80.Ani-Ani

1219 Kata

“Bentar ya, aku angkat telepon Ibu dulu,” pamit Wahda pada suaminya. Pria itu hanya mengangguk. Dalam hati, Wahda bertanya-tanya dan sedikit khawatir. Takut Damar bicara yang bukan-bukan pada keluarga di Yogyakarta sana. Wanita tersebut berjalan menuju jendela, sekalian melihat pemandangan luar dari lantai atas. Kenrich hanya memperhatikan sekilas, lalu kembali fokus pada pekerjaan. “Assalamualaikum, Bu,” sapanya saat sambungan telepon terhubung. “Waalaikumusaalam. Kamu sehat, Nduk?” “Alhamdulillah. Ibu sama Bapak sehat?” “Alhamdulillah. Kamu kok lama ndak pulang? Ibu kangen.” Wahda mengembuskan napas panjang. “Kalo pulang, takut ada masalah lagi sama Wirda. Aku nggak pulang bukan berarti nggak kangen, cuma menjauhi huru-hara saja, Bu. Lagian kita kan juga sering telepon atau video

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN