MJ - CHAPTER 12

1133 Kata
Dua hari kemudian, Julian sedang di dalam perjalanan menuju tempat ia bekerja. Hatinya berdegup kencang karena takut terjadi sesuatu akan pekerjaannya, apalagi ia tak berhasil membawa laporan mengenai wawancara nya bersama Meghan. Di dalam hatinya kata ikhlas ia tanamkan, jikalau pun pekerjaannya tetap berlanjut, tetap saja ia harus mengembalikan seluruh uang transpor yang sudah ia pakai. "Ya Tuhan, jika itu terjadi Alixe pasti marah dengan ku! Bulan ini kembali lagi aku tak akan bisa memberikan uang padanya dan ini akan menjadi kekacauan dengan ku!" Ujarnya dalam hati, jalanan macet itu menjadi saksi bisu kegundahan hati Julian. Namun, tak ada sedikitpun hatinya menjadi dendam dengan sosok Meghan. Ia tak berpikir buruk mengenai Meghan, ia merasa sosok Meghan adalah sosok wanita yang membutuhkan seseorang sebagai tempatnya bersandar. Sesampainya di dalam kantor, Langkahnya beriringan dengan suara detak jantungnya yang berdegup sangat kencang. Ia masuk kedalam sebuah ruangan untuk memberikan laporan yang seharusnya ia bawa, Julian memaju-mundur kan langkahnya kala ia berdiri di hadapan pintu. Dak Dik Duk! Jantungnya seakan terus menerus berdegup. bahkan saat ini, Ia merasakan sesak di dalam dadanya. Ceklek! Dengan tangan yang bergetar, ia pun segera membuka pintu nya. "Selamat Pagi Tuan Andrew!" Sapa Julian di iringi senyuman kilat. "Selamat Pagi, silahkan duduk Julian!" Sahut Andrew. Julian pun duduk di hadapannya, kursi yang baru saja ia duduki terasa sangat dingin. Apalagi AC yang berada di dalam ruangan tersebut bersuhu sangat dingin dan membuatnya semakin kedinginan, sorot mata tajam di berikan Andrew pada Julian. Ia menundukkan kepalanya karena merasa takut dengan tatapan itu. "Bagaimana Julian?" Tanya Andrew. "Saya tidak berhasil Tuan Andrew! Maafkan saya!" Sahut Julian. "Saya sudah tahu hal itu! Saya merasa kecewa! Bahkan di dalam pesan singkat yang masuk terdapat sebuah pesan pengaduan, Nyonya Meghan sendiri yang memberikan sebuah Email tersebut." Julian terlihat menohok saat mendengar kalimat yang di ucapkan oleh atasannya, "pesan pengaduan? Maksud Tuan, Nyonya Meghan mengadukan saya?" Tanya Julian. "Ya, dia merasa terganggu karena kau selalu membuntutinya. Ia sudah mengatakan bahwa dirinya sudah menyiapkan waktu untuk bertemu dengannya, tapi kau selalu memaksa nya untuk mengikuti waktu yang kau siapkan! Kau harus berpikir bahwa dirinya akan merasakan tidak nyaman!" Julian menggelengkan kepalanya pelan, ia merasa tidak percaya bahwa Meghan mengadukannya dengan alasan yang tidak benar. "Julian dengar kau sudah tidak bisa saya pertahankan, saya harus memutuskan pekerjaan mu saat ini. Karena kalau tidak, Meghan akan menuntut kamu dan nama baik kami pun akan terbawa!" Tegasnya, Julian tak mampu berkata-kata. Jangankan untuk sebuah pembelaan, untuk sekedar bernafas pun seakan tak mampu. "Maaf Julian, saya tidak bisa melanjutkan pekerjaan mu disini! Kinerja mu sangatlah buruk, dengan berat hati saya harus mengatakan bahwa hari ini kamu resmi tidak lagi bekerja bersama kami!" Ucap Andrew. Jantungnya kembali berdegup kencang, nafasnya pun kembali tersengal saat mendengar kalimat itu. Julian menatap peluh wajah atasannya itu, "Terimakasih Tuan, saya minta Maaf Tuan karena telah mengecewakan Anda dan pihak perusahaan." Ucapnya sendu. Tanpa menjawab kalimat yang di sampaikan Julian, tangan Andrew meminta nya untuk pergi dari hadapannya. Langkah kaki Julian terasa sangat berat, banyak mimpi yang ia rangkai saat bekerja di tempat itu. "Bagaimana nanti aku membeli obat Tante Amelia? Obatnya sangat mahal, sedangkan gaji ku bulan ini hangus! Ya Tuhan" Keluhnya, wajahnya sendu dan sangat bersedih. Drrt drrrt ponselnya bergetar, ia segera menatap layar ponsel yang sedari tadi di pegang olehnya. Alixe Calling ... "Halo," Sapa Julian. "Halo Julian, kau sedang berada dimana?" Tanya Alixe. "Aku sedang berada di kantor, ada apa Sayang?" Tanya Julian. ia mencoba menutupi keluh kesahnya, Walaupun suaranya tak dapat menutupi kesedihannya. "Julian kau kenapa?" "Tidak mengapa Alixe, kau sedang berada dimana?" Tanya nya kembali. "Aku harus pergi menemui teman ku, Tante Amelia ditemani Ashley. Oh iya kalau bisa aku minta uang ya! Aku tidak pegang uang selembar pun!" Ucapnya pelan, Julian menepuk dahinya. Ia benar-benar menyimpan uang hanya untuk membeli obat tantenya, namun ia terlihat tak dapat menolak permintaan kekasihnya. Apalagi selama ia bekerja, Alixe selalu rela mengorbankan waktunya untuk menjenguk tante kesayangannya itu. "Baiklah Alixe, nanti aku kirimkan uang ke dalam rekening mu!" Sahut Julian, Alixe terdengar sangat senang saat mendengar Julian akan memberinya uang. "Baiklah Julian, Terimakasih!" Ucapnya sebelum mengakhiri panggilan. Julian kembali berjalan menyusuri lorong yang berada di dalam gedung stasiun televisi tersebut, sungguh sangat menyayat hati nasib Julian ini. Ia kehilangan pekerjaannya dan di tempat lain, Alixe sang kekasih akan melakukan perjalanan bersama lelaki lain yang di sebut selingkuhannya. Julian tak tahu akan keadaan itu, yang ia tahu Alixe sangatlah mencintainya. Julian terus berjalan dan berjalan, beberapa temannya menyapa Julian. Julian tersenyum saat membalas sapaan teman-teman, "Julian kau mau kemana?" Tanya seseorang. "Aku mau pulang!" Jawabnya singkat. "Mengapa dengan mu Julian? Mengapa kau membereskan semua barang-barang mu?" Tanya nya kembali. "Pekerjaan ku sudah berakhir sobat, " "Tidak! Mengapa bisa begitu?" Tanya salah satu teman nya, "Kau adalah jurnalis terkeren, artikel mu selalu bagus dan siapapun yang menjadi narasumber mu selalu senang saat kau wawancarai? Ada apa Julian?" Tambahnya, Julian hanya tersenyum. "Dengar, apapun alasan aku keluar dari pekerjaan ini, Kalian harus tetap bekerja dengan hati. Aku yakin kalian adalah orang-orang yang hebat melebihi aku, semoga kalian selalu bahagia ya!" Sahutnya sembari tersenyum. "Ah Julian, aku tak mengerti mengapa kau tidak lagi bekerja disini! Ini rumah mu Julian, kau selalu mengatakan hal itu!" Ucap salah satu orang lagi, "Iya, aku pun tak mengerti Michele!" Timpal seseorang. "Sudahlah, Aku harap apapun yang terjadi padaku adalah campur tangan dari Tuhan! Mungkin ini adalah jalan terbaik untuk ku!" Sahutnya kembali sembari tersenyum. Selesai membereskan barang-barang miliknya yang tersimpan di atas meja nya, Julian pun pergi berkeliling untuk berpamitan dengan semua teman-temannya. Bahkan partnernya yang saat itu bersamanya untuk meliput aktifitas Meghan, ikut tercengang saat mengetahui hanyalah Julian yang mendapatkan hukuman pemutusan pekerjaan. Namun hal itu di tekankan Julian, bahwa dirinya bersikap ikhlas akan keputusan Andrew dan Julian merasa sangat baik-baik saja. ^^ London, Inggris. Meghan sedang duduk di atas sofa, tak lama kemudian Ameer datang di antar oleh Hun. Di sana Hun bertanya akan pengaduan Meghan untuk Julian, namun Ameer tak mengerti dengan pembicaraan ini. Ameer lebih memilih untuk diam, Hun seakan tak mengerti dengan sikap Meghan yang terlihat membuat seseorang kehilangan pekerjaannya dan Hun merasa jika itu bukanlah Meghan yang sesungguhnya. "Meghan, Are you okay?" Tanya Hun. "Yes, I'm Okay. Aku rasa sudah tidak ada yang harus kamu bicarakan dan lebih baik kamu keluar!" Usir nya pada Hun, Hun mendecih kesal karena sikap Meghan yang semakin hari semakin lebih menyebalkan. "Entahlah Meghan, aku tak tahu mengapa dirimu seperti ini! Yang jelas alasan mu sangatlah merugikan Tuan wartawan itu!" "I Don't Care!" Ucapnya kembali sembari mendelik kan matanya. Hun kembali menggelengkan kepalanya, "Entahlah Meghan, aku takut sikapmu malah memakan dirimu sendiri!" Ucapnya dalam hati, ia segera meninggalkan Meghan dan Ameer. Yang Hun tahu Meghan sudah mulai menyukai Ameer, Hun takut Ameer malah membuat Meghan hilang kendali.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN