11. Killian Diculik?

1755 Kata
Semakin masuk ke dalam Unit yang dihuni oleh laki-laki tidak dikenal itu, Lian bisa mencium aroma yang sangat dikenalinya. "b******k! dia bahkan beli Parfum dengan wangi yang sama kaya Lika. Harus dihabisi malam ini!" geramnya kesal. Setelah keluar dari kamar yang ternyata kosong itu, Lian menuju ke ruang tengah dimana terdengar suara televisi yang menyala. Sesuai dugaanya, laki-laki kaca mata itu sedang duduk di depan televisi sambil menyemprotkan parfum ke tubuhnya. Lian memandang jijik dengan kemarahan yang memuncak, melihat apa yang sedang dilakukan oleh laki-laki kaca mata itu menggunakan parfum yang sama dengan yang dimiliki oleh Lika. Kesabarannya habis dengan cepat. Tanpa berpikir panjang, laki-laki itu menyambar pajangan yang ada di sekitarnya, kemudian dia lemparkan dengan keras ke arah benda yang sedang di pegang oleh laki-laki itu. Sebuah teriakan melengking terdengar. "Apa yang kamu lakukan pada masa depanku!" teriak laki-laki kaca mata itu sambil memegangi miliknya. Wajahnya terlihat sangat kesakitan dan dari mulutnya juga terdengar desisan penderitaan yang dalam. Lian tidak mengatakan apapun tapi terus mendekat dengan langkah yang pasti. Mengambil botol parfum yang tadi digunakan oleh laki-laki kaca mata itu untuk memenuhi fantasinya lalu melemparnya ke tembok sampai pecah berkeping-keping. Lian masih sempat mengencangkan Volume telivisi laki-laki itu sebelum mendekat kemudian memukulinya sampai babak belur. "Kalau aku melihatmu ada di sekitar unit nomor 201 lagi dan menganggunya, aku pastikan milikmu tidak akan bisa berdiri lagi selamanya." desis Lian penuh ancaman. "Am-ampun!" laki-laki itu terlihat gemetaran hebat karena Lian mengeluarkan sebuah suntikkan. Dia berteriak sekali lagi ketika Lian menancapkan suntikkan itu di tangannya kemudian mendorong isi suntikkan itu sambil tersenyum miring. "Ampuun!" laki-laki kaca mata itu mulai menangis. "Obat ini akan membuat milikmu yang kotor dan tidak bisa dikendalikan setiap melihat wanita cantik itu, tidak bisa berdiri selama kurang lebih tiga bulan. Rasakan penderitaanya! Dan jika kamu tidak jera dengan masih melakukan hal-hal m***m dan menganggu pada penghuni unit nomor 201, aku pastikan dia tidak akan bisa berdiri selamanya. Paham?" "Pa-paham!" balas laki-laki kaca mata itu sambil menangis. Dia mulai merasakan kesemutan di sekujur tubuhnya akibat efek dari racun yang Lian suntikkan ke dalam tubuhnya. Laki-laki itu menatap pasrah ketika melihat ponsel dan kameranya diambil oleh Lian kemudian di hancurkan sampai berkeping-keping, sampai tidak mungkin bisa di perbaiki lagi. Setelahnya Lian mengambil kartu memory dari kamera miliknya dan melenggang pergi. "Kalau kamu masih berani menggunakan kameramu untuk memotret gadis itu aku akan membunuhmu! b*****h m***m sialan!" ancam Lian sambil terus berjalan keluar dari Balkon. Alih-alih kembali ke kamarnya, Lian berhenti di Balkon kamar Lika kemudian masuk ke dalam dan mengambil botol parfum milik wanita itu kemudian melemparnya ke luar Balkon. "Tidak akan aku biarkan dia memakai wewangian yang sudah dijadikan bahan fantasy laki-laki lain." geramnya tanpa sadar. Tapi tiba-tiba saja kepala Lian di pukul dari belakang dan di jatuhkan ke atas kasur dengan posisi tangan ke belakang dan di kunci. "Apa yang kamu lakukan di kamar putriku malam-malam, laki-laki sialan?" suara dengan nada rendah itu sangat Lian kenali. Laki-laki itu kemudian menoleh dan meringis sambil menatap Killua yang terlihat murka. Benar sekali, saat ini Lian sedang di kunci diatas kasur oleh Ayah Lika yang terlihat sangat murka itu. "Aku tidak melakukan apapun." ringisnya. "Aku menitipkan Lika pada timmu untuk kamu jaga, bukan untuk kamu lecehkan seperti ini." geram Killua murka. "Papa salah paham." Lika tiba-tiba saja sudah ada di jendela dengan selimut Killian yang membungkus tubuhnya. "Sudah Papa bilang, laki-laki ini suatu hari akan masuk ke kamarmu diam-diam kan? Terbukti sekarang Papa sendiri yang menangkapnya. Karena itu dia harus dihukum!" Killua sangat murka sambil melempar Lian ke sisi kasur dan membuat laki-laki itu sedikit terbanting ke tembok. "Sudah aku bilang Papa, salah paham. Justru aku yang masuk ke kamarnya diam-diam. Lihat! ini selimutnya." ucap Lika berusaha membela Killian, tapi hal itu justru semakin membuat salah paham. "Apa? bukan hanya masuk diam-diam ke kamar kamu tapi kalian sudah berbagi selimut yang sama?" Killua berteriak kencang sekali. "Bu-bukan seperti itu Pa__" "Diam Lika! jangan membela otak m***m ini! Papa akan memberinya pelajaran." Potong Killua cepat sambil menarik Killian keluar dari Balkon. Tapi Lika langsung menahan kaki Ayahnya ketika dia hendak membawa Killian terjun dari Balkon Unitnya. "Papa, Killian cuma bantuin Lika buat mengusir otak m***m di kamar sebelah. Dia terus mengganggu Lika dan membuat Lika nggak bisa tidur, karena itu Lika datang ke kamar Killian buat minta tolong." "Jangan membelanta terus Lika! Papa tahu kamu sangat menyukainya, tapi dalam hal ini dia tidak bisa di maafkan. Kalau otak mesumnya tidak dibersihkan, kamu akan menderita jika menikah dengannya nanti." "Siapa yang ingin menikahi putrimu?" Lian bergumam dengan wajah kesal. "Berani bicara huh? aku sumpal mulutmu dengan Bom kalau masih berani bicara setelah menganggu putriku!" balas Killua sambil menatap Lian penuh dengan kemarahan. Lian memilih mengatupkan mulutnya dan tidak lagi bicara karena dia tahu Killua bukan orang yang mudah di hadapi. Selama ini Lian sudah lumayan sering dibuat susah oleh laki-laki dengan otak yang tidak bisa ditebak itu. "Papa, Lika mohon. Killian tidak salah dan dia... Papaaaaaa!" ucapan Lika tidak di hiraukan sedikipun oleh Killua. Laki-laki itu tetap terjun dari Balkon kamar itu sambil menarik Killian. Untungnya Lian menggunakan sepatu khusus penyusupan yang membuatnya bisa mendarat tanpa terluka dari ketinggian sekitar empat lantai itu. Karena itu dia berhasil mendarat di tanah tanpa cedera. "Papaaaaa!" Lika masih berteriak dari atap dengan khawatir, sementara di Balkon Killian semua temannya berkumpul sambil menatap ketua mereka itu dengan ekspresi prihatin. "Kali ini Killian pasti tamat." ucap Mikha sambil mengunyah keripik kentangnya. "Cinta memang membawa penderitaan." desah Kael sambil memakan pop corn jagungnya. "Sungguh laki-laki polos yang malang. Giliran jatuh cinta ketemu calon mertua bekas gembong penjahat." Ishaka juga tidak kalah menikmati pemandangan langka itu sambil meminum jus jeruknya. Lian sendiri tetap tenang sambil menoleh ke arah Lika yang terlihat seperti hampir menangis. Dia tidak ingin gadis itu mengikutinya dengan Killua karena bisa saja berbahaya berada di luar tengah malam. Lian tersenyum pada gadis itu sambil mengatakan dia akan baik-baik saja tanpa suara, sebelum dia menghilang di ujung lorong gelap yang merupakan jalan pintas menuju jalan raya. *** "Aku benar-benar hanya membantunya saja pak Tua! Jangan marah-marah terus nanti cepet keriput." ucap Lian ketika mereka sudah berjalan cukup jauh di lorong gelap yang berada diantara bangunan tinggi itu. "Aku sudah meminta temanmu mengurus ijin bekerja besok. Malam ini ikut aku ke Spanyol. Ada hal penting yang butuh bantuanmu. Aku juga sudah menyiapkan Passpor dengan nama Palsu. Karena ini akhir minggu, kamu hanya akan ijin bekerja satu hari meskipun kita akan berada di Spanyol sekitar tiga hari. Seharusnya hal itu tidak akan terlalu menganggu misimu. Aku juga sudah mendapatkan ijin Andros." "Apa yang terjadi Boss?" "Tidak bisa dibicarakan disini. Setidaknya lakukan tugas ini dengan baik kalau kamu masih menyayangi barang milikmu itu. Aku akan membuatnya tidak bisa berdiri lagi kalau kamu sampai gagal melakukan tugas ini. Paham?" "Aku tidak melakukan hal yang buruk pada putrimu demi Tuhan, Arghhh aku lelah dengan kesalah pahaman ini." desah Lian frustasi sambil terus mengikuti langkah Killua. Diam-diam ayah Lika itu tersenyum geli, dia menyukai ketika Lian terlihat jengkel atau Frustasi. Padahal sebenarnya dia tahu dan melihat semua yang dilakukan oleh Killian pada laki-laki m***m tadi. Tapi dia butuh alasan untuk membawanya pergi dan kebetulan sekali Lian masuk ke kamar Lika untuk membuang Parfum. Killian sendiri merasa dirinya sedang terkena Karma, karena dulu dia tertawa paling keras ketika Damian di salah pahami oleh semua orang saat sedang mengejar Alana. "Apakah perasaan mas Damian dulu semenyablkan ini?" gumamnya lirih sambil mendesah beberapa kali. Dia menurut saja ketika Killua menyuruhnya masuk ke dalam Mobil yang sudah menunggu mereka di ujung lorong, lalu melaju menuju Bandara dan terbang ke Spanyol menggunakan pesawat Pribadi. "Sebenarnya apa yang terjadi Boss?" "Kamu lihat gedung tinggi di depan?" Killua bertanya balik sambil menunjukkan sebuah gedung yang cukup tinggi dengan desain penuh hingar bingar dunia hiburan malam. "Ya, aku melihatnya. Apa yang harus aku lakukan?" "Besok malam, akan ada transaksi jual beli manusia di dalam sana. Aku hanya ingin kamu meretas semua keamanannya dan sisanya aku dan Andros yang akan membereskan. Tugas ini hanya kamu yang bisa melakukannya karena yang melindungi keamanan jaringan gedung ini adalah Philomel. Sejauh ini, hanya kamu yang memiliki kemampuan peretasan diatas mereka." balas Killua menjelaskan. "Apa yang ingin anda dapatkan di dalam sana?" "Barang yang dijual." balas Killua terdengar sangat serius. "Barang yang di jual? manusia? siapa dia Boss? Apakah orang penting?" tanya Lian lagi penuh rasa penasaran. "Kakak Lika yang hilang puluhan tahun lalu." Jawaban Killua langsung membuat Lian diam. Dia sangat mengerti rasanya kehilangan anggota keluarga selama bertahun-tahun, karena penderitaan yang dia alami ketika kehilangan Abel dulu, masih membekas hingga sekarang. "Tenang saja Boss, aku tidak akan gagal kali ini." ucap Lian tidak lagi dibalas oleh Killua. Ayah Lika itu terlihat banyak pikiran. "Bagaimana dengan kasus pembunuhan Robert? apakah kamu sudah mendapatkan petunjuk?" Setelah beberapa menit diam, Killua kembali berbicara. "Ada yang aneh dengan keluarga Lukas Lombardi. Tiba-tiba saja para pekerja lama di perusahaan berhenti. Mereka terlihat terpaksa Resign dari tempat kerja. Selain itu, Julian Lombardi juga menghilang tanpa jejak, padahal dia sudah membuat janji untuk bertemu dengan Brook dan Die. Kasus ini sepertinya tidak sesederhana yang aku pikir." jawab Lian memberikan pendapatnya. "Aku akan memberimu sebuah informasi tentang Robert Lombardi, jika kamu berhasil menyelesaikan tugasmu. Anggap saja itu sebagai hadiah, karena meskipun kamu menekan Orland, dia tidak akan mampu memberikan kamu informasi tentang kasus ini. Ini adalah kasus kosong yang aku minta pada Theia secara khusus sebagai syarat agar aku mau menjadi salah satu pengajar di Akademi. Aku juga yang minta kasus ini ditangani oleh Timmu dan Daren. karena aku tidak percaya siapapun untuk melindungi Lika. Jadi kalau sampai misimu gagal dan Lika sampai terluka, kamu habis di tanganku Bocah!" ucapan Killua dengan nada serius membuat Lian diam beberapa saat. Dia tidak menduga Theia sampai membuka sebuah misi untuk masalah yang tidak dianggap darurat untuk dunia, hanya untuk merekrut Killua dan Andros sebagai pengajar. Lian sangat tahu seberapa Licik dan tidak bisa dibacanya Killua, tapi dia tidak menyangka Felix meginginkannya sampai sebesar ini. "Aku tidak akan gagal, karena Killian Windsor tidak memiliki kata gagal dalam kamusnya." balas Lian percaya diri. Killua tersenyum tipis sambil menatap anak muda pemberani yang bahkan Rela terluka demi melindungi teman-temannya di Pulau Pelangi itu. Meskipun samar, Killua bisa melihat perasaan Killian pada putrinya berbeda dengan orang lain. Sebenarnya hal itu membuatnya cukup tenang karena hidup Lika tidak akan mudah mengingat dia adalah putrinya. Dengan adanya Lian di sisi Lika, Killua bisa merasa tenang. Hanya saja dia tidak mungkin menyerahkan putrinya yang sangat berharga semudah itu pada laki-laki asing yang baru masuk ke dalam hidupnya. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN