Bab 6

1499 Kata
Gisela Pov Aku menghembuskan nafas, aku harus bersiap di tanya dan di interogasi oleh kedua orang tuaku yang pasti heran kenapa aku tidak pulang semalam. Aku menekan bel pintu dan tak lama pintu terbuka, aku melihat tatapan panjang Mama dan Papa. “Darimana kamu Gisel!!” teriak mereka dan aku hanya diam tanpa menjawab pertanyaan mereka, aku berlalu dan masuk ke kamarku. Tak lupa aku mengunci pintu dan menghidupkan musik agar celotehan dan juga omelan mereka tidak aku dengar. Tok tok tok tok Puluhan kali pintu kamarku di gedor, tapi aku bersikeras untuk tidak membukanya. Aku lelah dan ingin tidur sejenak, omelan dan kemarahan mereka akan semakin membuatku muak, aku sudah dewasa tetapi mereka masih memperlakukan aku layaknya gadis umur 7 tahun. Semakin lama gedoran semakin menghilang, akhirnya mereka menyerah. Tetapi ketenanganku hanya berumur sebentar, kemudian aku melihat pintu terbuka dengan cara di dobrak dan aku juga melihat Raka berdiri di pintu dengan kedua orang tuaku. “Bisa tidak aku diberikan waktu untuk sendiri, kenapa kalian selalu ikut campur dalam urusanku!!, aku ini sudah dewasa, jangan selalu diperlakukan seperti anak – anak” kemarahanku memuncak. Raka dan kedua orangtuaku terdiam melihat amarahku. Mereka mungkin kaget melihat anak gadisnya yang biasa lugu dan penurut tiba – tiba menjadi kasar dan pembangkang. “Gisel!!! Kamu!!!” aku melihat Papa mendekatiku Plakkk “Siapa yang mengajarimu kurang ajar seperti ini” Papa menamparku dan aku semakin menantangnya, aku manatapnya tajam. Raka berusaha menahan Papa yang ingin sekali lagi menamparku. “Om… sudah, kita bisa bicara baik – baik, jangan gunakan kekerasan” “Bagaimana Om tidak keras Raka, lihat dia sudah bisa melawan dan membangkang, apalagi kemarin malam dia tidak pulang kerumah, Om tanya sama temannya dia pergi dengan pria asing.. bagaimana Om tidak marah coba” Raka melihatku dan aku kembali berbaring seakan aku tidak peduli akan kemarahan mareka. “Lebih baik Om keluar biar Raka yang bicara” Raka menyuruh Papa dan Mama keluar. Setelah mereka keluar Raka menutup pintu dan duduk disamping ranjangku. “Kamu kenapa seperti ini Gisel, wajar dong Om dan Tante kuatir melihat kamu belum pulang” “Sudah deh ya kak, kalo kakak juga ikut – ikutan ngomelin aku lebih baik kakak keluar, aku pusing dan malas di omelin” balasku sedikit kasar. “Kamu kenapa jadi seperti ini Gisel, pembangkang dan kasar sangat berbeda dengan Gisel yang  kakak kenal” “Aku bosan hidup sebagai Gisel yang lugu, pemalu dan gadis baik – baik, karena Gisel yang seperti itu aku susah berteman dengan siapapun” termasuk pria itu. “Terus kamu mau menghancurkan diri kamu. Menjadi gadis liar, berani” Aku mengangguk. “Aku muak mengikuti semua perintah Papa dan Mama, mereka tidak pernah bertanya mauku apa, aku ini sudah 25 tahun kak, tapi kekasih saja tidak punya” Bagaimana bisa punya jika orang yang aku inginkan tidak suka aku berada didekatnya. “Kamu menyukai seseorang? Apa pria itu yang membuatmu seperti ini?” “Bukan urusan kakak, lebih baik kakak pulang aku mau tidur” “Gisel…” “Pulang atau aku akan musuhi kakak” ancamku. Raka keluar dan mengatakan sesuatu “Siapapun pria itu, kakak akan berusaha membuat kamu melupakan dia, karena kamu milik kakak Gisel” dan dia keluar dari kamarku, aku hanya tersenyum miring. “Jangan paksa aku membencimu kak, karena ketika aku membenci seseorang, aku akan membuatmu juga ikut membenciku” **** Aku membuka lemari dan melihat semua bajuku, sungguh sangat ketinggalan jaman, mungkin karena itu Vabian enggan aku dekati, aku kembali mengingat Vi, gadis muda yang di bawa Vabian keapartemennya. “Apa Vabian menyukai gadis seperti Vi, anggun dan terlihat sexy” kataku dalam hati, tetapi bajuku tidak ada sama sekali yang bisa menyerupai Vi. Aku mengambil celana dan kaos. Aku harus ke mall dan membeli baju seperti yang di kenakan Vi, setelah mengganti baju aku mengambil tas dan keluar dari kamar. Aku melihat kedua orang tuaku sedang duduk di ruang keluarga, mereka melihatku dengan tajam. Aku hanya diam dan keluar dari tanpa menyapa mereka. “Gisel!!!” “Apa sih Pa? mau mukul lagi?” tantangku “Gisel, bisakan bicara baik – baik” aku melihat wajah sedih Mama. “Maaf Ma, tapi Gisel sudah bosan kalian perlakukan seperti anak kecil, Gisel sudah dewasa dan tau mana yang baik dan mana yang buruk, tolong kasih kepercayaan” kataku dengan pelan. “Bagaimana mau di beri kepercayaan, lihat kamu? Apa kamu seperti gadis baik – baik, pergi dengan pria asing dan tidak pulang, jangan – jangan dia sudah di ajak tidur laki – laki itu” kata Papa dan itu cukup membuatku sakit hati. Aku tertawa, dan kembali menatapnya tajam. “Aku bukan w************n Pa, dan satuhal perlu Papa ingat, mulai hari ini mulai detik ini, Gisel yang lugu, yang nurut sudah mati, dan jangan harap aku akan ikuti kata – kata papa, tidur dengan laki – laki itu? Boleh juga idenya, di mata Papa aku ini w************n, ya sudah aku akan melakukan itu, puas!!” aku keluar dari rumah, airmataku tak terbendung lagi. Aku mendengar teriakan Papa dan aku sudah tidak peduli, aku membawa mobilku menuju butik, mungkin dengan belanja, hatiku akan tenang. Setiba di butik aku memilik pakaian yang seingatku Vi pakai, tapi akku bingung baju yang mana yang harus aku beli. Tiba – tiba mataku melihat sesosok wanita yang juga sedang memilih baju. “Vivian” teriakku dan wanita itu menoleh kearahku. “Hai” jawabnya “Kamu sendirian? Vabian kemana?” tanyaku melihat sekeliling, ak aku berharap dia ada disini. “Di Café, kamu sendirian?” tanyanya. “Iya” “Vi, bisa bantu aku pilihkan baju yang sesuai dengan style kamu?” tanyaku kepadanya dan dia seperti bingung. “Oh gak, aku hanya ingin membeli baju saja, aku bosan dengan penampilanku” Vi sepertinya mengerti dan mulai mencari baju – baju yang pantas aku kenakan dan menurut style dia cocok untuk diriku. “Coba ini” Vivian menyerahkan sebuah dress merah belahan dadanya sangan rendah sekali dan sepertinya ini sangat terbuka. “Ini? Memangnya kamu kenakan ini sehari – hari?” tanyaku Vivian mengangguk dan kembali memilih yang lain. “Ini juga cocok, kamu coba kenakan sekarang” aku mengambil baju yang dipilihnya dan aku membawa ke kamar ganti. Ya Vabian pasti menyukaiku jika aku menggenakan baju ini. Aku mengganti bajuku dengan baju yang diberikan Vivian, sebuah blouse dan hotpant. Aku melihat penampilanku di kaca, tak lupa aku menguncir tinggi rambutku. Sekarang penampilanku tidak kalah dengan Vivian, tak lupa aku menggunakan lipstick yang berwarna terang. Aku keluar dari ruang ganti dan Vivian menatapku dari atas menuju ke bawah. “Wow kamu terlihat hot Gisel, Vabian mungkin akan langsung mengajakmu Check In ke hotel di atas” katanya lagi. “Oh ya, apa aku cocok mengenakan baju ini?” tanyaku. Vivian menganggung dan memberikan jempolnya. “Vi, bisa tolong antarkan aku ketempat Vabian” tanyaku. Vivian mengangguk dan setelah membayar semua barang belanjaan, kami berdua langsung menuju café dimana Vabian sudah menungu Vivian. “Kak… lihat siapa yang aku bawa” katanya, Vabian menoleh dan melihatku dengan tatapan panjang, kepercayaan diriku langsung menghilang ketika Vabian langsung berdiri dan memegang tanganku, Vabian marah sangat marah. “Kamu apa – apaan sih Gisel, ganti!!! Aku tidak suka kamu berdandan layaknya gadis murahan” Jlebbbb 2 kali sehari ini akku dikatakan gadis murahan, oleh Papa dan juga Vabian, airmataku langsung turun dan aku langsung menghempaskan tangannya. “Mau kamu apasih Vabian, dulu kamu bilang aku lugu dan bla bla bla, sekarang aku mengubah dandananku kamu bilang aku w************n, asal kamu tau aku melakukan ini agar kamu menerimaku sebagai teman!!!! Kenapa… kenapa kamu tetap menolakku” Aku terduduk dan menangis meraung, hatiku sangat sedih sekali, aku sudah berusaha berubah seperti apa yang dia mau, tetapi dia masih juga menolakku. “Oke, kamu harus lihat apa yang aku lakukan, jika kamu masih mau berteman dengan ku setelah melihat pekerjaanku, aku akan menyerah dan akan menerimamu menjadi temanku” Vabian menarikku menuju  mobilnya. Aku tertawa, apapun yang kamu lakukan akan akan tetap berteman denganmu Vabian. Vabian membawaku kesebuah hotel. Aku menatapnya tajam. “Tenang aku tidak mau menyentuhmu, aku ada urusan bisnis, ayo turun” Aku turun dan mengikutinya. Vabian membawaku menuju lantai 31 dan masuk kesebuah ruangan VVIP. Kami masuk dan di dalam sudah menunggu beberapa pria yang sangat menakutkan. Vabian memeluk pinggangku dan bicara dengan pria – pria itu. “Bagaimana, situasi untuk transaksi aman bukan?” Pria itu menggeleng dan mengeluarkan sebuah tas dan memperlihatkannya kepada kami. Uang… tas itu berisi uang. “Kamu duduk disana dan lihat apa yang aku lakukan” aku duduk di sofa dan melihat Vabian melihat isi tas itu. Vabian terlihat puas dan mengambil ponselnya. “Bawa masuk” Tak lama pintu terbuka dan aku melihat seorang pria membawa tas juga dan memberikannya kepada Vabian. “Baiklah, kalian bisa memeriksa barang ini, barang kualitas nomor 1” pria itu membuka tas dan aku melihat bubuk putih yang sangat banyak. Pria itu mencobanya sedikit dan mengangguk. “Sabu yang bagus, deal” tas yang berisi uang di serahkannya kepada Vabian. Sabu? Astaga itu n*****a? Tanganku bergetar, aku melihat transaksi n*****a. “Baiklah, kalian semua boleh pergi, saya mau bersenang – senang dengan wanita saya dulu” kata Vabian menatapku dan dia tersenyum evil, mungkin dikiranya dengan memperlihatkan aku pekerjaannya, aku akan menyerah. Tidak Vabian, aku sudah memutuskan menjadi temanmu dan teman akan menerima apa saja yang diperbuat temannya walau salah, toh manusia bisa berubah mungkin dengan berteman denganku, kamu bisa meninggalkan dunia kejahatan ini. Setelah semua orang pergi, Vabian mengambil ponselnya dan keluar menuju balkon, entah siapa yang di hubunginya. Aku berdiri dan berjalan menuju meja dimana  uang tadi terletak. “Bagaimana Gisel… kamu sudah tau apa pekerjaanku? Aku ini pengedar dan pembuat barang haram, apa kamu masih mau berteman denganku?” “Aku memang tidak suka dengan pekerjaanmu Vabian, tapi aku akan tetap mau menjadi temanmu, karena aku sudah terjerat kedalam pesonamu dan tolong jangan pernah tolak aku lagi” Vabian hanya menghela nafas, sedangkan aku tersenyum, ketika akhirnya dia pasrah karena aku tetap setia disampingnya apapun itu pekerjaannya. ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN