38. Sandiwara

1651 Kata

Ada yang bergetar setiap kuingat senyummu, Sesuatu yang tak boleh tumbuh, namun tetap menyemai. Aku menunduk, tapi rinduku tidak. Dia berlari mencarimu, Lagi dan lagi, tanpa pernah pulang. *** Zevana duduk di ruang menjahit. Tangannya bergetar sambil merapikan kotak benang yang tadi dijelaskan Arinda padanya. Kepalanya masih sedikit sakit sisa mabuk. Namun, yang membuat dadanya sesak bukan itu. Melainkan rasa malu yang membuntutinya sejak pesta semalam. Dia menyentuh kepalanya perlahan, “kenapa aku begitu bodoh?” bisiknya lirih. Delisa masuk, membawakannya teh jahe, “ibu minum dulu, biar hangat,” ucapnya. Zevana mengangguk, “terima kasih ya,” tuturnya. Pelayan muda itu mengangguk dengan wajah takut-takut, Zevana menyesap teh itu, yang justru mengingatkannya pada minuman semalam

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN