"Apa yang sedang kamu lakukan Kill?" tanya Mikha, setelah masuk begitu saja ke kamar Lian.
"Benarmain-main dengan kak Orland." balas Lian dengan senyuman licik. Dan melihat senyuman khas ketika sedang melakukan keonaran itu, Mikha menjadi lebih bersemangat.
"Apa yang akan kamu ambil darinya Kill?" tanya Mikha penuh semangat.
"Tentu saja uang." Lian terkekeh geli sambil melanjutkan perang dengan Orland di dunia peretasan. "Kak Orland baru saja mendapatkan bonus karena menyelesaikan kasus besar. Dia juga baru menerima gajih bulanan captainnya. Sudah pasti kakak kita yang baik hati itu sedang banyak uang." tambah Kilian lagi sambil cekikikan bersama Mikha.
Tidak lama setelah Lian berhasil memenangkan peperang di dunia jaringan, ponselnya berbunyi. Sesuai dengan prediksinya, Orland langsung menghubunginya dengan terbuyru-buru. Meskipun dalam bidang strategi dan yang lain, Lian tahu kalau Orland jauh lebih mumpuni darinya. Tapi dalam dunia peretasan, belum ada yang bisa mengalahkan Killian. Hanya Chiko seorang yang bisa mengungguli kemampuan Lian. Sampai sekarang nama samarannya bahkan sudah jadi legenda di dunia peretasan.
"Selamat malam dari London kakak Orland yang kami sayangi." ucap Lian menyapa Orland yang selama beberapa minggu terakhir menjadi sulit sekali di hubungi itu.
"Kembalikan uangku anak-anak nakal!" balas Orland tampak kesal.
"Di dunia ini tidak ada yang gratis kakak. Jika kakak mau uang yang hendak kakak kirimkan ke adik kakak untuk membangun rumah aku kembalikan, kakak harus membayarnya dengan informasi. Aku tidak mau informasi melalui jaringan telpon, karena itu silahkan temui aku di London kalau kakak ingin uang kakak kembali. Selamat malam!" ucap Lian kemudian menutup sambungan telponnya sepihak sambil cekikikan.
"Kakak pasti sedang kesal sekali sekarang." kikik Mikha geli.
"Dasar Pembuat Onar sialan! awas kalau kita ketemu nanti!" Orland mengirimkan pesan penuh kekesalan setelah beberapa panggilan telponnya diabaikan oleh Killian.
"Aku berencana meretas Theia kalau mereka tidak kunjung memberi kita informasi tentang kasus yang sedang kita hadapi. Karena jika kita melanjutkan kasus ini sampai selesai tapi tidak jelas jenis kasusnya kita bisa mengalami kerugian secara materi. Aku adalah orang yang paling tidak mau kehilangan uangku sepeserpun untuk hal yang tidak aku kehendaki."
"Benar, mereka pikir mentang-mentang kita anak baru kita belum memahami jenis-jenis kasus mungkin. Jika kasus ini kasus kosong, tidak ada kontrak tambahan di awal maka kita hanya akan mendapatkan bonus seperti kasus yang lain. Alasan pertama kita bergabung dengan Theia adalah uang, karena itu sampai kita lulus pun uang akan selalu jadi pertimbangan utama. Siapa yang berani mencuri uang kita dengan cara apapun, dia akan kehilangan kepercayaan kita." Balas Mikha menggebu-gebu. Lian mengangguk dengan semangat.
"Aku akan mengorek semua informasi yang di miliki oleh kak Orland dengan menggunakan uangnya yang suah kita curi tadi. Kak Orland sedang sangat butuh uang dan dia tahu kalau aku tidak akan pernah mengembalikan barang curianku jika tidak ditebus dengan harga yang pantas. Ini akan menjadi negosiasi yang sempurna." ucap Killian kemudian merebahkan dirinya di kasur sambil menatap langit-langit kamar. Mikha juga melakukan hal yang sama.
"Menurutmu bagaimana kasus ini Mik?"
"Aku tidak berekspektasi tinggi seperti ketika kita menghadapi Philomel. Ini hanya kasus pembunuhan yang kebetulan salah satu Anggota kita dijadikan tersangka. Tapi aku merasa ada yang aneh dengan rencana Theia. Kenapa kita dikirim ke kantor sebagai Agen rahasia padahal mereka tahu kita lebih pandai berhadapan langsung? Dalam surat tugas terakhir bahkan tertulis kita hanya boleh memberikan informasi, tidak boleh melakukan peretasan pada kantor, tidak boleh menimbulkan kerugian pada perusahaan dan tidak boleh melukai siapapun di perusahaan. Pertanyaan terbesarnya adalah, kenapa Theia mengirim tim kita hanya untuk mengorek informasi? Padahal aku lihat Tim Agen Rahasia banyak yang tidak mendapatkan kasus." Pendapat Mikha, kurang lebih sama dengan pendapat Lian.
"Aku merasa, kasus ini berhubungan dengan Philomel." keduanya mengatakannya hampir bersamaan.
"Sebenarnya aku mendapatkan informasi dari salah satu anak buah Andros, kabarnya Ron berhasil melarikan diri dari pulau pelangi ketika penangkapan berlangsung. Meskipun harapan hidupnya kecil, mengingat luka tembak yang dia dapatkan dari Killua, tapi tetap ada kemungkinan dia selamat. Dan mengingat Ron seperti sudah melakukan perisapan menghadapiku ketiak berada di pulau pelangi, aku menduga dia tahu banyak tentangku. Obar bius yang aku berikan padanya bahkan hanya menidurkannya kurang dari satu jam. Itu artinya dia sudah meminum penawar sebelum dia datang menemuiku di kamar waktu itu. Dia bahkan sudah mempersiapkan masker racun bersama anak buahnya. Karena itu, meskipun aku meledakkan bom bius, dia dan anak buahnya tidak terkena dampaknya dan sampai hampir membunuhku. Pulau Pelangi memang sudah tinggal kenangan dan penyelesaikan kasus pulau itu menjadi salah satu prestasi terbesar Theia karena banyak sekali penjahat yang tertangkap. Tapi aku merasa ada yang belum selesai, yaitu tentang Ron."
"Maksudmu kasus ini berhubungan dengan Ron?"
"Sebelumnya aku sudah menyusup ke lokasi kejadian dan mendapatkan beberapa informasi tentang pembunuhan itu. Aku menemukan racun bius yang sama dengan yang digunakan Philomel di Pulau Pelangi. Botol racun itu di buang ke langit-langit, kemungkinan di lempar dari bawah melewati lubang perbaikan. Alasan kenapa aku mencurigai Ron adalah karena jenis racun itu sudah di rekayasa. Sama persis dengan buatan Ron yang dia gunakan untuk melumuri pisaunya setiap kali dia hendak bertugas menghadapi penjahat kelas kakap. Cara mereka membersihkan TKP juga mirip dengan cara pasukan keamanan Philomel yang di pimpin oleh Ron sebelumnya dalam membersihkan TKP." ungkap Lian menjelaskan semua prediksinya.
"Sebenarnya ada hal aneh yang aku dengar tentan tentang Ron Kill. Aku hanya tidak sengaja dengar ada orang Theia yang membicarakannya dengan bisik-bisik. Tapi karena aku pikir dia sudah di tangkap, informasi ini mungkin tidak berguna. Aku memutuskan untuk tidak mengatakannya dan kemudian melupakannya begitu saja. Tapi karena kamu membahasnya aku jadi ingat kembali."
"Hal aneh? apa itu?"
"Masih ingat dengan kecurigaan Theia pad Renaldy?"
"Ya tentu saja."
"Saat itu, Felix mengatakan orang yang memerintah penyusup di Akademi berasal dari Indonesia bukan? Tapi pada akhirnya kasus itu berakhir ke arah lain karena ditemukan banyak sekali orang Philomel yang menyusup. Anggota Theia yang menawarkan ujian pada Renaldy di Indonesia terbukti pengkhianat dan dia mati bunuh diri dengan meminum racun. Karena itu kasus penyusupan saat itu putus begitu saja dan Philomel akhirnya dijadikan tersangka utama yang mengirim anak-anak asuhannya itu untuk menyusup di Theia. Tapi benarkah orang indonesia yang di bicarakan Felix pada saat pembahasan kasus awal benar-benar tidak ada?" ucapan Mikha membuat dahi Lian mengerut.
"Kabarnya Ron adalah agen ganda Philomel. Dia memiliki Boss lain yang ada di Indonesia." ucap Lika tiba-tiba saja sudah ada di jendela kamar Killian menggunakan baju tidur beruang. Lian yang tidak memakai atasan langsung berteriak sambil mengambil selimut untuk menutupi tubuh bagian atasnya. "uhhhh... So Sexy!" bisik Lika sambil mengedipkan matanya. Mikha tertawa terbahak-bahak melihat Lian memerah sambil menatap kesal ke arah Lika.
"Sudah aku bilang jangan datang ke kamar orang lain sembarangan, Serangga sialan!" ucap Lian kesal.
"Benar yang dikatakan Lika, Kill. Aku juga mendengar gosip itu. Katanya Ron memiliki Boss orang Indonesia, karena pihak yang memeriksa semua barang bukti di Tkp berhasil mendapatkan ponsel Ron. Dalam history chat terakhirnya, Ron mendapatkan perintah untuk mencuri sejenis Racun dari Gudang Philomel. Dan perintah itu menggunakan Bahasa Indonesia. Setelah nomor pengirim pesan itu di lacak, lokasinya juga ada di Jakarta. Di salah satu pusat perpebalanjaan." ucap Mikha menjelaskan sambil tersenyum geli melihat Lian buru-buru memakai kaus.
"Padahal aku lebih suka melihat perut kamu yang kotak-kotak itu sayang. Aku akan membayarnya dengan foto Full dari Foto yang aku kirim kemarin gimana? Cantik loh?" ucapan Lika membuat Lian melirik gadis itu dengan sebal.
"Serangga gila!" kesalnya sambil memerah. Telinganya benar-benar memerah dan membuat dua orang yang sedang duduk di pinggiran kasus itu cekikikan. "Sepertinya aku butuh berbicara dengan sepupuku mengenai hal ini. Kabarnya dia menguasai wilayah Indonesia sekarang. Sekalian kondangan, Isha mau menikah dengan Om Die." tambah Lian lagi.
"Direstuin? mereka akhirnya di kasih restu sama kakek kamu Kill?" tanya Mikha kaget. Lian mengangguk sambil tersenyum, kemudian duduk di sofa setelah melempari Lika dengan bantal agar tidak duduk diatas ranjangnya. "Akhirnya kita nggak perlu panggil dia om-om karatan lagi." ucap Mikha sambil tertawa.
"Apakah aku boleh ikut? ke Indonesia?" tanya Lika penuh harap.
"Tidak boleh!" balas Lian tegas. Lika cemberut sambil memeluk bantal yang berbau Killian.
"Dasar pelit!" gerutunya kesal.
"Terlalu berbahaya buat kamu keluar dari London. Mikha dan yang lain juga tidak bisa ikut karena akan merusak penyamaran kita. Hanya aku yang akan pergi setelah cutiku disetujui. Aku juga seharusnya tidak bisa pergi karena sedang dalam tugas. Tapi mbak Isha akan mengamuk kalau aku tidak datang ke pernikahannya. Karena itu aku sedikit melakukan kecurangan." balas Lian sambil tersenyum geli. "Aku akan menukar barang curianku demi surat cuti. Tentunya setelah aku mendapatkan bayaran Informasi juga." tambah Lian lagi penuh kelicikan. Mikha tertawa geli karena akhirnya dia mengerti kenapa Lian sampai mencuri uang Orland begitu banyak.
"Apakah Killian sedang mengkhawatirkan aku? bagaimana kalau aku tidak bisa tidur malam inaarghh!" Kalimat Lika tidak selesai karena Lian melemparkan satu bantal lagi ke wajahnya. Mikha dan Lika tertawa geli melihat Lian kembali memerah dengan tatapan kesal.
"Berhenti menggodaku serangga sialan! kalau aku balik menggodamu nanti kamu kewalahan!" ancam Lian kesal.
"Benarkah? aduh.... aku jadi menantikan digoda sama kamu nih. Gimana dong?" balas Lika sambil senyum-senyum.
"Pulang sana ke kamar kamu! Anak gadis tidak boleh masuk kamar laki-laki sembarangan. Apalagi cuma pakai Piama!" Usir Lian kesal sambil mendorong Lika menuju Balkon. Dari sanalah Lika menyusup.
"Tidak bisa! aku mau tidur di sini malam ini!" ucap Lika keras kepala. Lian mendelik mendengar ucapan itu.
"Jangan sembarangan kalau ngomong! nggak ada! mana boleh tidur di tempat laki-laki!"
"Tapi aku takut di kamar Kill! Please malam ini aja yah!"
"Aku tahu kamu memiliki rencana licik padaku kan? Aku tidak akan mengambil resiko tubuh aku tidak selamat dari kamu malam ini." balas Killian tegas masih sambil berusaha menarik Lika keluar. Gadis itu membelitkan tangan dan kakinya di pintu sehingga Killian kesulitan mengusirnya.
"Masalahnya ada orang aneh yang terus memencet bel kamarku." bisik Lika membuat Lian berhenti mendorong gadis itu. Mikha yang tadi sedang cekikikan melihat dua orang itu terus berdebat juga langsung kepo.
"Orang aneh?"
"Dia tetangga sebelah Kill, dia terus menawarkan banyak hal tidak penting padaku. Kalau aku nggak buka pintu dia terus pencet Bel unit aku." penjelasan Lika tidak serta merta bisa Lian percaya. Tapi ketika dia keluar dan melihat pintu kamar Lika, di sana berdiri seorang laki-laki berkaca mata yang sedang memencet Bel Unit Lika berkali-kali dengan tidak sabaran.
Lian keluar kemudian berjalan menghampirinya. "Ada yang bisa dibantu? kebetulan saya teman pemilik Apartemen ini. Dia sedang pulang ke Rumah Orang Tuanya." ucap Lian berusaha sopan. Laki-laki itu menoleh dengan ekspresi yang terlihat kesal.
"Tidak ada urusannya denganmu!" jawab laki-laki itu ketus kemudian kembali ke kamarnya. Tapi mata Lian yang jeli bisa melihat sesuatu yang aneh di saku celananya. Benda itu terlihat menonjol dan membuat kemarahan Lian memuncak. Laki-laki itu berbalik kembali ke Unitnya.
"Pakai kamar aku, aku akan tidur sama Mikha." putusnya sambil masuk ke kamar Mikha dengan membanting pintu. Lian tidak mengerti kenapa dia sangat marah melihat laki-laki itu terlihat tertarik dengan Lika. Saat ini jantungnya bahkan sampai berdebar-debar saking marahnya. Dan tanpa ada yang tahu, menjelang dini hari. Lian diam-diam masuk ke kamarnya. Lika terlihat sudah lelap di kasur dengan selimut yang berantakan.
Laki-laki itu kemudian mendekat dan merapihkan selimut hitam yang bisa dia gunakan itu, agar Lika tidak kedinginan. Tanpa mengeluarkan suara, Lian beranti baju untuk menyamar lalu keluar dari Balkon dan berhenti tepat di Balkon milik laki-laki yang mengganggu Lika tadi sore.
Tanpa banyak mengalami kesulitan, Lian berhasil membobol pintu Balkonnya dan masuk ke dalam. "Aku akan menghabisimu malam ini. Berani sekali kamu menganggu temanku." gumamnya sambil terus masuk ke dalam Unit laki-laki itu dengan penuh tekad. Lian sendiri tidak tahu kenapa dia bisa sangat marah hanya karena melihat bunga mawar yang laki-laki itu simpan di kantong celananya. Bunga mawar dari besi yang merupakan paket hadiah yang biasanya di berikan untuk orang yang di sukai.
***