Benar saja. Zia terus bicara. Untungnya Elia bisa tetap tidur, hanya El yang harus tetap terjaga. Tapi karena mengantuk, El sudah asal-asalan merespon pembicaraan putrinya. "Kepana kita tinggal di rumah Nini, Abba? Kepana tidak punya rumah serindi sepetri Acil Zizi?"' "Karena Abba seperti kai Aay. Harus jaga Kai dan Nini." "Kepana begitu, Abba?" "Karena kami anak lelaki paling tua." "Oh. Apa nanti Bang Wira juga akan tinggal di rumah ini lakau sudah nikah?" "Iya, Sayang." "Retus nanti Zia tinggal dinama kalau nikah, Abba?" "Anak perempuan biasanya dibawa suaminya tinggal di rumahnya." "Oh. Sepetri nini ya Abba. Tidak tinggal di rumah Nini Rara, tapi ikut tinggal dengan Kai di sini." "Iya, Sayang. Kita tidur yuk, Abba mengantuk." "Abba tidur saja, Zia mau biraca." "Kalau Abba