Setelah makan, Alice berinisiatif untuk mencuci piring bekas makanan mereka beserta peralatan masak yang Matteo gunakan tadi.
"Kau mau apa?" Tanya Matteo yng melihat Alice mengambil bekas piringnya.
"Ingin mencuci piring, apalagi?" Kata Alice.
"Tinggalkan saja, besok ada yang.. maksutku besok aku akan mencucinya sendiri," kata Matteo yang hampir saja keceplosan jika setiap pagi ada yang membersihkan apartemennya.
"Tidak apa, hanya sedikit," kata Alice yang memaksa dan akhirnya matteo membiarkannya.
Matteo melihat ke arah Alice sedari tadi, dan tersenyum, Alice memang benar-benar mirip dengn Elena,mendiang kekasihnya yang sudah tiada.
Dia menggelengkan kepalanya pelan dan tersenyum, nyatanya entah dia mirip atau tidak dengan Elena, Matteo sudah tertarik pada Alice.
Setelah selesai Alice duduk kembali dan menikmati minuman yang baru saja dia ambil dari lemari pendingin.
"Tubuhmu sangat bagus, kau petinju ya?" Tanya Alice asal yang membuat Matteo tidak bisa menahan tawanya.
"Apa memiliki tubuh bagus harus petinju?" Tanya Matteo. Yang membuat Alice akhirnya terkekeh,
"Tidak juga, tapi sepertinya tubuhmu sangat keras," kata Alice.
"Apa aku boleh memegangnya?" Tanya Alice yang penasaran,
Matteo tersenyum miring lalu membuka kaosnya.
"Aku suamimu, tentu saja boleh, kau berhak atasku, karena selain aku suami resmimu, aku adalah suami bayaranmu, aku milikmu seutuhnya," kata Matteo yang malah membuat Alice terkekeh.
"Puitis sekali, aku hanya ingin memegangmu, bukan memperkosamu," kata Alice.
Dia memang sangat kagum dengan tubuh Matteo,
"Kau rajin berolahraga?" Tanya Alice memagang lengan Matteo dan dadanya.
"Hm,"
"Ajaklah aku jika kau berolahraga," kata Alice yang membuat Matteo tersenyum.
"Baiklah,"
Alice terkekeh lalu menghentikan aktifitasnya."aku sangat konyol ya, jika boleh jujur, aku tidak pernah menyentuh pria lain selain kekasihku," kata Alice.
"Tidak konyol, kenapa kau bisa berfikiran seperti itu,"
"Aku suamimu, kau berhak atas diriku," kata Matteo.
"Hanya suami bayaran," kata Alice menimpali.
Alice terkejut saat Matteo malah menarik pinggangnya yang membuat wajahnya tepat di dadanya namun dia tahan dengan tangannya.
"Suami bayaran tetaplah seorang suami, dan kita sudah menikah secara resmi,"
"Aku tidak mengingat jika kau tidak memperbolehkan aku bersentuhan denganmu, dan aku bukanlah pria yang terlalu baik, aku tetaplah pria normal," kata Matteo tersenyum miring.
Alice seketika tertegun namun lalu dia tersadar dan akhirnya menjauhkan tubuhnya.
"A-aku membayarmu untuk berpura-pura menjadi suamiku, bukan sungguhan," kata Alice yang seketika tergugup.
"Sepertinya aku harus kembali," kata Aluce lalu mengambil tasnya dan memilih langsung keluar dari apartemen Matteo,
Matteo tersenyum miring,
"Tidak masalah jika sekarang kau menolakku, tapi tidak untuk nanti," gumam Matteo yang juga bersiap ingin kembali ke mansionnya.
Namun saat Matteo keluar, Alice kembali yang membuat dia terkejut.
"Kau mau ke mana?" Tanya Alice.
"Aku mau jalan-jalan di bawah," kata Matteo beralasan.
"Kau sendiri kenapa kembali?" Tanya Matteo.
"Ponselku ketinggalan," kata Alice yang akhirnya Matteo membuka apartemennya kembali agar Alice bisa mengambil ponsenya.
Alice langsung masuk dan mencari ponselnya, setelah ketemu dia berniat pulang lagi.
"Aku akan pulang sekarang," kata Alice yang di angguki oleh Matteo.
Matteo bernafas lega untungnya Alice kembali saat dia masih berada di sana.
Dia akhirnya memutuskan tidak jadi pulang dan menginap di apartemennya yang biasa ini,
*****
Keesokkan paginya Reta dan Andreas menunggu putranya untuk sarapan, namun dia muncul juga.
"Lama sekali anak itu," gerutu Reta yang padahal dia sebenarnya sangat lapar.
"Mungkin putramu terlambat bangun," kata Andrean.
"Tidak mungkin, dia selalau bangun pagi untuk olahrga, tapi ini tadi juga aku tidak melihatnya"
"Lebih baik kau susul dia, aku ada meting pagi hari ini," kata Andreas yang akhirnya Reta menghampiri kamar putranya.
Sudah beberapa kali Reta mengetuk pintu Matteo tapi tidak di buka olehnya, yang akhirnya Reta langsung masuk.
Dia mengerutkan dahinya karena putranya tidak ada di sana,
"Ck! Kalau tidak pulang seharusnya dia meninggalkan pesan," omel Reta lalu menutup kembali pintu kamar putranya.
"Putramu ternyata tidak pulang, entah ke mana, di kamarnya kosong," kata Reta yang membuat Andreas sedikit jengkel.
"Yasudah kita sarapan saja," kata Andreas yang di angguki oleh Reta.
Sedangkan yang sedang mereka cari sudah bersiap untuk pergi ke kantor, sebelum pergi ke kantor, Matteo menyempatkan diri untuk pergi ke restoran, karena dia belum sarapan pagi ini.
Setelah sarapan, Matteo mengirimkan pesan singkat kepada Alice sebelum dia menuju ke kantornya.
Alice yang sedang sarapan tersenyum ketika melihat pesan singkat dari suami bayarannya ini,
Isinya singkat, yaitu 'Selamat pagi Istriku' namun membuat dia cukup tersenyum karena merasa Matteo ini menggodanya.
"Pesan dari Felix?" Tanya Syla yang melihat Alice tersenyum menatap ponselnya.
"Iya," kawab Alice singkat yang membuat Sula mendengus kesal.
Selama beberapa hari ini perusahaan lebih sering meting mengingat sebentar lagi akan ada pergantian CEO,
Syla dengan percaya dirinya selalu ikut dalam meting yang membuat Alice curiga sepertinya mereka akan membuat Syla yang menjadi CEOnya saat merek berhasil menendangnya dari keluarga Johnson.
Bahkan perusahaan cabang mengirimkan proposal kepada perusahaan keluarga Wiliiam, yang sudsh bisa di tebak oleh Alice kalau mereka ingin mencari bala bantuan yang akan mudah menyingkirkan Alice nantinya.
"Aku benar-benar tidak menyangka, mereka seperti ini, yang tidak habis pikir, bagaimana bisa Papa juga ikut terlibat dalam menyingkirkanku, anak kandungnya," gumam Alice di dalam hatinya.
Dia sangat menyayangkan Pap kandungnya ternyata juga ingin menyingkirkannya dari aset mendiang ibu kandungnya.
Dia sangat penasaran kenapa Papanya melakukan seperti ini? Apa hanya sekedar ingin harta saja, atau ada yang lain.
*****
Hubungannya dengan Felix juga berjalan dengan baik seperti biasa, mereka memang sekarang tidak sering bertemu karena Alice yang selalu beralasan sibuk karena selalu meting dengan para pemegang saham lainnya, namun alasan sebenarnya adalah Alice tentu saja muak dan jijik jika harus berduaan dengan Felix, terlebih dia selalu menyosornya yang membuat Alice semakin jijik dengannya.
Alice lebih suka bersama suami bayarannya dari pada kekasihnya yang dulu sangat dia cintai.
Setelah meting, Felix menghubungi Alice yang membuat dia memutar bola matanya karena merasa malas untuk mengangkatnya,
Alice memilih untuk mengabaikannya, namun Felix menghubunginya lagi yang membuatnya risik dan akhirnya terpaksa dia mengangkatnya.
"Halo, Sayang?"
"Kemana saja?" Tanya Felix dari seberang sana yang terlihat kesal.
"Aku tidak mendengar jika kau menelfon, maaf ya," kata Alice yang membuat felix menghela nafas panjangnya.
"Aku sangat merindukanmu, Sayang, bisakah kita bertemu? Atau aku akan ke kantormu," kata Felix .
"Jangan sekarang, kau sangat tau kalau aku sangat sibuk," kata Alice.
"Sudah tiga hari kita tidak bertemu, aku benar-benar merindukanmu," kata Felix.
"Mungkin minggu depan bagaimana?" Kata Alice.
"Nanti malam, aku akan ke mansion, dan aku tidak menerima penolakan," kata Felix.
"Aku nanti malam ada janji dengan teman, baiklah begini saja, nanti malam kau ke mansion saja dulu, tunggu aku di sana, aku akan berusaha pulang secepatnya," kata Alice.
"Baiklah," kata Felix pada akhirnya yang membuat Alice bisa bernafas dengan kega.