Author Pov
“Dasar Kak Varrel, ada Gisel aku di tinggal” gerutu Vivian yang kesal karena di tinggal Varrel di mall. Vivian melihat jamnya, hari sudah siang dan sekarang waktunya dia kerumah Rakka.
Vivian melajukan mobilnya menuju rumah Raka, ketika sampai dikiranya Raka sedang bekerja, tetapi mobilnya ada di garasi, Vivian tersenyum.
Vivian menekan bel dan tak lama pintu di buka, terlihat Raka yang hanya mengenakan kaos dan celana pendek.
“Hai cowok tampan” Vivian tersenyum dan menyerahkan bungkusan buah ke tangan Raka.
“Loh Vi kok kamu kesini”
“Kamu lupa kalo aku ini susternya Vicky, bagaimana dia apa masih marah – marah” tanpa seizin Raka, Vivian masuk dan duduk di ruang tamunya, Vivian menyilangkan kakinya dan menatap Raka yang sejak tadi tak berkedip menatapnya.
“Loh kok bengong saja sih, mana Vicky?” tanya Vivian.
“Vi, bisa tidak kalo kesini, tolong gunakan baju yang sedikit agak sopan, aku tidak mau Vicky nanti menyerang kamu”
Aku tertawa, sungguh sangat lucu.
“Vicky atau kamu?” tanyaku
Dia gelagapan mendengar pertanyaanku. “Aku sadar diri kok Raka, tidak mungkinllah aku merawat pasien dengan pakaian seperti ini” Vivian mengambil tasnya dan mengeluarkan seragam susternya.
“Ooooo, aku kira.. ya sudah kamu ganti dulu bajumu di sana, dikamarku” Raka menunjuk kamarnya dan Vivian kembali tertawa, ini sudah semakin baik karena Raka sudah percaya dan membiarkannya masuk ke ruang pribadinya. Vivian berdiri dan mengambil tasnya.
Vivian masuk dan memperhatikan isi kamar Raka. Satu persatu di perhatikannya, tiba – tiba matanya tertuju ke sebuah pigura yang terletak diatas meja kerja Raka. Vivian melihat dan betapa terkejutnya melihat siapa wanita yang ada di foto itu.
“Gisel” Vivian melihat bagaimana tatapan memuja Raka kepada Gisel didalam foto itu dan hatinya sedikit merasa sakit.
“Jadi kamu menyukai Gisel, tidak boleh Gisel milik kak Varrel dan kamu milikku” Vivian menelungkupkan foto itu dan mulai mengganti bajunya. Vivian sengaja meletakkan baju dan pakaian dalamnya di atas kasur Raka. Vivian merasa sangat bahagia menganggu Raka dan melihatnya salah tingkah sungguh sangat lucu.
Vivian mengeluarkan sebuah chip kecil dan meletakkannya dibawah ranjangnya. Dengan meletakkan chip itu percakapan dan apa saja yang di bicarakan Raka pasti Vivian mengetahuinya. Setelah yakin chip itu berfungsi dengan baik. Vivian keluar dari kamar, penampilannya kini sangat berubah, terlihat alim karena mengenakan seragam perawat.
“Baiklah Raka, aku akan memulai terapi penyembuhan Vicky, kami tidak ingin di ganggu, bisakan?” tanya Vivian.
Raka mengangguk dan membiarkan Vivian masuk ke kamar Vicky, Raka masih menunggu dia takut jika Vicky mengamuk lagi. Tapi tak ada suara amukan yang ada suara tawa dan juga kebahagian Vicky. Raka tertawa dan bahagia akhirnya terdengar nada bahagia dari adiknya.
Raka masuk ke kamarnya dan melihat baju berantakan di ranjangnya.
“Dasar cewek aneh, bisa – bisanya dia meletakkan bajunya dan….” Raka memegang sepasang pakaian dalam. Dan kembali meletakkan barang tersebut tetap di ranjangnya.
“Cewek gila”
Vivian tertawa mendengar makian Raka, ya Vivian memasang alat pendengar di telinganya.
“Itu belum seberapa polisi ganteng, dengan menyembuhkan adikmu, kamu pasti sangat berterima kasih padaku dan akan mengabulkan apapun yang aku mau, dan maaf kak Varrel kali ini aku tidak mengikuti kata – katamu, aku akan membuatmu menerima Gisel dan Raka menjadi milikku” kata Vivian dalam hati.
****
Raka semakin penasaran bagaimana cara Vivian membuat Vicky patuh kepada dirinya, dengan akal cerdiknya dibawanya sebaki minuman dan juga cemilan. Dengan pelan dirinya membuka pintu kamar Vicky dan betapa kagetnya dia melihat pemandangan di dalam kamar Vicky.
Vivian dengan enaknya tertidur di sofa sedangkan Vicky tertidur disampingnya. Raka menggeleng – gelengkan kepalanya dan meletakkan baki tadi diatas meja.
“Dasar cewek aneh, katanya mau terapi, malah enak – enakan tidur” tiba – tiba matanya tertuju pada sebuah kertas yang tercecer di bawah sofa. Raka penasaran ingin melihat apa kertas itu, tapi kalo diambil posisi kertas itu pas dibawah kakinya Vivian.
“Aduh penasaran banget kertas apa itu, tapi kalo diambil posisinya bahaya, bisa – bisa ini cewek histeris lagi” tapi rasa penasaranku lebih tinggi daripada kepedulianku akan reaksi wanita ini. Aku menggeser sedikit meja dan dengan pelan aku menjongkok untuk mengambil kertas itu.
“Sialllll, ini cewek malah bergerak dan astaga…” tiba – tiba mata Raka tanpa sengaja melihat paha Vivian yang sedikit terbuka.
“Mau ngintip ya, ckckckck dasar polisi m***m” kata Vivian dengan pelan, walau matanya masih tertutup.
“Gak kok, aku gak intip, cuma terlihat sedikit” kata Raka pelan, Vivian tertawa mendengarnya.
“Aduh mampus gue, ini mulut kok ya asal” batin Raka sambil memukul kepalanya.
“Yah kirain banyak, masih mau lihat lagi?” tanyanya
“Gila…” dengan cepat Raka menyambar kertas tadi dan berlari kembali ke kamarnya. Setiba di kamar Raka memegang dadanya yang berdetak dengan cepat.
“Lama – lama aku duluan yang bisa stress ngadepin cewek seagresif dia” kata Raka. Vivian yang mendengar tertawa dan tersenyum bahagia.
“Vi kok tertawa, Vi bahagia ya” tanya Vicky.
Vivian mengangguk dan kembali melanjutkan terapi yang tertunda tadi.
****
Vivian melihat jam dan hari sepertinya sudah larut malam, sudah saatnya dia kembali. “Vicky, aku balik dulu ya, maaf besok sepertinya aku tidak bisa datang, lusa aku kembali lagi ya” kata Vivian dengan lembut.
Vicky menggelengkan kepalanya seakan tidak rela teman barunya pergi.
“Vicky, Vi mungkin sibuk, besok abang gak dinas, kita jalan – jalan ya” bujuk Raka.
“Gak mau… Vicky maunya jalan – jalan sama Vi, gak mau sama abang!!!”
“Vi janji deh lusa Vi akan ajak Vicky jalan – jalan, janji” Vivian memberikan kelingkingnya.
“Gak mau!!!, Vi harus tinggal disini, Vi harus jadi kakak Vicky”
“Iya Vi akan jadi kakak Vicky kok, tapi tidak sekarang, soalnya bang Raka, masih malu – malu” kata Vivian menggoda Raka.
“Vi jangan aneh – aneh deh” kata Raka mengingatkan Vivian.
“Abang harus nikah sama Vi, harus!!!”
Vivian tertawa bahagia, apalagi melihat wajah bingung Raka. “Vicky, gak mungkin abang menikah dengan Vi, Kak Gisel dikemanakan?” senyum Vivian berubah, entah kenapa mendengar itu hatinya terasa sakit.
Vicky sepertinya sadar akan kesedihan Vivian. “Vi, jangan sedih…. Aku lebih suka sama Vi daripada kak Gisel, aku maunya Vi tiduur disini mala mini, ya ya ya.. aku janji akan makan obat dengan rajin” Vicky masih menarik – narik baju perawat Vivian.
Vivian menatap Raka “Bagaimana?” katanya pelan.
“Tolak saja” balas Raka pelan, bagaimana mungkin Vivian menginap disini sedangkan di rumah ini hanya ada Vicky dan Raka, sedangkan Ayahnya sedang bertugas ke Kalimantan.
“Vicky, Vi tidak bisa tidur disini tanpa ikatan, bagaimana jika ada razia, Vi gak mau ah di seret satpol PP”
“Kalo gitu kalian nikah saja sekarang, Vicky yang akan jadi penghulunya” Raka yang sedang meminum Cola menyemburkan isi mulutnya mendengar perkataan adik bungsunya.
“Vicky maunya kalian menikah hari ini, atau Vicky gak bakal mau minum obat lagi”
Vivian dan Raka hanya bisa menggaruk – garuk kepala mereka yang sama sekali tidak gatal.
****
Vicky tertidur setelah yakin Raka dan Vivian “menikah” versi dirinya, akad nikah yang penghulunya Vicky, Vivian sampai tertawa terbahak – bahak, sedangkan Raka hanya bisa diam melihat tingkah laku adiknya.
“Jadi kita sudah sah loh suami istri” goda Vivian. Raka semakin salah tingkah “Suami istri, enak saja.. mana ada pernikahan yang jadi penghulunya adik aku, ini hanya sandiwara, kamu tidak lihat dia bahagia, dan dai tidak mengamuk lagi hari ini” kata Raka menegaskan bahwa ini hanya pura – pura.
“Hahhahaha serius amat sih mas, tenang saja.. aku gak akan minta jatah malam pertama kok, kalo itu yang kamu takutkan, maklum bulan tiba – tiba mengunjungi aku”
“Terus hubungannya dengan aku apa?”
“Gak ada cuma mau beritahu kamu saja, ya siapa tau kamu sangat mengharapkan malam pertama”
“Vi, aku heran deh sama kamu, jadi cewek kok agresif banget, apa gak takut PACAR kamu marah, kamu goda – goda pria lain”
“Oh Varrel? Gak kok, dia sih membebaskan aku mendekati siapapun yang aku suka, toh hubungan kami hanya….”
“Hanya apa?”
“Ada deh… kepo ya, hahahahha ya sudah, aku pulang dulu suamiku, bye bye”
“Suami dengkulmu… hati – hati dijalan, jangan ngebut”
Vivian melambaikan tangannya. Dihatinya walau itu hanya pernikahan main – mainan, tapi itu saja sudah cukup membuatnya bahagia.
“Aku egois Raka, aku mau kamu menikahiku nyata, bukan main – main, dan sebentar lagi itu akan terjadi” kata Vivian dalam hati.
****