Lanjutan :
*****
"Aku tegaskan jauhi Michael..." hanya itu yang dikatakannya ketika aku membuka pintu malam harinya, dia bahkan tidak masuk ke dalam rumah untuk membentakku. Setelah mengatakan itu dia berlalu pergi begitu saja.
Aku tertawa sinis.
"Aku tau statusku saat ini masih istri kamu, aku tau menjaga norma dan juga harga diriku, meski suamiku sendiri sama sekali tidak berniat menjaga harga diriku" teriakku, dia memutar badannya dan menatapku marah karena aku membalas perkataannya.
"Hah? Harga diri? Bukannya kamu sudah menjualnya kepada Lian, jadi harga diri apalagi yang kamu bangga-banggakan, ditengah kantin dan di depan semua orang seorang pria asing menyentuh kamu, itu yang dinamakan harga diri?" katanya menghinaku.
Sabar Hana, sabar dan jangan pernah melawan.
"Masuk dulu... tidak baik dilihat orang kita bertengkar seperti itu," aku membukakan pintu dan menyuruhnya untuk masuk.
Dia masuk dan membanting pintu tepat di depan wajahku.
"Mau minum apa?" tanyaku, dia berjalan mondar mandir entah apa yang dipikirkannya.
"Michael anak dari sahabat Mami dan Mommynya Liana, jika dia sampai tau hubungan kita ini, semuanya hancur... pernikahanku dengan Liana bisa hancur!!!"
"Aku tidak sedekat itu dengan dirinya hingga aku harus cerita jika aku ini merupakan istri kedua dari mantan bosku, istri kedua bukan status yang bisa dibanggakan Raja, istri kedua tetaplah istri kedua tempat di mana hanya diperlukan ketika sang suami bosan kepada istri tertua, tapi sayangnya dihidup aku... kamu akan datang hanya ketika ingin meniduriku dan memakiku." sindirku secara halus.
Wajah Raja semakin memerah.
"Pokoknya jauhi Michael! dan jika dirahim kamu sudah tumbuh anak kami, jangan lupa segera kabari kami" katanya sebelum pergi.
"Sayangnya bulan ini anak itu enggan hadir dirahim aku, aku halangan dan semuanya gagal,, kita b******a disaat tidak tepat, seminggu lagi kamu boleh datang dan kita bisa memulai dari awal lagi" kataku memberitahunya, halanganku tiba-tiba datang sepulang dari kantor, dan hatiku tiba-tiba remuk redam melihat noda merah di celana dalamku, itu berarti aku harus b******a dengan Raja sekali lagi dan waktu semakin lama untuk bisa terbebas dari cerita menggelikan ini.
"Arggggg sial!!!!" dia membanting pintu, sedangkan aku hanya bisa berharap Tuhan tidak mengujiku sekali lagi dengan lamanya bayi ini hadir dirahimku.
Minggu depan waktu tersubur untuk pembuahan dan itu saat-saat yang tepat untuk proses kehamilan, meski aku harus sekali lagi melihat Raja menyentuh tubuhku tanpa cinta.
****