Senyum tipis tiba-tiba tersungging di bibir Rielle. "Ternyata dia bisa manis juga," gumamnya pelan. Tatapannya lalu menerawang, menembus batas kamar mandi. "Apakah ini saatnya aku mulai mencoba menerima cinta?" pikirnya lirih. "Harven suamiku sekarang, kita terikat sah oleh negara dan agama. Terlepas dari kontrak yang sudah di buat, terlepas dari kenyataan bahwa Harven masih memiliki kekasih di luar sana, kami sudah menjadi pasangan di mata semua orang," ucapnya dalam hati. "Orang tuanya menerimaku tanpa syarat. Lalu, apa salahnya jika aku mencoba membuka hati?" bisiknya, namun nada itu lebih seperti meyakinkan dirinya sendiri. Rielle menghela napas panjang, menyadari bahwa menerima bukanlah perkara mudah. Yang sulit adalah, apakah Harven bisa menerimanya? Tatapannya turun, menatap kak

