22

667 Kata
Justine mendengus, karena kesal tentu saja. Baru ia akan mengusir Axel dari rumah papa mertua, pengikut setia Axel- siapa lagi kalau Pangeran Husodo tiba-tiba saja datang dan mengacaukan rencananya untuk mengusir mantan kekasih sang istri. Belum lagi, dibelakang laki-laki itu berdiri gadis yang masih menempati ruang hatinya- adik Vero, Valery, membuat seluruh saraf ditubuh Justine menegang seketika. Clara menatap kecewa Justine yang sama sekali tidak mengedipkan matanya saat melihat Valery; Adik Vero. Gadis SMA itu menunduk sembari meremas jemari, pertanda bahwa gadis ia tak suka jika berada dirumahnya. Clara bisa melihat gurat kesedihan di kedua mata pasangan itu. Pasangan kekasih yang tak menyatu karena dirinya. Menyedihkan, begitulah gambaran hidupnya ditengah-tengah kedua sejoli yang mungkin masih saling mencintai satu sama lain. "Em, aku ke atas dulu. Kalian kumpul-kumpul aja. Ax, nanti kalau pengen sesuatu kamu panggil Mbak aja ya, kalau nggak langsung ambil aja kamu perlu apa." ujar Clara memecahkan kebisuan yang terjadi diruang tamunya. Ia memang sengaja mempersilahkan Axel, karena nyatanya hanya laki-laki itu yang menaruh minat atas keberadaannya. Sedangkan dalam diam, Justine mengeram marah. Kenapa harus Axel, bukan dia yang jelas-jelas suami dari wanita itu. Menahan sesak di d**a, Clara melangkahkan kaki pelan menaiki tangga rumahnya. Jika kemarin-kemarin Justine akan marah ketika ia menaiki tangga sendirian tanpa bantuan orang lain, kali ini laki-laki itu bahkan tidak mencegahnya, masih terpaku menatap gadis yang pastinya masih laki-laki itu cinta. Sabar Sayang, Papa kamu lagi reunian sama mantanya. Kita harus tahu diri, lirih Clara dalam hati sebelum merasa tubuhnya terangkat ke udara. "Berapa kali gue bilang, jangan naik tangga sendiri, bahaya!" ujar Justine pelan saat mengangkat tubuh Clara. Justine melangkahkan kakinya pelan. Meski hatinya teremas, nuraninya tidak mengijinkan Clara membahayakan calon buah hati diperut wanita itu tapi hati kecilnya juga tak rela membiarkan Valery terluka melihat perhatiannya pada wanita dalam gendongannya ini. "Vale.." "Ada Abang-Abangnya. Gue anter lo dulu ke kamar." ujar Justine memotong kalimat yang akan di ucapkan Clara. Sedangkan Valery menatap kecewa Justine yang berjalan dengan Clara dalam gendongannya. Hatinya terluka, meski hati kecilnya membenarkan perlakuan Justine. Memang begitulah seharusnya sosok suami untuk istrinya. Seperti itulah yang harus Justine lakukan pada istrinya. Seperti itu! "Tunggu sini, ntar gue bawain susu." Justine membaringkan tubuh Clara ke ranjang. Sebelum laki-laki itu beranjak dari sisinya, Clara menarik lengan Justine mambuat Justine menatap ke dua mata Clara. "Lo masih suka Vale.." Pertanyaan dengan nada rendah Clara nyatanya mampu menyulut emosi tertahan Justine, dengan kasar Justine menghenpaskan tangan Clara membuat ibu hamil tersebut meringis sakit. "Menurut lo, HAH?!" tanya Justine murka. Matanya memerah menatap Clara dengan tangan yang terkepal di ke dua sisi pahanya, "menurut lo gimana perasaan gue?" bentak Justine meluapkan amarah dan rasa sakit yang sedari tadi hanya bisa ia pendam sendiri. "Mana gue tahu." jawab Clara dengan teriakan yang sama. Clara membalikkan tubuhnya ke samping, berniat membelakangi Justine. Masa bodoh dengan Clara, Justine membalikkan tubuhnya berjalan pelan untuk keluar dari kamar yang menurutnya engap untuk dadanya. Terlalu sesak, Justine butuh udara lebih segar. Bukk... Lemparan bantal yang mendarat tepat di kepala belakang Justine membuat langkah laki-laki itu terhenti untuk kesekian kalinya. "Minggat lo dari rumah gue. Minggat! Ceraiin gue!" teriak Clara murka, "lo talak aja gue. Cepet! Minggat sama cewek yang lo cinta." tutupnya dengan nafas yang terengah. Clara yang saat ini duduk, menyandarkan tubuhnya dikepala ranjang, memandang Justine dengan sorot terlukanya. Kemarahan wanita itu adalah bentuk dari hancurnya hati yang tak utuh lagi. "Lebih baik anak gue lahir tanpa bapaknya dari pada akhirnya tahu bapaknya b******k macem lo." rahang Justine tentu saja mengeras mendengar penuturan Clara. Egonya tak rela jika Clara menyebutnya ayah yang b******k untuk anak mereka. "Mau lo apa?" tanya Justine menahan emosi. Giginya bahkan sudah bergemelutuk menahan emosi yang ingin sekali ia salurkan pada wanita yang duduk diranjangnya. "...." "BILANG MAU LO APA, HAH?!" "Gue mau lo talak tiga gue, setelah itu lenyap!" ujar Clara penuh tekat. Kali ini ia memang telah memutuskan untuk melepas Justine sepenuhnya. to be continued
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN