bagian dari dirinya memanggil Axel papa jika anak itu terlahir dalam pernikahan busuk mereka.
Arrggg.... Konslet otak gue lama-lama. Mikir apa sih gue, sialan!- Kesal Justine pada dirinya sendiri.
to be continued...