53.Si4l!

1259 Kata

Wahda sedikit menggeser tubuh menjauh, lalu memalingkan wajah. Ia melipat bibir, lalu menutupnya dengan telapak tangan. Wanita itu nyaris berteriak kalau saja urat malunya sudah habis. Untungnya ia masih bisa menahan diri. Kenrich masih santai menikmati roti, seperti tidak terjadi apa-apa. Setelah habis, pria itu kembali berdiri dan berjalan entah ke mana. Kali ini, Wahda tidak lagi mengikuti. Wahda mengentak-entakkan kaki kegirangan. Meskipun bukan pertama kali Kenrich menciumnya, tetap saja rasanya ada grogi-groginya. “Dia tuh sebenernya ada rasa nggak sih sama gue? Jadi penasaran. Bisa gila gue kalo digantung begini terus. Adek mana tahan, Bang.” Wahda membatin sambil cengengesan. “Gue kira Bocil kayak gue aja yang bisa tantrum, ngereog. Ternyata om-om juga bisa. Tapi caranya lebih

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN