97. Jehan si Keras Kepala

1050 Kata

Makan malam berlangsung dalam keheningan yang nyaman, meski sesekali terdengar suara sendok dan piring yang bersentuhan. Jevian, anak kecil yang baru menginjak usia hampir lima tahun, makan dengan antusias, meski tangannya masih berantakan, dan beberapa butir nasi jatuh ke lantai. Jehan, tanpa ragu dengan lembut mengusap sisa nasi yang menempel di bibir Jevian. "Telima kacih, Om," ucap Jevian seraya tersenyum polos, matanya berbinar. "Sama-sama," balas Jehan, senyum hangatnya menyebar lembut ke wajahnya, seakan seluruh ruang tamu dipenuhi cahaya hangat yang tidak terlihat, tapi terasa. Teysya, yang duduk di depan Jehan diam-diam mengamati interaksi itu. Sepanjang hidupnya, ia tahu Jehan memiliki kecintaan alami terhadap anak-anak. Kini, melihatnya dengan Jevian, Teysya merasa sesuatu ya

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN