3. Penculikan Elizabet dan Surat Tugas Resmi

2988 Kata
"Tujuan utama adalah mengeluarkan target dari rumah. Karena itu jangan sampai melakukan hal lain sebelum target kita amankan." ucap Mikha memberikan komando. Rencananya, Lika akan masuk ke dalam Rumah bersama Kael untuk melakukan penculikan, sementara Daren, Arthur dan Owen akan menjadi tim pengecoh penjaga. Mikha juga akan masuk tapi dengan tujuan lain, yaitu memasang kamera tersembunyi di atap setiap ruangan. Lalu Ishaka dan Lian akan berjaga di mobil untuk tugas monitor. "Apakah Nolan tinggal di kediaman ini juga Serangga?" tanya Lian tanpa menoleh. Fokusnya tetap pada layar komputer yang menunjukkan banyak angka yang terus bergerak. "Tidak! Nolan tinggal di Apartemen dekat kampus yang ada di dekat pusat kota." jawab Lika terlihat santai. "Apakah selama ini kalian tidak akur?" pertanyaan ini datang dari Daren. "Justru karena kami cukup akrab aku jadi sangat marah. Kalau selama ini kami tidak akur, mungkin aku tidak akan terlalu terkejut dia menjebakku seperti ini. Bahkan ketika paman Robert hendak menjualku di Bar dulu, Nolan lah yang menolongku." balas Lika terlihat tenang. Tapi respon semua orang di sana terlihat sangat terkejut. "Di jual?" tanya Lian dan Mikha hampir bersamaan. "Keluargaku sedikit rumit. Intinya, ibuku hanya terlahir dari seorang pelayan yang tidak sengaja hamil dengan kakek Lukas. Pernikahan ibuku dengan ayahku juga tidak direstui. Menurutku perceraian mereka juga ada campur tangan keluarga Lombardi. Tapi ibuku tidak percaya dengan ucapanku sekalipun perlakuan mereka pada kami sangat buruk. Bahkan ketika Paman Robert mengajakku ke Bar dan hendak menjualku ke rekan bisnisnya, ibuku lebih percaya cerita karangan paman Robert dibanding ceritaku. Karena alasan itu, aku melarikan diri dari rumah dan mendaftarkan diri menjadi salah satu Mahasiswa di Theia." Lika bercerita tanpa beban seolah semua hal mengerikan itu sudah terbiasa dia alami. "Dia pantas mati." Daren terdengar kesal. Dan ucapan yang di layangkan laki-laki itu tanpa ada perasaan bersalah atau merasa tidak enak pada Lika, terasa sangat mewakili perasaan marah semua yang ada di mobil. "Ketika seseorang membenci kita, tidak berarti kita memiliki kesalahan atau kekurangan. Karena di dunia ini ada rasa benci yang tercipta tanpa alasan." ucap Lian tiba-tiba. Mikha dan Kael saling pandang. Mereka berdua tahu Lian bukan orang yang peduli pada orang yang tidak dekat dengannya. Dan kalimat Lian tadi, terdengar seperti sebuah kepedulian. Daren dan Arthur juga terlihat mengulum senyum geli. Untung saja Lian tidak melihat semua itu sehingga tidak perlu ada wajah menggemaskan yang akan menjadi hiburan semua orang. Lika tersenyum tipis di balik maskernya karena kalimat penghiburan Lian benar-benar sangat dia butuhkan sekarang. Rasanya jadi lebih ringan karena orang yang dia suka memberinya kalimat yang terasa seperti sebuah payung di tengah badai yang saat ini sedang dia alami. "Sudah hampir waktunya Ren, bersiap!" Lian memperingatkan. "Aku sudah siap sejak tadi." balas Daren sambil membuka pintu mobil dan keluar diikuti Owen dan Arthur. "Oke, CCTV depan sudah aku matikan." balas Lian terdengar di alat komunikasi yang terpasang di telinga semua orang yang terlibat. "Kita bergerak sekarang!" Owen maju lebih dulu tanpa ragu sedikitpun. Laki-laki itu berjalan mendekati penjaga di depan rumah itu dengan berpura-pura menanyakan alamat. Lalu ketika penjaga itu fokus padanya, Dari belakang Daren keluar tanpa suara menyuntikkan obat bius di leher penjaga. Setelah laki-laki itu pingsan, mereka berdua mengangkatnya ke semak-semak. Tidak lama setelah itu Daren keluar lagi sudah menggunakan seragam dari penjaga yang tadi dia buat pingsan dan masuk ke dalam rumah. "Dari gerbang sampai teras sudah aku matikan CCTVnya." ucap Lian memonitor. Laki-laki itu tersenyum melihat keberanian Daren. "Teras sudah aman, Owen masuk!" terdengat suara Daren memberitahukan posisinya. Owen kemudian masuk dan berganti baju seragam yang dia rampas dari penjaga lain yang sudah lebih dulu di bius oleh Daren. Mereka berdua masuk semakin dalam setelah Arthur masuk dan membawa keluar penjaga yang pingsan dan menyembunyikannya di semak. "Dari pintu besar, belok kanan sampai menemukan dapur kemudian belok kiri. Ruangan paling pojok yang terlihat usang, itu adalah ruangan CCTV keamanan." Lian terus memonitor. "Arthur pasang Bomnya sekarang karena CCTV akan menyala tidak lama lagi. Pastikan pemasangannya selesai kurang dari sepuluh menit." tambah Lian lagi. "Oke!" Balas Daren langsung menuju ruangan yang di tunjukkan oleh Lian tanpa mengalami banyak kendala. Sepuluh menit kemudian, CCTV yang sebelumnya sudah Lian matikan akan kembali nyala. Karena itu semuanya harus sudah siap sebelum waktunya habis. "Siap!" Arthur juga mulai bergerak melaksankan tugasnya. Sistem keamanan di tempat Lukas Lombardi lumayan rumit mengingat Lukas sendiri adalah ahli komputer. Karena itu Lian hanya bisa mematikan CCTV di bagian depan saja, jika dia menyentuh sistem keamanan di dalam kediaman maka Alarm keamanan akan langsung berbunyi. Menyadari itu, Lian dan teman-temannya memutuskan untuk menguasai ruangan CCTV sebelum melaksanakan aksinya. Tugas Daren selain memonitor dari ruang CCTV adalah untuk menghapus semua rekaman hari itu agar tidak ada bukti yang bisa di dapatkan oleh Keluarga Lombardi. "Bom sudah terpasang." ucap Arthur langsung berlari lagi masuk ke dalam semak. Lima menit kemudian CCTV yang tadi dimatikan oleh Lian menyala kembali. "Ruang CCTV sudah aku kuasai." Suara Daren membuat Lian mendesah lega. "Bersiap!" ucap Lian pada Lika, Kael dan Mikha. "Total kamera yang aku bawa sebanyak tiga puluh buah. Target adalah memasang semua tapi jika keadaan tidak mendukung, minimal harus berkurang sepuluh di tempat yang penting. Pistol dan beberapa jarum bius sudah ada di tubuhku." Mikha melaporkan kesiapannya. "Kain hitam untuk menutup target sudah siap, obat bius siap, pistol dan jarum siap, tidak ada celah di tubuhku yang akan meninggalkan jejak." Kael juga melaporkan kesiapannya. "Oke! Mikha masuk lebih dulu lewat pintu samping. Di pojokan halaman samping ada gudang. Masuk lewat saluran udara di sana untuk mengakses seluruh ruangan melalui atap di lantai dua. Semua ruangan inti terletak di lantai dua." Daren mulai memonitor dari ruang CCTV. "Oke!" balas Mikha kemudian merapatkan maskernya dan mulai bergerak ke pintu samping. "Tunggu aba-aba dariku! Ada penjaga yang sedang patroli di pintu samping." ucap Daren. "Oke, aku sudah ada di semak dekat pintu samping." balas Mikha. "Baik, silahkan masuk dan kabarkan selalu posisimu!" perintah Daren lima menit kemudian. Mikha masuk ke dalam gudang tanpa kendala, laki-laki itu naik ke lantai dua gudang dan masuk ke atap melalui lubang perbaikan. "Aku sudah ada di atap." Setelah Mikha memberikan kabar, Daren mulai memeriksa keadaan agar Lika dan Kael bisa masuk. "Oke! Lika dan Kael masuk lewat pintu belakang. Posisi Elizabet Lombardi saat ini sedang ada di kamarnya. Setelah masuk sembunyi dulu di belakang pohon ek besar yang ada di pojokan. Tunggu kabar dariku." "Siap!" Lika dan Kael kemudian mulai bergerak, sementara Lian dan Ishaka tetap berada di mobil untuk mempersiapkan pelarian jika ada keadaan genting. Arthur sendiri sudah sembunyi di balik semak untuk berjaga seandainya semua teman-temannya butuh bantuan darurat. "Kill, kelihatannya Lukas Lombardi juga punya ruangan bawah tanah aneh yang terhubung ke ruang kerjanya." ucap Daren memberitahu. "Pastikan Mikha memasang kamera di tempat itu!" balas Lian. "Oke!" Mikha terdengar menjawab. "Kami sudah ada di belakang pohon Ek!" Kael melaporkan posisinya. "Dari tempat kalian lurus ke samping kiri, kemudian masuk lewat jendela dapur." "Oke!" Lika yang menjawab. Mereka berdua bergerak tanpa suara kemudian melompat melalui jendela dapur. Tapi setelah itu terdengar ada suara perkelahian. "Sial, nggak kelihatan ada staff dapur." Daren terdengar mengumpat. "Aman, udah aku bius." ucap Kael dengan napas memburu. "Pastikan Lika tidak dikenali mereka El. Jika mereka kelihatan mencurigakan kita amankan saja." ucap Lian terdengar khawatir. "Aman Kill! Lika dibelakang aku jadi dia tidak berkelahi sedikipun." jawaban Kael membuat Lian mendesah lega. Daren dan Owen kembali mengulum senyum geli. Begitupun dengan Mikha yang saat ini sedang berjalan diatap untuk memasang Kamera. "Hati-hati! banyak penjaga yang patroli di lorong. Tunggu intruksiku!" ucap Daren ketika Kael dan Lika hendak bergerak. "Keluar sekarang dan langsug masuk ke pintu nomor lima dari tempat kalian sekarang. Ruangan itu kosong!" perintah Daren beberapa menit kemudian. Keduanya langsung bergerak tanpa suara dan masuk ke ruangan kosong, sesaat sebelum penjaga berbelok ke lorong itu. Lima menit kemudian keduanya kembali menyusuri lorong dan sampai di depan pintu kamar ibu Lika. Menggunakan sebuah besi pipih yang Kael sembunyikan di sarung tangannya, kunci kamar itu terbuka dengan mudah. Terlihat ibu Lika sedang tidur pulas di kamarnya. Kael bisa melihat Lika mendesah lega melihat ibunya terlihat sehat. Gadis itu langsung menyuntikkan obat tidur pada Elizabet Lombardi. "Target sudah diamankan!" ucap Lika terdengar semua orang. "Keluar lewat jendela kamar! Jendela itu akan mengarah ke pintu sebelah kanan. Arthur amankan penjaga di pintu itu!" "Siap!" Balas Arthur langsung bergerak. Sepuluh menit kemudian dua penjaga di pintu kanan pingsan. Kael dan Lika saling bantu mengeluarkan Elizabet yang pingsan dari jendela. Sementara Lika memastikan jalan aman, Kael menggendong Elizabet di pundaknya. Beberapa penjaga lewat ketika mereka sudah hampir sampai di lorong sebelah kanan, karena itu keduanya bersembunyi di semak. Mereka bersyukur karena kediaman Lombardi memiliki banyak semak dan pohon sehingga ada tempat untuk mereka bersembunyi. "Kami keluar dengan aman." ucap Lika setelah dia keluar dari pintu kanan. "Aku sudah memasang sepuluh kamera." Mikha juga melaporkan kondisinya. Lian cukup lega karena sejauh ini semua berjalan lancar. "Kill ada yang aneh dengan sistemnya! Kelihatannya kalau aku hapus rekaman CCTV di tempat yang tadi di lalui Mikha, Lika dan Kael Alarm tetap akan berbunyi." ucapan Daren membuat Lian mengumpat. "Sudah aku duga, kemanannya mirip kaya yang di pakai John Sing dulu." balas Lian kemudian mulai memasang masker dan jaketnya. "Aku masuk! Mikha keluar sekarang!" perintah Lian. "Oke!" ucap Mikha langsung bergerak keluar dengan hati-hati. Lian masuk melalui pintu depan dan tiba di tempat Daren sepuluh menit kemudian. "Sial! ada sistem keamanan di gudang!" teriak Mikha ketika terdengar suara Alarm berbunyi. "Keluar sekarang!" teriak Lian. "Oke!" "Arthur bersiap meledakkan Bom!" ucap Lian lagi sambil berusaha menghapus semua rekaman yang cukup sulit dia lakukan. "Kita akan keluar setelah Bom di ledakkan." tambah Lian lagi diangguki Owen an Daren. Bisa Lian lihat semua penjaga keluar menuju gudang, untungnya Mikha sudah keluar lebih dulu. "Lima menit lagi! bantu aku bertahan lima menit lagi jika ada yang datang!" ucap Lian terlihat tenang. "Oke!" balas Owen bersiap. Dua orang penjaga datang ke ruang CCTV dan hendak berteriak setelah melihat ada orang asing sedang mengakses sistem keamanan disana. Tapi mereka langsung dibereskan oleh Daren dan Owen tanpa banyak suara. Beberapa penjaga datang lagi tidak lama setelah itu dan kembali dibereskan. "Kill, Lukas datang!" ucap Daren melihat laki-laki itu mendekat dari jauh. "Sial! dia teliti banget lagi." Lian mengumpat dengan kesal tapi tetap terlihat tenang. Lian langsung mencabut peralatannya dan mengambil laptop yang dia bawa setelah terlihat tanda sukses di layar komputernya. Tapi bersamaan dengan itu, Lukas masuk ke ruangan CCTV. "Siapa kalian?" tanyanya kaget dengan tatapan dingin. Daren dan Owen langsung menodongkan pistol, membuat Lukas terlihat diam sambil mengangkat kedua tangannya. Lian berjalan dengan tenang mendekati Laki-laki itu. "Kami datang mencari sumbangan." ucap Lian sambil menampilkan layar ponselnya yang berisi bukti transfer dari rekening Lukas ke sebuah yayasan anak-anak tidak mampu yang letaknya ada di Spanyol. Wajah Lukas memerah melihat nominal yang Lian sumbangkan itu. "b******k!" Lukas terlihat sangat murka. "Aku akan mengambil lebih banyak kalau kamu masih jadi orang yang pelit." ucap Lian tentu saja sudah menggunakan alat pengubah suara yang dia taruh di lapisan maskernya. "Aku juga mengambil hartamu yang lain. Tenang saja, kamu tidak akan miskin." tambah Lian lagi dengan kekehan geli. Sambil mengatakan itu tanpa Lukas sadari, Lian menendang kakinya menggunakan jarum bius yang seketika membuat laki-laki itu pingsan. "Ledakkan Bomnya!" perintah Lian langsung dilaksanakan oleh Arthur. Bom yang ledakannya cukup besar itu meledak dengan meriah dan membuat semua orang di belakang berlari ke depan untuk pengamanan. "Mobil sudah siap di pintu belakang." Ishaka melaporkan. "Oke!" balas Lian kemudian berlari keluar dari pintu belakang bersama Daren dan Owen. Mereka semua langsung meninggalkan kediaman Lukas yang kacau balau itu dengan senyuman puas. "Kapan kamu mentransfer uang Lukas Kill? aku hanya melihat kamu kesulitan menghapus CCTV tapi tiba-tiba saja rekening Lukas sudah kamu bobol?" Daren bertanya dengan penasaran. "Aku melakukannya sejak berada di mobil. Tapi aku baru melakukan transaksi itu sesaat sebelum aku masuk ke ruangan CCTV. Keadaan berjalan tidak sesuai harapan, karena itu setidaknya kita butuh pengecoh. Aku menghapus rekaman CCTV dari tiga hari lalu supaya cepat, karena itu mereka belum akan menyadari ibu Lika di culik. Lukas akan mengira penyusupan kita adalah aksi pencurian. Sementara mereka fokus pada pengecekkan harta dan aset, kita akan menerbangkan ibu Lika menuju tempat Killua berada. Aku sudah berjanji padanya untuk langsuntg mengirimnya ke Spanyol." jawab Lian tetap tenang. Daren tersenyum tipis menyadari seberapa cerdik otak Killian. Lika mendesah lega karena ibunya berhasil dia keluarkan dari kediaman yang seperti neraka itu. Lika tahu ibunya mungkin akan marah ketika dia bangun karena Elizabet sangat menghormarti keluarga Lombardi, tapi Lika tidak peduli. Karena membiarkan Elizabet tetap berada di kediaman Lombardi, keadaan akan semakin buruk. Mereka bisa saja menjadikan Elizabet sebagai alat untuk mengancam, agar Lika mengakui pembunuhan yang tidak pernah dia lakukan. "Ini apartemennya kan, Serangga?" Lian bertanya setelah mobil yang dikendarai Ishaka melewati sebuah Apartemen mewah. "Iya, dia ada di lantai dua puluh, unit nomor 204." balas Lika. "Semua Lift memerlukan kartu akses, begitupun dengan tangga dan semua pintu. Karena itu kita tidak bisa masuk semua." ucap Lian sambil memperhatikan layar Laptopnya. Sementara Ishaka sudah memarkirkan Mobil di depan sebuah ruko kosong yang tidak jauh dari pintu keluar Apartemen itu. "Mik, kamu masuk bareng Lika. Aku sudah menyewa sebuah kamar mewah di Lantai Empat puluh. Berperanlah seperti sepasang kekasih! Aku hanya bisa membantu sampai di situ. Sisanya kalian yang usahakan sendiri." ucap Lian sambil mengirimkan nomor pesanan ke ponsel Mikha. "Kenapa nggak kamu saja yang masuk bersama Lika, Kill?" pertanyaan Daren membuat pipi Lika sedikit memerah. "Resepsionisnya teman om Daniel. Dia pasti mengenaliku. Bisa terjadi bencana kalau aku ketahuan masuk ke Apartemen bersama wanita." jawaban Lian membuat semua orang terkikik geli. "Kan bisa pakai topeng karet?" "Nggak bisa, dia pasti ngenalin aku karena kami cukup akrab. Dia juga salah satu orang kakekku yang kemungkinan sedang menjalankan misi di Apartemen itu. Pokoknya mending cari aman." balas Lian lagi sambim memasang mimik wajah ngeri. Mikha mengganti bajunya dengan pakaian mahal, Lika juga menyambar blazer mahal yang dia miliki. Keduanya kemudian memakai topeng karet yang merubah wajah mereka. Tidak lupa Lian memberikan kartu identitas palsu yang dia gunakan untuk memesan kamar. Mikha dan Lika mendapatkan kamar tanpa kendala kemudian berhasil masuk ke dalam Lift. Tepat di lantai dua puluh, keduanya turun dan berjalan dengan tenang menuju ruangan 204. "Lian cerdik banget, dia sengaja pesan ruangan 204 juga di unit yang berbeda biar kita bisa jadikan itu alasan ketika ketahuan." ucap Mikha sambil memperlihatkan nomor kamar di kartu akses yang ada di genggaman tangannya. Lika tersenyum geli. "Seperti yang diharapkan dari Killian Windsor." balas Lika terlihat bangga. Gadis itu terlihat mengatur emosinya begitu mereka sampai di depan pintu nomor 204. Keduanya kemudian memencet bel pintu unit mewah itu beberapa kali. Lika merasa beruntung karena polisi hanya berjaga di lantai bawah saja. Tidak lama kemudian pintu itu dibuka dan menampilkan wajah bingung Nolan. "Ada yang bisa saya bantu?" tanya laki-laki itu sopan. Lika tersenyum sambil berpura-pura menanyakan ruangan yang dia tuju. Tepat ketika Nolan lengah, mereka berdua mendorong laki-laki itu masuk dan menutup pintunya. Nolan hendak berteriak tapi Lika sudah lebih dulu menarik laki-laki itu kemudian membantingnya ke lantai. "Kamu pikir aku akan diam saja huh?" ucap Lika menggunakan suara asli karena dia sudah mematikan perubah suara yang dia gunakan. Nolan langsung menoleh dengan kaget mendengar suara yang sangat dia kenali itu. "Li-lika! bagaimana kamu bisa ada disini?" tanyanya gugup. "Bagaimana aku bisa ada disini?" tanya Lika balik sambil mendekat ke arah Nolan. "Aku berada di sini karena kelakuan kamu, b*****h sialan!" teriak Lika sambil menendang perut Nolan hingga dia terbanting ke tembok. Melihat laki-laki yang terlihat lemah itu sedang batuk-batuk, Lika mendekat dan mencengkeram kerah bajunya. "Aku akan memastikan kamu membusuk di penjara karena persekongkolan pembunuhan itu?" desis Lika penuh dendam. "Bagaimana caranya Lika?" tanya Nolan dengan ekspresi mengejek. "Memangnya kamu punya kuasa untuk melakukannya huh?" tambahnya lagi. Melihat itu, Mikha benar-benar ingin membuat wajah Nolan babak belur. "Setidaknya kalau aku tidak bisa melakukannya, aku bisa membuat kamu tidak bisa memiliki keturunan." balas Lika tidak terpengaruh sedikitpun dengan provokasi Nolan. Setelah itu Lika menaik Nolan berdiri dan menendang s**********n Nolan sebanyak tiga kali sampai laki-laki itu meraung kesakitan dengan wajah memerah. "Ada ribuan cara untuk balas dendam, karena itu silahkan menyombongkan dirimu dengan kekuasasan busuk yang kamu miliki." ucap Lika lagi dengan senyuman puas. "Ja-jangan Lika! Arghhh! Apa yang kamu suntikkan?" teriak Nolan kaget setelah di tusuk suntikan oleh Lika. Mikha sendiri tidak menyangka Lika akan melakukan itu. "Sudah ku katakan, kamu tidak akan pernah bisa punya anak." balas Lika sambil memukul wajah Nolan keras sekali sampai pingsan. Setelah itu mereka keluar dari sana tanpa kendala. "Obat apa yang kamu suntikkan tadi?" tanya Mikha penasaran. "Sebuah racun yang akan membuat barang Nolan tidak bisa berdiri minimal tiga bulan. Racun langka yang aku dapatkan dari seseorang di pulau pelangi." jawab Lika dengan senyuman puas. Mendengar itu Mikha tertawa geli. Lika bersyukur karena aksinya malam itu berjalan sangat lancar. Sesampainya di parkiran, mobil Ishaka kembali melaju. Mereka semua sampai di Apartemen Killian tiga puluh menit kemudian. Lalu sesaat setelah mereka beristirahat, sebuah email dari Theia masuk ke ponsel mereka semua. "Kepada seluruh Anggota pasukan Khusus, semester baru telah di mulai. Kampus kalian selanjutnya adalah sebuah perusahaan bernama Lord Game yang kantornya berada di London. Perusahaan itu adalah milik Robert Lombardi dan saat ini di kendalikan oleh Putranya yang bernama Julian Lombardi. Dapatkan semua materi yang dibutuhkan, nilai ujian akhir semester akan di tentukan dari hasil akhir kasus pembunuhan ini. Kepada tiga murid sementara yang datanya terlampir, silahkan kembali ke akademi terlebih dahulu sebelum kalian bisa bergabung dengan tim Khusus." Itu adalah bunyi surat tugas yang tulisannya langsung hilang, beberapa menit setelah email itu dibuka. Daren, Arthur dan Owen terkejut melihat data diri mereka tercantum di dalam surat itu sebagai murid sementara. Dia pikir Theia masih menetapkannya sebagai tersangka atas kasus Santa Monika. "Sampai jumpa lagi kawan. Kami akan mencoba menjadi pegawai kantoran di semester ini." ucap Mikha terlihat senang dengan senyuman lebar khas miliknya. Sementara Lian diam saja sambil menatap Lika yang terlihat sedang banyak pikiran setelah ibunya berhasil di selamatkan. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN