Harven membuka map itu perlahan, seakan khawatir kertas-kertas di dalamnya bisa meledak. Isinya memang seperti yang Jehan katakan, salinan kontrak pernikahan mereka yang dulu ia tanda tangani tanpa banyak pikir, dan sebuah surat perceraian yang belum bertanda tangan. Matanya terpaku pada tulisan tegas di bagian atas, Surat Pernyataan Perceraian. Huruf-huruf itu terasa berat, seolah setiap lekukan tinta memanggilnya untuk segera mengakhiri segalanya. Tangannya terhenti di tepi kertas, tapi ia tidak mampu mengangkatnya. Kepalanya bising oleh suara Jehan yang terus bergema, “Kamu bisa bebas, Elle akan aman bersama Papi.” Bebas. Aman. Dua kata yang seharusnya terdengar melegakan, tapi entah kenapa justru membuat dadanya sesak. Ia hanya duduk di sana, tubuhnya condong ke depan, tatapannya k

