MJ - Chapter 8

1364 Kata
Seharian penuh Meghan hanya berdiam diri di kamar, ia memutarkan musik dengan sangat keras. bernyanyi dan menari memang hobinya, namun Meghan selalu menggerutu jika lagu yang di nyanyikan nya bertemakan cinta. Sembari menunggu kedatangan Ameer, ia sudah banyak menghabiskan rokok dan Wine dengan cukup banyak. "Lama sekali! Kemana dia?" Gerutu Meghan. Ponselnya bergetar hebat, Drrt.... Drrt.... Saat ia melihat siapa yang sedang mencoba menghubunginya, sosok ayahnya lah yang sedang mencoba menghubunginya. Matanya mendelik kala menatap nama Ayahnya yang terpampang di layar ponselnya, "Jody! Sampai kapan dia tidak mengganggu ku! Selalu saja waktunya tidak tepat, giliran aku sedang membutuhkan mu! Kau malah banyak menghabiskan waktu mu untuk nenek sihir itu!" Celetuknya. "Halo," Sapa Meghan. "Halo Meghan, apa kau sudah baik-baik saja?" Tanya nya. "Mm, Iya! Ada apa?" Tanya nya ketus. "Beberapa hari kedepan, Papa akan pergi ke luar Negri! Kau mau menitipkan sesuatu?" Tanya nya. "Tidak, pergi kemana?" Tanya nya singkat. "Ke Jerman! Bagaimana? Benar tidak ada!" "Tidak! Aku tidak membutuhkan apapun yang kau beri! Sudah ya aku sedang sibuk!" Tut.. Tut .. Meghan melempar ponselnya ke sembarang tempat, "Aku hanya membutuhkan dirimu juga Mama berkumpul dengan ku! Tidak ada yang lain! Bahkan jika aku harus miskin karena berkumpul dengan kalian, aku akan rela! Harta untuk ku tidak ada gunanya!" Air matanya menetes kala mengucapkan kalimat itu, ia segera menyeka air matanya dan kembali mengeraskan pengeras suara yang sedari tadi ia dengarkan. Tak lama kemudian, Meghan tertidur. Ameer memang sangatlah lama, kebetulan Julian sudah pulang dan Ameer kesulitan untuk meminta ijin dari Julian. Saat Ameer akan pergi menemui Meghan, Julian bertanya kemana tujuan adiknya dan saat Ameer menjawab bahwa dirinya akan menemui teman yang mengajaknya bekerja, Julian malah memintanya untuk ikut. Saat itu Ameer memberikan berjuta alasan dan membuat Julian sedikit mencurigainya, Julian takut jika Ameer terbawa oleh pergaulan yang tidak baik. Wajar saja jika Julian merasa takut, sebab Usia Ameer masih sangatlah muda. Ameer masih berada di dalam Apartemen, tak lama kemudian Ameer melihat kakaknya tertidur. Ameer mulai berjalan dengan sedikit menyembunyikan langkahnya, tentunya dengan bantuan Marcel dan Ameer berhasil keluar dari kamar Apartemen milik Marcel. "Marcel, ingat ya jangan sampai kakak ku tahu!" Ucap Ameer. "Iya siap! Kalau bisa jangan pulang larut," "Iya mudah-mudahan Nyonya itu tidak memintaku untuk pulang terlalu larut!" Sahut Ameer. "Ya sudah sana!" Usir Marcel di iringi senyuman, "Good Luck iya!" Ucapnya kembali. ^^ Hun masih memondar mandirkan langkahnya, Hun merasa takut jika Ameer ini tidak datang. Bahkan ponselnya tidak aktif sama sekali, jantung Hun terus-menerus berdegup kencang. Tak lama kemudian, sebuah taksi berhenti tepat di depan gerbang rumah Meghan. Beberapa keamanan pun, menyambut kedatangan Ameer dan mempersilahkan nya masuk. "Ameer! Ya Tuhan! Syukurlah!" Ucap Hun sembari bernafas lega. Ameer membalasnya dengan sebuah senyuman yang membuat Hun merasa tenang, "Apa yang kau berikan pada Nyonya ku Ameer! Hingga dirinya meminta mu kembali?" Tanya Hun sembari merangkul bahu Ameer. "Tidak ada Tuan! Aku hanya... " Ameer ingat amanat apa yang di sampaikan oleh Meghan, Ameer pun menghentikan kalimatnya. "Tuan, Apakah ada lift untuk menuju ruangan Nyonya itu?" Tanya Ameer polos. "Ada, tapi itu khusus Meghan atau Ayahnya. Sebenarnya, Meghan tak masalah. Yang mempermasalahkan itu Ayahnya dan kau tahu setiap penjuru rumah ini di adakan CCTV, " Tutur Hun. "Lalu, bagaimana mungkin aku datang? Apa nanti Ayahnya Nyonya itu akan mengetahui nya?" Tanya Ameer polos kembali. "Tidak masalah! Ayahnya tahu, Meghan hanyalah bersenang-senang! Lagipula, Ayahnya meminta ku untuk menuruti apapun keinginan Meghan. Namun jika Menikah, Ayahnya lah yang akan memilihkan lelaki untuk Meghan!" Jelas Hun, tak ada rasa capek walaupun Hun menaiki tangga yang menjulang tinggi. Baginya hal itu sudah menjadi makanan dan tempatnya berolah raga Fisik, tapi tidak untuk Ameer. Nafas Ameer terlihat tersengal hebat, "Kau capek? " Tanya Hun. "Iya Tuan! Bayangkan saja, 3 lantai! Setiap langkah yang dicapai di Tangga ini juga sangat lah tinggi!" Keluh Ameer, Hun tertawa. "Tenang saja lutut mu pasti kuat, sebelum kau bermain dengan Meghan kau aku beri suplemen!" Celetukan Hun membuat Ameer sulit menelan ludahnya sendiri. "Kenapa dengan mu?" Tanya Hun kembali. "Tidak Tuan, sepertinya aku haus!" Keluhnya kembali, "Sebentar lagi juga sampai, di sana ada air mineral kau langsung minum. Ingat nafas mu jangan sampai tersengal di hadapannya dan satu lagi keringat mu tidak boleh menetes!" Ameer sudah sangat paham dengan apa yang di ucapkan oleh Hun, saat pertama datang pun Hun sudah membicarakan itu semua dan Ameer sudah sangat mengerti dengan apa yang di ucapkan oleh Hun. Sesampainya di atas sana, Ameer segera mengatur nafasnya. Hun pun memberikan air Suplemen untuk meningkatkan staminanya, lalu setelah di lihat Hun Ameer sudah siap, Hun pun masuk dan memberitahu Meghan. Namun, Hun melihat Meghan sedang tertidur dengan pulas. "Ameer kau tunggu saja dulu di sini! Mungkin Meghan menunggu mu lama dan akhirnya Meghan tertidur di atas ranjangnya!" "Maafkan aku Tuan Hun, tadi kakak ku sudah pulang. Tak biasanya dia pulang cepat! Sekali lagi maafkan aku!" Ucap Ameer, "Tidak apa-apa Ameer, malah aku merasa tidak enak. Kau sudah datang dan Meghan malah tertidur, hasilnya kau harus menunggu lama!" Ujar Hun. "Oh tidak apa-apa Tuan Hun! " Hun dan Ameer pun menghabiskan waktu bersama, Hun mendengarkan setiap cerita Ameer dari masa kecilnya hingga saat ini. Ameer pun menceritakan sosok Kakaknya dan tantenya yang selama ini sangatlah menyayanginya, Hun sedikit iba saat mendengar cerita dari Ameer. "Ameer! Tenanglah kau pasti akan sukses, ibu dan Ayah mu pastilah sangat bangga memiliki anak seperti mu!" Ucap Hun, "Iya Tuan, Banyak sekali orang yang selalu menyemangati kami dan kami sangat bersyukur untuk itu!" Sahut Ameer. Tiga jam pun berlalu, sore ini Meghan terbangun dengan sosok Ameer yang masih saja belum datang. Wajah Meghan sudah sangat terlihat kesal dan Meghan mencoba menghubungi Hun. Saat Hun sedang berbicang di depan kamar Meghan, ponselnya pun berdering. Meghan lah yang sedang menghubunginya, Hun pun menerima panggilan tersebut. "Halo!" "Kemana pria itu? Sudah berapa lama aku menunggu!" Protes Meghan, Hun hanya mampu menrengar serta mengusap dadanya. Hun pun mencoba menjawabnya dengan satu helaan nafas, "Sejak tadi Ameer sudah berada disini, ia menunggu mu bangun!" "Hah! Antar dia masuk!" Ucapnya. "Baiklah!" Ucap Hun. Hun pun mengajak Ameer untuk masuk kedalam kamarnya, "kau bukannya bangun Aku! Dasar bodoh!" Protes Meghan sembari mengerucutkan bibir nya. "Ya Tuhan Meghan! Jika tadi aku membangunkan mu, kau pasti protes kembali! Kau bilang, kenapa kau berani-berani nya membangunkan ku!" Ucap Hun seraya mengikuti kalimat yang sering Meghab ucapkan jika Hun tanpa ijin membangunkannya. "Ya Sudah terserah, pergilah. Aku mau berdua dengan nya!" Hun mendelik kan matanya kesal, namun lagi dan lagi Hun sudah terlalu sayang kepada Meghan. Apalagi Ayah dari Meghan selalu menitipkan Meghan kepadanya, tak hanya itu jika siapapun bertanya mengapa Hun masih hidup dan bernafas hingga saat ini. Jawabannya adalah karena Ayah dari Meghan menyelamatkannya dan Hun berhutang sangat besar kepadanya "Ameer! Duduklah!" Titah Meghan, Ameer pun menuruti keinginan Meghan. Meghan membuka kain kimono nya, hingga membuat Ameer melihat lekuk tubuh Meghan yang tidak memakai apapun di sana. Meghan duduk di atas ranjang, Meghan terlihat menggoda Ameer yang kini matanya tak mampu berkedip bebas. "Kau mau aku puaskan sekarang Nyonya?" Tanya Ameer. "Memangnya aku meminta itu?" Tanya Meghan. "Mm, tidak!" Jawab Ameer. "Ya sudah, kau puaskan saja dulu memandang ku!" Celetuk Meghan, Meghan melihat hal tak biasa di balik celana Ameer. Sebuah tonjolan batang yang mulai mengeras, Meghan tertawa terbahak-bahak seakan ia sedang merasa bahagia. Ameer terlihat aneh saat menatap Meghan, "Kenapa dengan mu?" Tanya Meghan. Tangan Meghan menyusuri tubuhnya sendiri, hingga Ameer merasa jika dirinya lah yang sedang membelai tubuh Meghan. "Ouh!" Desah kecil Ameer terdengar oleh Meghan. "Kau tidak boleh mendesah! Apa aku menyuruhnya?" Tanya Meghan, Ameer hanya menunduk malu. Kali ini Meghan melebarkan kakinya, membuat v****a nya terlihat oleh Ameer. Ameer semakin tak kuasa melihat tingkah Meghan, saat Ameer mulai ingin mengusap batang kejantanannya sendiri, Meghan berteriak, "Stop!" Ucap Meghan, Ameer terkejut dan menghentikan tingkahnya. "Ameer! Hentikan tangan mu itu. Biar saja keluar dengan sendirinya! Kau hanya boleh melihat ku tanpa mengerakan apapun!" Titahnya, "Kali ini aku akan membayar mu dengan bayaran yang sangat besar!" Ucapnya kembali, Ameer mengangguk pelan dan menuruti keinginannya. "Jika Aku ucapkan Ayo! Kau boleh mendekat!" Ujar Meghan, Ameer kembali mengangguk pelan. Meghan tersenyum hingga memicingkan kedua matanya, "Anak Pintar!" Nafas Ameer kembali tersengal karena menahan nafsu yang sudah menggunung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN