Chapter-112

1752 Kata

Azka sempat meneguk kopinya perlahan, namun matanya tak lepas dari gestur Arman yang terasa terlalu… personal. Tatapan pria paruh baya itu pada Athira bukan sekadar profesional atau kekaguman pada rekan kerja. Ada sesuatu yang membuat Azka merasa tidak nyaman. Arman memang tidak berkata banyak, tapi setiap kali Athira bicara—menjelaskan ulang detail desain dan strategi yang dia buat—mata Arman selalu memandangnya dengan lembut. Ada kekaguman yang dalam, tapi juga seperti... rasa kehilangan yang sulit dijelaskan. Azka yang biasanya tenang dan penuh perhitungan dalam negosiasi, kali ini malah cepat-cepat berkata, "Baik, Tuan Arman. Kalau Anda sudah setuju dengan isi proposal dan anggaran, saya pikir tak perlu kita bahas lebih panjang. Saya setuju, kita mulai kerja sama ini minggu depan."

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN