Bab 7

1053 Kata
Raja – Penuh Hasrat Hari ini seharusnya Lian pulang dari Singapore, sungguh seminggu tanpa dia di sisiku rasanya sangat sepi dan sunyi, aku merindukan belaiannya di tubuhku, aku rindu dia bermanja padaku dan aku merindukan tubuhnya berada di dalam dekapanku.  Rasanya tidak sabar menunggunya kembali ke dalam pelukanku dan aku berjanji tidak akan pernah mengizinkan dia pergi lagi, karena kepergiannya membuatku bertindak kejam dan bersikap tanpa hati nurani kepada Hana. Melihat Hana entah kenapa emosiku menjadi tidak bisa di kendalikan, terutama setelah malam itu… aku merasa terbuat dari apa dirinya, kenapa dia tidak marah, kenapa dia tidak menangis ketika aku menyentuhnya tanpa cinta, andai saja malam itu aku melihat sedikit saja airmata penyesalan atau airmata terluka, mungkin aku akan sedikit lebih lembut memperlakukannya, tapi nyatanya dia bertingkah layaknya boneka. Drttt drttt Lamunanku buyar setelah melihat nama Lian muncul di layar ponselku, karena rindu yang kian membuncah tanpa banyak kata aku langsung mengangkat telepon darinya. “Sayang, kamu sudah di Bandara?” “Maaf sayang, aku terpaksa menunda kepulanganku menjadi minggu depan, tiba-tiba investor merubah jadwal menjadi minggu depan untuk mengunjungi pabrik yang akan kita take over, huwaa aku kangen kamu tapi aku masih punya tanggung jawab” “Oke” Aku membuang iphoneku ke lantai, shitttt aku butuh pelampiasan dan dia pergi selama itu, ponselku kembali berbunyi dan Lian masih berusaha menghubungiku padahal aku mengacuhkan dirinya, aku marah karena dia lagi-lagi membuatku kesal, entah apa yang dikejarnya. Uang? Aku bisa memberikan lebih dari yang dia dapatkan di perusahaannya itu, barang-barang branded? Aku juga bisa memberinya barang-barang yang dia inginkan, tapi kenapa dia sama sekali tidak pernah mengerti jika aku menginginkan seorang istri yang selalu ada di sampingku bukan istri yang sibuk mengejar karir dan melupakan statusnya sebagai istri. Drttt drtttt 10 kali Lian mencoba menghubungi, aku memungut kembali ponsel yang ada di lantai. “Buat apa lagi kamu menghubungi aku, bukannya aku larangpun kamu pasti akan tetap ada di sana” “Maaf ya Raja, aku janji ini terakhir kalinya aku pergi selama ini, maafin aku ya… jangan marah” “Siapa yang tidak marah, hampir 2 minggu kamu pergi dan andai kamu ingat semenjak kamu pergi seminggu yang lalu mungkin ini pertama kalinya kamu menghubungi aku, apa sih yang kamu kerjakan di sana, atau jangan-jangan kamu punya selingkuhan ya?” Dia tertawa “Mana mungkin sih aku selingkuh, aku kan cintanya sama kamu ya walau kamu itu terkadang suka marah-marah nggak jelas seperti hari ini, kenapa sih… Hana tidak melayani kamu dengan baik, hmmm adikku itu perlu aku kasih trik untuk memuaskan kamu” “Diam!!! Jangan sebut wanita itu, dia membuatku marah… kamu yakin dia bisa mengandung, minggu lalu halangannya datang dan rencana kita memiliki anak terpaksa gagal” “Ya, dia sehat… kami sudah melakukan pemeriksaan Raja dan dia sehat 100 persen, mungkin cara kalian b******a yang membuatnya gagal, Raja dengarkan aku…. Hana memang terlihat tegar dan kuat tapi yakinlah dia itu lemah dan sebagai suami kamu harus bisa bersikap lembut” “Lian, kamu membuatku kembali ingin memaki dia, kamu tau? Hari ini aku sangat merindukan kamu dan ketika kita berbincang yang kamu bahas adalah cara aku mencumbunya, kamu memang istri yang aneh” “Hahahaha maaf sayang, aku tau kamu sedang pengen tapi maaf aku tidak bisa melayani kamu, pergilah ke tempat Hana, tadi aku sudah menasehatinya dan mengajarkannya bagaimana melayani kamu” “Gila!!!” aku kembali membanting iphoneku keatas ranjang. Minggu ini waktunya usaha kedua di lakukan dan sepertinya ini masa subur Hana dan aku harap dia bisa cepat mengandung, aku menyambar iphone milikku dan bergegas menuju apartemen Hana. **** “Makan dulu” aku melihat hidangan makan malam sudah tersedia di meja makan, aku yang memang sedang kelaparan langsung duduk di meja makan dan memakan makanannya, rasa masakannya lumayan enak meski belum bisa menyaingi kehebatan Lian dalam memasak. Dia duduk di depanku dan juga ikut makan, suasana hening karena tidak ada topik yang bisa di bahas, Hana benar aku datang ke apartemen ini dengan dua alasan menidurinya dan memakinya, dan malam ini aku datang untuk menidurinya lagi. “Mau nambah?” dia menawariku, tapi aku memberi tanda penolakan. Dia mengambil piring kosong yang ada di hadapanku dab membawanya ke dapur, dia juga merapikan meja makan tanpa sedikitpun mengeluarkan kata-kata, dia terlihat seperti robot yang melayaniku karena di tugaskan majikannya, ya majikan Hana adalah Lian. “Aku tunggu di kamar” kataku, dia mengangguk dan aku meninggalkan dia menuju kamar yang terakhir kali aku masuki beberapa hari yang lalu, aku melihat kamar itu rapi dan bersih serta wangi, di ranjang aku juga melihat beberapa kelopak bunga mawar bertebaran, ini pasti ulah Lian. Aku membuang kelopak bunga itu dan berbaring di atas ranjang itu sambil memainkan iphoneku. Tak lama pintu terbuka, aku melihat Hana masuk hanya mengenakan lingeri merah super sexy bahkan di balik lingerie itu aku bisa melihat kedua payudaranya mengeras, aku menghapus bayangan itu dan kembali focus dengan tujuanku datang kesini, aku datang murni untuk memberikan benihku kepadanya bukan untuk Making Love. “Mau langsung?” tawarnya, aku mengangguk dan mengangkat tanganku memanggilnya. “Kesini” dia langsung duduk disampingku. Dia membuka lingerienya dan aku bisa melihat tubuh telanjangnya, tubuhnya tak kalah sexy dibandingkan Lian, bahkan kalo bisa jujur Hana bisa sedikit lebih baik merawat asset miliknya. Arghhh kenapa aku malah membandingkan mereka, Lian nomor satu di hatiku dan selamanya akan seperti itu. Aku merebahkannya, dan kali ini rasanya aku tidak tega memperlakukannya sekasar dulu, Lian benar siapa tau bayi kami gagal karena orang tuanya b******a  secara kasar, siapa tau spermaku tidak berproduksi secara baik karena aku terlalu terburu-buru. “Demi Lian, semua ini demi Lian.. Raja, cumbulah aku sebaik mungkin, agar bayi ini segera hadir di rahim aku” ujarnya, aku mengangguk dan mencium bibirnya untuk pertama kalinya, aku melihat tubuhnya bereaksi berbeda dari dulu, mungkin karena aku sedikit melunak ketika mencumbunya. Aku melakukan foreplay yang lumayan panjang dan berhasil masuk tanpa merasakan kesakitan seperti dulu, aku juga bisa melihat Hana menikmati setiap aku menyentuh daerah sensitifnya, entahlah sudah berapa jam kami b******a dan ketika aku hampir keluar tiba-tiba aku memanggil nama wanita yang seharusnya ada di bawahku saat ini, bukan dia. “Lian….arghhhhh” erangku ketika kami hampir menuju puncak. “Namaku masih Hana sampai detik ini… tolong ingat itu” perkataannya menyadarkanku, bukan Lian yang aku cumbu seromantis tadi tapi Hana, dia berniat untuk bangun tapi aku menahan tangannya. “Istirahat dulu…nanti kita lanjutkan” Hana menatapku dengan tatapan datar, bahkan dia tidak menangis ketika aku salah menyebut namanya. “Baik Raja” dia kembali berbaring di sampingku, aku melihatnya memunggungiku dan aku bisa melihat di punggungnya tanda kemerahan yang aku buat, bahkan Lian sangat membenci dan melarangku melakukan itu kepadanya tapi Hana hanya diam dan mengikuti semua keinginanku. Arghhhh kenapa lagi-lagi aku membandingkan mereka!!! ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN