Wahda menatap dengan mata berkabut sendu pada sosok yang berdiri itu. “Kenapa kalian bertengkar ini? Ndak malu kalo sampai didengar orang?” Kumala ikut mendekat. Ia datang dari dapur darurat untuk masak acara pernikahan yang letaknya di sebelah rumah. “Ndak tahu, Bu, kenapa mereka tiba-tiba seperti ini,” sahut Guntur. Tatapan Wahda masih tertuju pada pria yang berdiri tegak dengan tatapan tajam yang juga sedang menatapnya. Pria itulah yang datang memutus pertengkarannya dengan Wirda. “Suami bule kakakmu datang. Kenapa mencari saya? Kenapa kamu bicara begitu kasar sama istri saya? Siapa yang membuang Wahda? Saya tidak membuangnya.” Kenrich mendekat, menatap Wirda dingin, kemudian merangkul istrinya. “Ken ....” Wahda membuang rasa malu. Ia memeluk erat tubuh suaminya dengan kedua tang