109. Jehan dan Pemikirannya

1004 Kata

Keheningan pekat yang membungkus kamar tidur itu pecah oleh sebuah suara. Awalnya hanya suara tangis yang nyaris tidak terdengar, namun cukup untuk merenggut Teysya dari alam lelapnya. Naluri keibuannya langsung tersentak. Benar saja, Jevian, putranya yang hampir berusia lima tahun, telah terbangun. Tubuh mungil itu bergetar dalam isakan kecil. "Sst, sst, sst ... ini Mama, sayang..." bisik Teysya, suaranya serak khas orang bangun tidur. Gerakannya otomatis, murni insting. Ia menarik kaus tidurnya ke atas, mengabaikan hawa dingin yang menyentuh kulit perutnya, lalu membimbing tangan mungil Jevi ke kehangatan dadanya. Satu tangannya yang bebas menepuk-nepuk pelan b****g Jevi dalam ritme yang menenangkan, berharap mengantarnya kembali ke alam mimpi. Hening sejenak, hanya ada suara napas

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN