Aay dan Rara tidak tidur karena menunggu kabar dari rumah sakit. Mereka berdua duduk di dalam kamar. Di sofa dekat jendela. Rara berbaring dengan kepala di atas pangkuan Aay. Tatapan mereka berdua ke layar televisi. "Apa Zia tadi masih menangis?" "Iya. Aku jadi ikut kesal. Zia seperti sakit hati sekali karena ucapan Raka. Matanya sampai bengkak karena terus menangis." "Raka bercanda kelewatan." "Iya. Kasihan Zia dan Wira. Wira sampai ikut menangis juga." Aay menghela nafas. Suara ponsel mengagetkan mereka berdua. Aay mengambil ponsel dari atas meja. Telepon dari El. "Assalamualaikum, El." "Wa'alaikum salam, Paman. Alhamdulillah operasi sudah selesai. Ibunya sehat, si kembar juga sehat." "Kembar apa, El?" "Sepasang, laki-laki dan perempuan, Paman." "Alhamdulillah. Nini dan Kai su