Hujan sudah berhenti, menyisakan jalanan yang berkilau seperti kain satin hitam. Ezra menyetir sendiri—driver sudah ia pulangkan—lebih gesit melewati jalan perumahan. Ia menelepon Andi. “Ndi, tolong cariin penjual martabak yang bisa custom topping aneh. Radius tiga kilometer dari rumah.” “Pertanyaan pertama saya, ‘aneh’ level berapa, Pak?” Andi sudah paham kebiasaan ini. “Setengah matang, keju–kacang–jeruk nipis–bubuk cabai.” “Waduh. Baik, Pak. Saya tanya Bang Anwar—langganan saya di Kebayoran.” Dalam tiga menit, Andi membalas: “Martabak Bang Anwar buka. Katanya bisa. Dia saranin jeruk nipis dipisah, takut kuenya banjir. Alamat saya share.” Ezra parkir di depan gerobak kecil dengan plang Martabak Bang Anwar. Lampu neon putih, wajan bulat besar, botol-botol topping berjajar. Bang Anwa

