32.Diam!

1272 Kata

Wahda mengurai diri. Ia duduk menjauh. Pandangannya dialihkan ke luar mobil. Sementara kepalanya bersandar lesu. “Tidak mau minta maaf atau berterima kasih?” Suara di sampingnya terdengar menyindir. Wahda masih diam. “Kalau butuh, mendekat. Kalau tidak, menjauh lagi. Dasar betina,” sindir suara itu lagi. “Katanya mau hukum aku? Lalu buat apa minta maaf?” Kenrich mengulum senyum. “Wah, ajaran orang tuamu memang keren. Tidak adikmu, tidak kamu. Sama saja.” “Jangan disamakan!” “Lalu bedanya di mana? Dua putrinya sama-sama menjengkelkan.” Wanita itu lalu menatap suaminya galak. “Kamu juga salah, kan? Kenapa nggak minta maaf juga?” “Malah playing victim.” “Aku minta jelasin masalah Tisya, tapi kamu nggak mau. Kamu juga mana ada minta maaf!” Kenrich justru tertawa. “Itu dua hal yang b

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN