MJ - Chapter 15

1333 Kata
Setiap hari Julian merasa kebingungan, hati nya sangat tertekan. Di satu sisi Julian ingin mempertahankan rumah itu, rumah yang menjadi tempatnya bernaung semenjak orang tuanya meninggal. Namun, orang yang memiliki rumah itu ingin Julian, Amelia dan Ameer segera mengosongkan rumah itu. Hari ini sebuah surat datang, Julian membacanya. Surat gugatan atas tanah yang menjadi pijakan nya itu tertera dengan jelas bahwa saudara Amelia yang tak lain adalah tante nya sudah kalah, di dalam pengadilan Amelia tidak terbukti pemilik rumah dan tanah itu. Bahkan sosok kedua orang tua Julian pun sebenarnya bukanlah pemilik tanah beserta rumah itu dan Julian harus membayar denda sewa karena sudah hampir 15 Tahun menempati rumah serta tanah tersebut. Tak tanggung-tanggung, Julian harus membayar sewa sebesar satu Juta dollar. Jangankan untuk membayar uang sewa, untuk makan pun uang yang diberikan Marcel dan Ameer sudah hampir habis. Julian yang merasa sangat kebingungan itu hanya menatap wajah nya sendiri di hadapan kaca, Julian merasa tak berguna sebagai seorang keponakan. Julian pun merasa tak tega untuk memberitahu Amelia mengenai hal ini, apalagi Amelia sedang dalam tahap tak sadarkan diri. Ia berteriak dan berteriak sepanjang hari memanggil-manggil nama yang sangat asing untuk Julian dan Ameer, Nama itu selalu ia sebutkan selama ia mengalami Depresi akut. Seseorang lelaki yang tak lain adalah mantan pacarnya sendiri, seseorang lelaki yang tak lain adalah pemilik rumah serta tanah yang di tinggali oleh Julian dan Amelia. Julian ingin sekali menemui lelaki itu, tetapi ia tidak pernah mampu menemuinya. Julian terdiam namun suara gaduh membuyarkan lamunannya, suara gaduh itu berasal dari kamar Amelia. "Julian....... Lelaki itu ada Juliannn tolong Tante!!" Teriaknya, Julian segera berlari menuju ruangan sang Tante. Di sana Amelia terlihat sedang duduk di ujung kamar nya, menekuk kedua lututnya hingga menutupi d**a. "Tante, Hey! Ini Julian!" Ucap Julian, Amelia menaikan wajahnya lalu menatap wajah Julian dan seketika itu Amelia memeluk Julian. Julian menangis melihat keadaan tante kesayangannya itu, Julian memeluk nya dengan erat. "Dia merenggut semuanya, dia membuat kakak ku mati! Julian aku takut!" Ucapnya berulang, Julian menggelengkan kepalanya. Batin nya benar-benar semakin tertekan. "Tante takut Julian, tutup pintunya! Tolong tante Julian, dia akan membuat tante mati!" Ucapnya kembali, Julian tak mampu menjawab kalimat-kalimat yang di ucapkan oleh tantenya. Ia hanya memeluk erat Amelia dan mencoba mengusap punggungnya dan biasanya Amelia akan lebih tenang saat Julian melakukan hal itu. "Julian jangan biarkan dia merenggut rumah ini! Dia menghancurkan kita dan semuanya, dia ingin kita pergi. Tidak Julian!!!! Jangan biarkan itu terjadi," Ucapnya kembali. "Julian dia orang yang memiliki kekuasaan, dia lelaki yang berkuasa dan dia lelaki yang sudah merenggut segalanya milik ku!" Ucapnya kembali, semakin erat dan semakin erat ia memeluk keponakannya. Julian pun kembali mencoba menenangkan tantenya itu, tak lama kemudian Amelia tertidur dengan pulas di dalam pelukan Julian. Julian meneteskan air matanya, Julian pun terlihat memindahkan tubuh sang tante hingga merebahkan tubuhnya di atas ranjang milik tante nya itu. "Siapa lelaki itu Tante? Dimana dia? Siapa pemilik rumah ini, di dalam surat yang berasal dari pengadilan. Rumah ini mengatasnamakan seorang wanita muda, bukan seorang lelaki bahkan aku sudah menelusuri wanita itu dan dia tak mengenal lelaki yang di maksud oleh tante!" Ucapnya lirih sembari mengusap kepala Amelia, Julian tak mengerti dengan apa yang di ucapkan oleh Amelia dan Julian merasa sangat kebingungan memecahkan misteri 15 Tahun silam. Yang Julian tahu, orang tua nya meninggal karena akibat kecelakaan dan bukan karena seseorang yang merenggut nyawanya. Misteri ini benar-benar tak bisa ia tebak, saksi mata pun tidak ada dan Julian nyaris melupakan masalah ini karena merasa tak mengerti dengan permasalahan masa lalu tantenya beserta orang tuanya. "Savage love Did somebody, did somebody Break your heart? Lookin' like an angel" Ponsel nya berdering hebat, Julian segera berlari menuju kamarnya. Saat ia melihat layar ponselnya, sosok Ameer menghubunginya. Julian segera menerima panggilan tersebut. "Halo Ameer?" Tanya Julian, "Bagaimana kabarmu?" Tanya nya kembali. "Baik kak! Kakak gimana kabarnya?" Tanya Ameer balik. "Baik sayang, kamu lagi dimana?" Tanya Julian. "Aku lagi berada di jalan! Tiba-tiba aku ingat kakak dan Tante Amelia, aku rindu kalian!" Julian meneteskan air matanya saat mendengar Ameer mengatakan sebuah rasa rindu untuknya dan Amelia, "Mm, Kakak pun rindu kepada mu sayang! Kamu baik-baik aja kan?" Tanya Julian, ia mencoba berusaha menenangkan dirinya begitupun diri Ameer. "Kakak menangis? Apa ada sesuatu hal yang sedang terjadi?" Tanya Ameer, "Apa Tante Amelia dalam keadaan baik-baik saja?" Tanya Ameer kembali. "Baik Sayang! Kakak pun dalam keadaan baik, kakak juga sangat merindukan mu! Kamu baik-baik ya di sana dan jangan menyusahkan Marcel!" Ucap Julian perlahan, bagi Julian maupun Ameer ini adalah kali pertamanya mereka hidup berjauhan. Julian tak pernah meninggalkan Ameer sedikitpun, bahkan di saat Julian pergi untuk bekerja Ameer selalu menjadi pusat perhatiannya. Beberapa detik pun berlalu tanpa ada perbincangan di antara mereka, hanya suara isak tangis kecil terdengar dari bibir Ameer. Julian tahu bahwa Ameer sedang merasakan kesedihan yang amat dalam, batin mereka menyatu dan Julian dapat merasakan hal itu "Kakak, lepaskanlah rumah itu! Pindah saja ke sini dan berkumpul bersama aku juga Kak Marcel! Aku mohon Kak!" Ucapnya dengan pelan. "Kakak belum mampu Ameer! Kita harus tinggal dimana?" Ungkap Julian, "Apa kita harus tinggal bersama Marcel, kasihan dia! Rumahnya hanya memiliki satu kamar. Bagaimana dengan Tante Amelia? Aku bisa saja tidur di lantai, tapi bagaimana Tante Amelia?" Ungkap Julian kembali. "Kakak maafkan aku, maaf jika aku tidak jujur kepada mu! Selama ini pekerjaan ku bukanlah seorang Assisten Fotografer, tetapi aku menjadi seorang lelaki yang harus menemani seorang wanita yang kesepian! Aku sudah menyewa sebuah rumah!" "Apa?" Tanya Julian terkejut, "Kau bercanda Ameer? Mengapa kau melakukan itu?" Tanya Julian kembali. "Maafkan aku kak!" "Jadi selama ini kau menjadi lelaki simpanan?" Tanya Julian, "Apa ini ulah Marcel?" Tanya Julian bernada sarkas. "Tidak kak! Kak Marcel melarang ku dan aku yang memaksanya! Maafkan aku!" Ucap Ameer bernada sendu, suaranya terdengar sedikit memohon. "Sejak kapan kau melakukan ini? Sejak kapan Ameer? Apa kau tahu bahwa ini pekerjaan yang sangat menjijikkan!" Ucap nya, "Kakak merasa kecewa!" "Aku melakukan ini karena aku tak mau menyusahkan Kakak!" Ucap Ameer. "Tidak, Aku tidak pernah merasa kau menyusahkan ku!" Sela Julian. "Maafkan Aku kak! Aku bisa jelaskan semuanya, dia wanita yang sangat keras bahkan dia wanita yang sangat kesepian. Aku tak pernah melakukan hal konyol, aku hanya menemani nya saja bercerita dan mendengarkan keluh kesahnya!" Jelas Ameer. "Tapi nanti kau akan terbawa suasana! Kau akan melakukan hal itu Ameer dan Kakak tidak mau kau terjerumus dengan hal itu!" Ucap Julian, "Kakak mohon Ameer hentikan semua ini!" Ucapnya kembali. "Kakak mohon mengertilah! Aku mohon! Ijinkan aku melanjutkan pekerjaan ini, aku akan merebut hatinya untuk ku jadikan istri ku kelak! Aku akan membuatnya nyaman dan membuatnya menjadi wanita yang sangat baik, kakak dia wanita baik! Dia tidak menginginkan aku menjamahnya, dia hanya ingin aku menemaninya!" Jelas Ameer kembali, "Aku mohon ijinkan aku," Julian mencoba meluluhkan hatinya sendiri. Dia mencoba melunakkan hatinya dan mencoba membuat sang adik lebih tenang. "Baiklah Ameer, kakak hanya ingin kau tahu, kau sudah dewasa dan sudah tahu bahwa mana yang baik dan benar! Aku mengijinkan mu Ameer!" "Terimakasih Kak! Terimakasih!" Ucap Ameer, "Kakak pikirkan lah lagi, pindah lah kesini. Nanti biar Kak Marcel mencarikan pekerjaan," Ucap Ameer kembali. "Nanti akan aku pikirkan Ameer, jagalah diri baik-baik dan jangan pernah berpikir untuk mengecewakan ku kembali!" Tut.. tut .. Tut.. Julian terlihat mematikan panggilan yang sedang berlangsung bersama Ameer, Julian yang merasa kecewa terlihat membungkukkan tubuhnya. Ia menangis kembali, Julian memang lelaki yang sangat cengeng. Julian selalu menitikkan air matanya jika sedang merasa risau dan saat ini Julian benar-benar sedang merasa kecewa terhadap adiknya. "Kau benar-benar mengecewakan aku Ameer! Aku sangat kesal saat Marcel memberitahu ku mengenai pekerjaan ini! Tapi kau ..? " Ia mendecih kesal, serta menggelengkan kepalanya dengan pelan. Ting! "Maafkan Aku Kak Julian! Maafkan aku, aku berharap sekali kakak mau pindah kesini dan bawa Tante Amelia! Lepaskan rumah itu Kak! Aku mohon!" ~ Brother Ameer. Julian terdiam dan enggan menjawab pesan yang diberikan Oleh adiknya, Julian memilih untuk pergi menghampiri kamar tantenya dan berniat untuk mengecek keadaan Amelia.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN