Di tempat lain, Julian sedang menunggu adiknya untuk pulang. Perasaan cemas itu hinggap di dalam benaknya, "Dimana kau Ameer? Sudah pukul 11 malam kau belum juga pulang!" Ia menatap lurus gedung-gedung tinggi di hadapannya, "Marcel, dimana Ameer?" Tanya nya seakan menekan diri Marcel.
"Aku sudah menghubunginya, mungkin Ameer sedang sibuk bekerja. Pemotretan yang di lakukan olehnya mungkin sangat banyak!" Sahut Marcel.
"Aku mengkhawatirkan nya Marcel!"
"Dengar Julian! Jika kau seperti ini, kau akan membuatnya manja! Kau akan membuatnya tergantung padamu! Dan aku rasa itu tidak baik Julian!" Ujar Marcel sembari menepuk bahu Julian.
"Kami hanya berdua! Dia adik ku, wajar jika aku mengkhawatirkannya!"
"Wajar, tapi tidak membuatnya menjadi lelaki manja! Apalagi aku yang hanya seorang diri, yang aku miliki hanya kamu dan Ameer!" Tukas Marcel, Julian mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia mengerti dengan apa yang di ucapkan Marcel, Julian pun berpikir bahwa dia tidak akan selamanya menjaga dan memberikan fasilitas untuk adiknya. Apalagi di usia nya yang masih belia, banyak sekali yang ingin di miliki oleh adiknya.
Selama berbincang bersama Marcel, banyak hal yang membuat Julian berpikir bahwa tak selamanya Julian akan memiliki adiknya. Marcel membuka pikiran Julian bahwa Ameer sama dengan nya dan sama dengan Marcel, seorang lelaki yang harus belajar bertanggung jawab.
"Salah satu yang harus ditekankan olehnya adalah berusaha bertanggung jawab atas dirinya sendiri, jadi jangan membuatnya lemah! Dia lelaki sama seperti ku dan seperti mu, apapun jalan yang akan di tempuh di depannya. Kau hanya harus memberikan support bukan nya membuat dia jatuh karena rasa takut mu! Percayalah Ameer anak yang baik! Kau harus memberikan rasa percaya, agar dirinya memiliki rasa percaya diri!" Tutur Marcel, Julian menganggukan kepalanya.
Ia pun memeluk Marcel, "Terimakasih Marcel, terimakasih karena sudah membuka mataku!" Ucap Julian.
"Sudah seharusnya, kau dan Ameer sudah melebihi apapun untuk ku! Aku sangat menyayangi kalian! Tenanglah, Aku akan membuat Ameer mandiri dan kau harus percaya bahwa Ameer adalah anak yang baik!" Ujarnya sembari tetap memeluk Julian.
Ting! Ting!
Suara bel berdenting nyaring, Marcel pun beranjak dari duduknya lalu berjalan menghampiri pintu dan segera memeluknya. Betapa terkejutnya Marcel saat membuka pintu, sebuah pelukan erat diberikan Ameer. Wajahnya terlihat girang dan sesekali Ameer berbicara, "Aku akan kaya Kak Marcel!" Ucap nya, Julian terkejut dan mendekat.
"Apa maksud mu?" Tanya Julian sembari berjalan menghampiri adiknya, Julian melihat raut wajah adiknya itu yang terlihat sangat bahagia. Namun ada hal yang sangat aneh bagi Julian, Ameer memakai piyama celana panjang serta lengan panjang dan piyama itu terlihat piyama yang sangat mahal. Kainnya saja berjenis sutera premium, "Ameer, pakaian siapa ini?" Tanya Julian.
"Mmm, teman ku!" Jawab Ameer singkat.
"Lalu kenapa kau pulang dengan memakai piyama dia? Baju mu kemana?" Tanya Julian.
"Mmm, baju ku basah saat sedang melakukan pemotretan dan dia meminjamkan ini!" Sahut Ameer.
"Kau tidak berbohong kan?" Tanya Julian, Marcel segera menatapnya seakan meminta Julian menyudahi pertanyaan-pertanyaan nya.
"Maafkan Kakak Ameer, Kakak hanya takut!" Sahut Ameer.
"Tidak apa-apa Kak!" Jawab Ameer berwajah sendu.
"Mmm, Ya Sudah. Masuklah ke kamar, istirahatkan badan mu!" Ucap Julian kembali, Ameer menuruti keinginan adiknya.
Setelah di rasa olehnya Ameer sudah masuk kedalam rumah, Julian melanjutkan pembicaraan nya itu. Julian mengatakan kegundahannya karena sampai saat ini Julian sama sekali belum mendapat waktu untuk mewawancarai orang yang akan menjadi narasumbernya, Julian pun mengatakan bahwa wanita ini sangatlah aneh dan Julian benar-benar harus ekstra sabar.
Ting! Sebuah pesan masuk kedalam ponsel Julian, Julian pun membuka pesan tersebut dan segera membacanya.
"Tuan Julian, bisakah Anda esok malam pukul 7. Nona Meghan sudah memintaku menghubungi anda dan saya pastikan jika saat ini wawancara akan berlangsung segera!" ~ Hun.
"Tuan Hun!" Ucap Julian pelan, Marcel menatanya dan bertanya, "kau tadi menyebutkan apa?" Tanya Marcel, dahi nya terlihat berkerut. Marcel seakan tak asing saat mendengar nama itu, namun saat itu Marcel yang dalam keadaan mengantuk tak melanjutkan pembicaraannya. Ia memilih untuk segera pergi ke dalam kamar meninggalkan Julian yang sedang sibuk dengan ponselnya.
Keesokan harinya...
Julian sedang berada di sebuah taman, ia merasa suntuk karena pekerjaan nya tak kunjung selesai dan berharap malam ini benar-benar berhasil mewawancarai Meghan. Julian menatap sekeliling taman yang di penuhi dengan bunga-bunga yang indah, Julian ingat jika tantenya sangat ingin mendatangi Negara Inggris dan rasa rindu terhadap sosok ibu keduanya itu sudah sangat menggunung.
"Aku merindukan senyuman Aunty Amelia," Akunya sembari mengusap dadanya, Ia mengingat betul bahwa Auntynya itu sakit-sakitan. Bahkan nyaris memiliki sebuah gangguan jiwa, ia mencoba menghubungi Alixe kekasihnya untuk sekedar bertanya mengenai Auntynya itu. Namun Alixe sama sekali tak menerima panggilannya, Ia berulang kali menghubungi Alixe dan lagi-lagi Julian harus menahan rasa rindunya.
"Aku ingin sekali pulang dan menemui Aunty Amelia! Ya Tuhan lancarkanlah malam ini!" Gumamnya dalam hati, Julian menatap sebuah pemotretan. Ia pun menghampirinya untuk sekedar melihat dan ternyata Pemotretan itu adalah milik Meghan dan Hun beserta semua kru Meghan sedang berada di sana.
Hun melihat sosok Julian, "Tuan Julian!" Panggil Hun.
"Hay Tuan Hun!" Sahut Julian, setelah itu Hun menghampiri Julian. Hun tersenyum, "Kebetulan sekali Tuan, kau dan Nyonya Meghan sedang melakukan pemotretan disini!" Tutur Julian sembari tersenyum.
"Iya Tuan, kebetulan Meghan memang sedang melakukan pemotretan OutDoor dan ini sangat jarang sekali Meghan meminta disini!" Balas Hun, "Tuan Mari sembari saya menunggu Meghan, kita berbincang di sana!" Tunjuk Hun pada salah satu meja. Mereka berdua pun berjalan bersamaan dan duduk berhadapan, Hun meminta Jessi untuk membawakan Julian minuman bersoda dan Jessi pun segera membawakan dan memberikannya. Jessi terlihat terpana dengan ketampanan Julian, Jessi terus menerus menatap wajah Julian.
"Ya Tuhan, dia lelaki idaman banget. Kegantengannya membuat aku terpana" Gumam Jessi di dalam hati.
Dari kejauhan keberadaan Julian membuat Meghan kehilangan kendali, entah mengapa Meghan seakan tak menyukai sosok Julian.
"Stop! Stop!" Teriak Meghan.
"Kenapa Meghan?" Tanya Edward sang pothografer.
"Aku lelah! Aku ingin beristirahat!" Keluh Meghan, Edward pun mengiyakan keinginan Meghan.
"10 Menit Ed!" Ucap Meghan, saat mendengar Meghan mengatakan hal itu Edward hanya membalasnya dengan senyuman. Lalu Meghan berjalan menghampiri Julian dengan pegangan Jessi dan assisten satunya lagi, Meghan menatap lekat wajah Julian yang sedang tersenyum padanya.
"Kau lagi! Aku kan sudah bilang untuk temui aku pukul 7 malam! Kau malah mendatangiku kemari! Dasar Jurnalis bodoh!" Pekik Meghan memaki Julian, Julian mengerutkan dahinya.
"Saya kesini tidak untuk ... "
"Ah sudahlah, Pulang sana! Ucapkan pada kalau aku membatalkan semua wawancara malam ini! Aku tidak suka jika orang-orang yang sudah memiliki janji dengan ku malah membuntuti ku!" Meghan mengusir Julian, wajah Julian memerah menahan rasa malunya. Bahkan Julian terlihat mengepalkan tangannya, baru kali ini sosok Julian di perlakukan seperti itu oleh seorang Narasumbernya. Selama ini semua yang menjadi talent untuk di wawancarinya selalu bersikap wajar bahkan sangatlah ramah, apalagi perusahaan yang menjadi naungan Julian itu adalah perusahan besar di dunia.
"Ya Tuhan Meghan!" Ucap Hun.
"Sudah Tuan Hun, biarkan Nyonya ini dengan persepsinya! Saya tidak akan dan tidak perlu menjelaskan! Biarkan karir saya hilang, saya tidak ingin mendapat penghinaan seperti ini!" Jelas Julian, Julian menahan semua amarahnya.
"Tuan mohon maaf! Jika Meghan membatalkan ini, apa nanti tidak akan muncul berita yang tidak-tidak mengenai Meghan. Maafkan Meghan Tuan, Saya Mohon!"
"Tenang saja Tuan, saya tidak sepicik itu! Bagi saya, Nyonya ini hanyalah kurang di perhatikan saja. Makanya dia mencoba mencari sebuah perhatian! Betul tidak Nyonya?" Tanya nya
"Berani sekali Anda Tuan? Siapa dirimu bisa berbicara seperti itu padaku!"
"Tuan Hun, sepertinya Nyonya anda sudah tidak kondusif! Saya akan pergi dari hadapannya sebelum Nyonya anda ini berubah menjadi harimau betina yang galak!" Pekik Julian, Ia pun melangkahkan kakinua untuk meninggalkan Meghan beserta semua kru. Julian merasa terhina dengan apa yang di lakukan Meghan, apalagi Julian merasa jika Meghan selalu memberikan nada sinis serta tatapan sinis untuknya.