Happy Reading.
Valen ada urusan dua hari di Bali. Dia harus mengurus cabang hotelnya yang ada di sana. Valen memiliki apartemen di Denpasar karena pria itu sering menetap di sana untuk waktu yang lama. Pernah hampir setahun dia tidak pulang ke Jakarta dan tinggal di Bali karena tengah mengembangkan bisnis hotel dan Villa di Ubud dan Denpasar. Jadi, Bali sudah seperti rumah kedua untuk Valen.
Setelah mengurus beberapa pekerjaannya, Valen langsung istirahat. Jam menunjukkan pukul 10 WITA dan mata Valen sudah tidak bisa diajak kompromi.
Dia terlelap karena memang benar-benar kelelahan. Valen bahkan tidak sempat menyentuh ponselnya karena terlalu mengantuk.
Keesokan harinya, jam menunjukkan pukul 06 WITA. Bali terasa begitu hangat, matahari mulai masuk melalui celah-celah gorden. Kamar Valen yang didominasi warna putih itu tampak elegan dengan corak abu-abu dan furniture yang berwarna coklat muda.
Tirai besar bewarna putih gading tersingkap, begitupun dengan gorden berwarna putih berbahan renda di belakangnya itu. Sinar matahari lurus menerangi kamar melalui kaca tebal, memperjelas ranjang king size yang telah dirapikan
Valen hanya menggunakan boxer kotak-kotak dan singlet putih, tidak lupa juga kaos kaki abu-abu yang terpasang di kakinya, dia memang selalu menggunakan kaos kaki sebelum tidur. Cuaca Bali kalau siang memang panas terik, tetapi kalau malam pasti sangat dingin.
Setelah berganti pakaian dengan pakaian olahraga lengkap dengan sepatu, Valen keluar dari dalam kamarnya dan menuju ke sebuah ruangan berdinding kaca. Di sana ada beberapa alat olahraga pribadinya dan dia memilih treadmill.
Valen melakukan sedikit peregangan terlebih dahulu untuk pemanasan, kemudian memasang earphone dan mulai menyetel musik karena musik memang wajib saat dia sedang berolahraga.
Awalnya dia hanya berjalan pelan, kemudian mempercepat langkah sampai akhirnya dia berlari cukup kencang, wajah Valen telah dipenuhi tetesan-tetesan keringat padahal dia sering kali mengusap keringat di wajahnya dengan menggunakan handuk yang dia kalungi.
Tubuh indah Valen tercetak melalui kaosnya yang basah karena keringat, tubuhnya atletis dan berotot terlihat sangat jelas jika dia sering melatih tubuhnya.
Sambil menunggu keringatnya kering, Valen meraih ponselnya, dia mulai berselancar di media sosial, setiap kali membuka sosmednya, akun Vanessa selalu terlihat di beranda depan.
Namun, bukan foto wanita itu yang terlihat. Melainkan Foto seorang lelaki yang sedang duduk di dekat jendela sambil memegang gelas bening berisi cairan berwarna coklat. Lelaki dalam foto itu menatap tepat ke arah kamera atau mungkin yang memotret dengan senyum yang menampilkan deretan giginya.
Sebuah caption manis tertulis di bawah foto itu. "Cintaku" kata yang sepertinya ditulis dengan tulus oleh si pemilik akun yang tidak lain adalah Vanessa.
Valen tersenyum miris ketika melihat foto Arjuna yang diunggah oleh Vanessa. Entah apa kelebihan Arjuna dari pria lain? Menurutnya secara gambaran umum, dirinya lebih tampan dari pada Arjuna. Tubuh dan penampilannya pun sepertinya jauh di atas suami Vanessa itu, lantas mengapa perempuan itu lebih tertarik pada Arjuna di banding dengannya?
Ah, kenapa juga dia masih memikirkan hal itu? Memang tidak dipungkiri jika melepaskan perasaannya untuk Vanessa tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bertahun-tahun dia mencintai Vanessa dan selalu bersama wanita itu. Vanessa juga pernah mengunjunginya saat dia di Bali. Menginap di apartemennya bersama seorang teman wanitanya. Valen yang meminta Vanessa menginap di apartemennya dan dia memilih tidur di hotel.
Akhirnya Valen memutuskan untuk menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, dia mengatur suhu air, mengarahkan keran ke tanda merah dan mulai melepas pakaian yang melekat di tubuhnya, air mulai mengalir dari kaca ruang mandi, hanya rambut gelapnya yang tampak, uap menutupi hampir seluruh kaca itu, suara air mengalir terdengar cukup lama.
Saat Valen keluar, handuk putih melilit di tubuh bagian bawah, pria itu menatap pantulan tubuhnya di cermin wastafel, memuji betapa mempesonanya bayangan di cermin itu. Sebenarnya dia itu tidak terlalu narsis, tetapi kalau dulu dia selalu membandingkan dirinya dengan Arjuna.
Huh, persetan dengan Vanessa dan Juna, beberapa hari lagi dia akan menjadi suami dari perempuan lain yaitu Kinan.
Setelah selesai memakai pakaian, Valen duduk di meja makan lalu meminum segelas kopi hitam yang dia buat di mesin kopi tadi. Valen menatap ke sekeliling meja, di sana sepi, hanya ada dirinya karena Valen tidak mengajak Damar.
Kemudian dia pun memakan roti kering yang ada di toples, memang sangat kering, entah sudah berapa lama dia merasa hidupnya gersang seperti terjebak di dalam gurun pasir. Yah, sejauh penglihatan Valen hanya ada padang pasir di dalam hidupnya.
Seumur hidupnya hanya Vanessa yang berhasil memunculkan oasis di tanah tandusnya. Namun, kini perempuan itu pun bukan mata air lagi baginya.
Valen memandang kursi kosong di depannya, dia pernah melihat Vanessa duduk di sana menemaninya menghabiskan sarapan seperti pagi ini.
"Ah, apa yang gue pikirin? Gue harus menghapus Vanessa dari pikiran ini!" Sulit, pasti! Tapi dia harus mulai belajar.
Ya, Valen harus selalu ingat bahwa di kursi itu nanti akan ada Kinan dan disampingnya akan ada sebuah kursi baby dengan bayi imut yang bisa saja wajahnya mirip dengannya atau pun Kinan.
"Tidak, genku pasti lebih dominan daripada Kinan," gumam Valen tersenyum sendiri.
Ah, dia ingin menghubungi Kinan, tapi semenjak malam di mana Kinan menangis, Valen merasa tidak enak.
Dia bahkan tidak berpamitan dengan Kinan kalau dia akan ke Bali.
***
Tatapan kosong Valen tertuju pada langit-langit kamarnya, dia hanya menatap tanpa berpikir apa pun. Dia malas keluar, hanya ingin menghabiskan waktunya di apartemen, tetapi Valen bosan, sangat bosan, dia tidak tahu bagaimana caranya agar kebosanan itu menghilang. Hari ini hari Sabtu dan pekerjaannya sudah selesai. Nanti siang dia akan kembali ke Jakarta.
Sejenak dia berpikir untuk pergi ke ruang bacanya. Siapa tahu dia lebih terhibur di sana, lagi-lagi harus baca buku yang sama karena buku-buku di rak itu telah dia baca semua. Belum beli yang baru lagi.
Tiba-tiba senyum Valen muncul, setelah memiliki ide agar sepi dan bosannya menghilang, Valen meraih ponselnya yang berada di nakas, mengatur posisi duduk sambil bersandar di bantal yang sudah diatur di kepala ranjang
Sepertinya aktivitas terbaik saat dia merasa bosan adalah mengunjungi Insta-gram Kinan. Ya, dia sekarang mempunyai pekerjaan lain, dia sudah mengikuti Kinan dengan akunnya. Valen membuka setiap foto, melihat siapa-siapa saja yang ada di akun Kinan. Ternyata wanita itu banyak mengunggah fotonya, diberbagai kegiatan. Seperti di kantor, saat makan siang bersama teman-temannya atau saat dia sedang sendirian.
"Calon istriku cantik juga," batin Valen memuji Kinan dalam hati.
Dari kegiatan menguntit itu pula, Valen tahu bahwa Kinan sebentar lagi ulang tahun dan Valen akan memberikan kado terlebih dahulu yaitu menikahinya.
Valen tertawa kecil, menguntit akun seseorang ternyata menyenangkan, merasa cukup dengan informasi yang dia inginkan Valen menekan dua kali pada setiap foto yang dia lihat di Insta-gram Kinan kemudian menulis komentar di beberapa foto seperti, cantiknya calon istri, CUTE disertai emoticon hati, ILY dan emoticon hati, dan beberapa komentar pujian yang selalu diikuti emoticon hati berwarna merah.
Selang beberapa menit sebuah DM masuk di akun Insta-gramnya, senyum Valen mengembang saat tujuannya berjalan seperti yang dia rencanakan.
'Valen! Hapus komen lu di IG gue!"
Duh, Kinan jadi galak amat ya? Manggilnya udah lu-gue. Mungkin mood wanita itu sedang tidak bagus.
Valen hanya senyam senyum membaca pesan yang dikirim oleh Kinan, dia bisa membayangkan seperti apa ekspresi marah perempuan itu. Kinan memang terlihat canggung saat berhadapan dengannya, tetapi waktu itu Kinan bahkan berani membentaknya. Mungkin sebenarnya dia wanita yang galak tapi jinak.
'Valen!'
Pesan demi pesan masuk di ponsel Valen, awalnya hanya pesan via Instag-ram kemudian Kinan juga mengirim pesan via Whats-App bahkan telegram dan semua pesan itu diacuhkan oleh Valen.
Dia hanya bersiul-siul dan menunggu hal epic yang akan terjadi.
Nah, kan!! Akhirnya!!
Sebuah deringan panjang terdengar, Valen membiarkan deringan itu dan hanya memperhatikan gambar di layar, Kinan tidak memasang foto dirinya hanya logo perusahaan di sana.
"Huh, foto profilnya kenapa logo!" gerutu Valen menatap logo tersebut.
Setelah membiarkan ponselnya berdering beberapa kali, Valen akhirnya mengusap layar dan mendekatkan di telinga.
"Valen!! Jangan bikin huru-hara di Insta-gram gue!" pekik pemilik suara di telepon, Valen lantas menjauhkan hp-nya beberapa saat.
"Hapus komen-komen itu!!" teriak Kinan.
"Nggak mau!" Valen menjawab dengan santai.
"Valen, please! Gimana kalau yang lain pada lihat?" suara Kinan masih tinggi.
"Ya... bagus. Kalau gitu biar semuanya tidak heran kalau kita menikah."
Hening sesaat.
Kinan hanya diam saja, tetapi lama-lama terdengar suara isakan di seberang.
Bersambung.