Bab 10

1146 Kata
Hari-hari berlalu setelah menikah, Alice dan Matteo hanya sesekali bertemu untuk sekedar makan bersama. Kini Alice yang belum pernah mengunjungi apartemen Matteo akhirnya ingin pergi ke sana, dia sudah tau alamatnya karena Matteo pernah mengirimkan pesan mengenai alamatnya. Alice menatap apartemen yang memang tidak begitu besar namun terlihat elegan. Dia mencari unit yang di katakan Matteo dan memencet bel nya. Cukup lama Alice menunggu dan beberapa kali memencet bel apartemen Matteo tapi Matteo tidak muncul juga. "Kenapa aku sangat bodoh, ini bukan hari libur, sudah pasti Matteo bekerja," gumam Alice yang lupa karena ini masih jam kerja. Dia memutuskan untuk menghubungi Matteo dan memintanya bertemu nanti saat dia pulang kerja. Matteo yang sedang meting melirik ponselnya yang berdering. Dia melihatnya dan tersenyum tipis ketika di layar ponselnya ada tulisan 'Istriku' di sana. "Lanjutkan saja, Hans kau gantikan aku," kata Matteo yang di angguki oleh Hans dan para karyawannya. "Halo," jawab Matteo. "Aku tadi ke apartemenmu, tapi kau sepertinya tidak ada, kau sedang belerja?" Tanya Alice dari seberang sana. Matteo cukup terkejut karena Alice ternyata sekarang ada di apartemennya. "Apartemen yang mana?" Tanya Matteo tidak sadar. Di seberang sana Alice nampak mengerutkan dahinya dengan pertanyaan suami bayarannya. "Apartemen yang kau kirimkan padaku tempo lalu, memangnya kau memiliki apartemen lagi selain di sini?" Tanya Alice yang merasa aneh. Matteo yang sadar memejamkan matanya sejenak, dia lupa jika dia sedang menyamar, karena apartemennya memang banyak namun rata-rata mewah dan besar. "Tidak, hanya itu apartemen yang aku miliki," kata Matteo "Aku sedang bekerja sekarang, tapi jika kau masih di sama, aku bisa meminta izin untuk pulang," kata Matteo. "Tidak-tidak, tidak perlu izin, kita bertemu saat kau sudah pulang bekerja saja," kata Alice. "Bailah, terserah kau saja," kata Matteo. Matteo tersenyum saat sambungan mereka sudah terputus, Meskipun jarang bertemu, Matteo cukup senang karena Alice menjadi miliknya sekarang, dia memang belum tau apa masalah yang Alice hadapi, dia pun tidak ingin terlalu mencari tau karena dia ingin Alice sendiri yang nantinya menceritakan apa masalahnya, Namun Matteo sudah bisa sedikit menyimpulkan, jika Alice dan keluarganya sepertinya sedang ada masalah yang tersembunyi, sehingga Alice membutuhkan pria untuk menikah dengannya. Matteo masuk lagi ke dalam ruang rapat dan melanjutkan rapatnya bersama dengan karyawannya. Sore hari, Matteo pulang lebih awal karena takut Alice akan sampai lebih dulu di apartemennya. Matteo masih sempat mandi sambil menunggu Alice datang, dan benar saja, tak lama Matteo selesai mandi, bel apartemennya berbunyi yang sudah di pastikan jika itu adalah Alice. Matteo segera membuka pintunya dan tersenyum ketika melihat wanita cantik di depannya yang statusnya adalah istrinya. "Kau baru selesai mandi?" Tanya Alice karena terlihat rambur Matteo yang masih berantakan dan basah. Matteo hanya menanggapinya dengan anggukan lalu mempersilahkan Alice untuk masuk ke dalam. Alice sebenarnya terkejut dan sempat tertegun karena melihat tubuh Matteo yang bertelanjang d**a untuk yang pertama kalinya, apalagi rambut berantakan dan basah Matteo membuatnya semakin terlihat tampan. Alice mengatur jantungnya yang merasa berdebar dengan kencang, dia bahkan beberpa kali menghela nafasnya agar tidak terlihat gugup. Alice melihat apartemen Matteo yang memang tidak besar, namun sepertinya cukup nyaman, apartemennya bahkan bersih dan wangi. "Apartemenmu cukup rapi, apa kau membersihkannya sendiri?" Tanya Alice. "Ya, aku jarang di apartemen, hari-hari ku selalu bekerja, jadi mungkij tidak begitu kotor dan berantakan," kata Matteo yang di tanggapi Alice dengan manggut-manggut. "Kau tidak menawariku minum?" Tanya Alice yang membuat Matteo tersadar dan lupa, karena sepertinya di dalam lemari pendinginnya tidak ada isi sama sekali. "Maafkan aku, aku lupa berbelanja, jadi tidak ada apapun di sini," kata Matteo menyesal. "Aku akan memesannya," kata Matteo yang ingin mengambil ponselnya untuk menghubungi Hans namun Alice mencegahnya. "Bagaimana kalau kita keluar saja untuk berbelanja?" Kata Alice yang membuat Matteo tersenyum. "Baiklah," Temtu saja Matteo sangat mau jika di ajak jalan dengan wanita yang dia sukai. Matteo pergi ke kamarnya terlebih dahulu untuk bersiap, sedangkan Akice melihat ke arah dapur dan membuka kulkas Matteo yang memang tidak ada isinya sama sekali, "Astaga, bagaimana bisa kulkasnya sampai benar-benar kosong seperti ini, bahkan tidak ada air sama sekali, semuanya terlihat seperti baru, pasti Matteo tidak pernah menggunakannya," gumam Alice. Alice menghampiri Matteo ketika dia sudah selesai bersiap. "Jika bekerja kau mengendarai apa?" Tanya Alice. Matteo nampak berfikir. "Aku memakai mobil kantor," kata Matteo yang di tanggapi Alice dengan manggut-manggut. "Biar aku yang menyetir," kata Matteo yang meminta kunci mobil Akice, tentu saja dia yang seharusnya menyetir, karena dia laki-laki dan bahkan sekrang suami sekarang. Alice tersenyum dan memberikan kunci mobilnya, dia membiarkan Matteo yang menyetir. "Aku belum tau, apakah kau masih memiliki orang tua?" Tanya Alice. "Karena kemungkinan saat aku ulang tahun, kau akan ku kenalkan pada semua orang jika kau adalah suamiku, aku hanya takut orang tuamu akan tau berita ini dan marah," kata Alice, dia sedari kemaren lupa menanyakan soal ini kepada suami bayarannya. "Hm, aku memilikinya, dan kau jangan khawatir, aku akan mengatur semuanya," kata Matteo. Setelah sampai, Alice yang mengambil apa saja yang akan dia isi untuk kulkas Matteo. "Apa kau bisa memasak?" Tanya Alice. "Bisa, tapi aku jarang melakukannya," kata Matteo. "Aku akan membeli benerapa bahan makanan, barangkali kau mau memasak, atau mungkin saat aku ke sana, aku akan memasak untukmu," kata Alice yang membuat Matteo tersenyum miring "Aku akan lebih senang jika kau tinggal bersamaku," kata Matteo yang malah membuat Alice terkekeh. "Jika seperti itu, kita seperti sepasang suami istri sungguhan," jawab Alice. Matteo tidak menanggapinya, dia hanya menanggapinya dengan senyuman, dia bertekad akan menjadikan Alice benar-benar miliknya, dan menjadi istrinya sungguhan. Cukup lama mereka berbelanja yang akhirnya mereka kembali ke apartemen Matteo. "Biar aku yang memasak," kata Matteo setelah mereka sudah menata barang belanjaannya ke kulkas. Alice terkekeh lalu mengangguk, dia juga ingin tau bagaimana rasanya masakan suami bayarannya ini. Sambil menunggu Matteo memasak, Alice mengelurkan satu kantong belanjaan yang dia beli lagi, dia meletakkannya di kulkas yang ternyata itu adalah alkohol. "Kau minum alkohol?" Tanya Alice. "Ya," jawab Matteo singkat sambil sibuk dengan masakannya Setelah memasak, Matteo mengiapkannya di meja makan. "Ini benar-benar perdana, aku baru tau kalau pria bisa memasak," kata Alice. "Banyak koki pria jika kau lupa," kata Matteo yang di jawab kekehan oleh Alice. Alice mencoba makanan yang di masak oleh Matteo dan ternyata rasanya enak, "Bagaimana kau bisa memasak makanan seenak ini?" Kata Alice yang makan dengan lahap, dia mengakui kalau makanan Matteo memang benar-benar enak. "Dulu kekasihku suka memasak, dan aku sering memasak dengannya," kata Matteo. "Lalu kenapa kalian berpisah?" Tanya Alice. "Dia meninggal dunia," kata Matteo yang membuat Alice terkejut. "Maaf, aku benar-benar tidak tau.." kata Alice yang merasa tidak enak. "Tidak apa, santai saja" kata Matteo "Aku sudah melupakannya karena aku sudah memiliki istri," kata Matteo yang membuat Alice tersenyum. "Bagaimana hubunganmu dengan kekasihmu?" Tanya Matteo. "Seperti bisanya, baik-baik saja, satu bulan lagi, mereka akan menjalankan rencana mereka, aku akan memberikan mereka kesenangan untuk sementara ini, dan mengira jika rencana mereka yang sekama ini di rencanakan dengan matang, nyatanya akan gagal," kata Alice tersenyum miring.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN