Tidak perduli dengan ucapan suaminya yang katanya akan menyusul ke sini. Yang jelas, Elya tak ingin berharap. Dana dan kesibukannya teman sejati. Tak mungkin rasanya Dana menduakan kesibukannya hanya karena alasan sesimpel—cemburu. Hah..kiamat sudah dekat mungkin bila hal itu sampai terjadi. Sayang? Panggilan yang akan coba Dana biasakan, katanya. Elya juga tak mau percaya. Karena pada dasarnya, dengan atau tanpa panggilan tersebut, Dana sudah menunjukkan perasaannya yang terlampaui besar daripada Elya. Elya percaya Dana sangat mencintainya. Hanya terkadang, Elya ragu. Ditambah adanya sosok yang baru-baru ini muncul. Lareina. Teman lama Dana. Yang Elya ketahui juga sudah bersuami dan beranak. “Syarif!” Menepikan segala pikirannya tentang Dana. Elya lebih memilih fokus untuk tujua

