Dua Puluh Sembilan

1003 Kata

Zuhra meletakkan secangkir kopi panas di hadapan pria tua yang masih bergaya seperti anak muda itu. "Uuh … hitam pekat." Sang kakek mengernyit tak suka. "Kopi ini sama seperti omongan suami kamu, pahit," komentarnya. "Tapi setidaknya kopi nggak pernah pura-pura jadi manis untuk menutupi kepahitannya," balas wanita itu cepat. "Eehh … jangan salah, sekarang ada banyak kopi yang manis, Lawak White coffee misalnya. Ketinggalan jaman kamu." "Tapi tetap aja pahit, Kek," sangkal Zuhra. "Itu berarti kamu yang lupa nambah gula," cibir pria itu. Zuhra menghirup banyak-banyak udara di sekitar, bicara dengan orangtua satu ini memang membutuhkan kesabaran penuh. Mau melawan, tapi sudah tua, takut kualat. Namun bila dibiarkan malah semakin menjadi-jadi. Kenapa Reno membawa opanya ke sini , Sih?

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN