Di meja lain, tempat Jegar dan Maraka duduk, ketegangan yang terjadi di meja Rielle masih menjadi pusat perhatian mereka. Tatapan mereka sama-sama terpaku ke arah Harven, yang kini berdiri tegak dengan aura mendominasi. “Taruhan yuk,” gumam Maraka tiba-tiba, suaranya pelan tapi sarat dengan nada iseng. Matanya tidak lepas dari Harven. “Menurut lo, Harven suka sama Elle atau enggak? Dan kalau sampai bener ada persaingan, siapa yang akan menang, Harven atau si dosen baru itu?” Jegar langsung menoleh, kaget dengan kalimat temannya. “Lo gila, Mar. Enggak ada taruhan begituan.” Maraka justru tersenyum menantang. “Ayolah, seru kali. Lo tinggal pilih, kalau menang, hadiah bebas. Apa aja lo minta, gua kasih. Deal?” Ia bahkan mengulurkan tangan, menunggu Jegar menyambut. Tapi Jegar hanya meliri

