Pagi itu, rumah keluarga Maverick terasa seperti hotel butik yang sedang bersiap menyambut tamu VVIP. Dari dapur, aroma beef wellington, croissant mentega, dan saus hollandaise sudah menyebar hingga ke lantai atas. Cantika baru saja bangun. Rambutnya masih berantakan, wajah masih dilapisi skincare, dan piyama satin biru muda yang kusut karena semalaman gelisah memeluk tubuhnya yang masih setengah mengantuk. Ia membuka pintu kamar sambil menguap, lalu mendongak karena mendengar suara gaduh dari bawah. “Rae! Kamu bisa tolong ambilkan rangkaian bunga itu, taruh di ruang tamu utama!” suara mommy Jillian terdengar nyaring. “Mommy, itu tiga vas, bukan satu! Harusnya kita pakai bunga lokal aja kayak eucalyptus, bukan bunga Belanda semua begini!” balas Rae, terdengar panik. “Ragnala! Kamu udah

