Air Mata Sahda - Chapter 9

1012 Kata
Sahda sedang tertidur lelap dan dalam mimpinya itu Sahda sedang berada di dapur, Ia membantu ibunya menyiapkan jamuan untuk kedatangan Fathur dan keluarga. Tak di sangka Sahra datang dan segera menemui kakaknya, "Sahda!" Sahda menoleh kala mendengar suara adiknya, "Sahra! Kamu pulang?" Tanya Nya, wajah yang kegirangan itu pun terlihat di raut wajah Sahda. Namun Sahra hanya terdiam dan menanggapinya dengan biasa saja. Sahda mendekat, "Sahra! Sumpah inikah dirimu?" Tanya nya sembari memegang kedua pipi Sahra, Sahra terlihat menggeliat dan ingin melepaskan. "Dimana Baba dan Umma?" Tanya nya kembali, "Mereka sedang membeli makanan ringan! Mmmm, ada apa Sahra? Apa ada hal yang sangat penting yang ingin kamu sampaikan?" "Tidak, baguslah jika Baba ataupun Umma tidak ada! Aku hanya ingin berpesan kepada mu! Kau boleh menikah dengan Fathur tapi tidak boleh memilikinya sepenuhnya! Karena dia milik ku!" Ucap nya dengan tatapan yang sarkas, Sahda tak mampu menjawab permintaan Sahra. Sahda hanya menggelengkan kepalanya dan meneteskan air mata kekecewaannya. "Kau tidak boleh memilikinya!" Teriakannya membuat Sahda terbangun, nafasnya tersengal hebat. Air keringatnya bercucuran di dahi serta lehernya, ia termenung kala mengingat mimpi buruk yang di alaminya itu. "Sahra! Benarkah itu dirimu?" Ucapnya dalam hati, ia menekukkan lututnya hingga menempel dengan dafa miliknya. "Ya Tuhan! Aku benar-benar merasa sangat takut! Ada apa ini?" Ucap Sahda kembali. Risna datang dengan niat membangunkan Sahda, kebetulan sesudah subuh datang, Sahda baru saja dapat tertidur dan Sahda meminta ijin pada Baba dan Umma nya untuk bangun siang. "Loh kamu kenapa Sayang?" Tanya Risna, Risna mengusap keringat milik Sahda. "Sahda mimpi Umma!" Sahut Sahda sembari menempelkan kepalanya di bahu Risna, Risna pun mengusap wajah Sahda. Sahda menceritakan detail mimpi tersebut pada Risna, Sahda pun terlihat menangis. Sahda benar-benar merasa tertekan dengan perjodohan ini, Risna menatapnya dengan penuh rasa iba. "Sayang! Mimpi itu bunga tidur, jadi jangan terlalu percaya sama mimpi ya!" Risna mencoba menenangkan hati anaknya dan Sahda terlihat berusaha menenangkan dirinya. "Sampai saat ini Sahra tidak mengabari Umma! Dan sampai saat ini Sahra benar-benar memblok semua akses Umma juga Baba!" Ucapnya sendu, "Tapi Baba mu bilang, Baba tahu dimana Sahra berada!" Sambung Risna. "Syukurlah kalau begitu Umma," "Baba mu bilang, setelah proses khitbah kamu dan Fathur di lakukan. Baba mu akan mendatangi Sahra dan membawanya pulang!" "Tidak perlu Umma!" Ucap Sahra, dia benar-benar pulang seorang diri. Entah apa alasannya, yang jelas Sahra terlihat pulang dengan memberikan sebuah senyuman. Sahda beranjak dan segera menghampirinya, Sahda memeluk Sahra dengan erat. "Kamu pulang? Ya Tuhan terimakasih!" "Aku kan mau lihat kamu nikah!" Celetuknya, Sahda memegang pipi adiknya lalu menyahuti kalimat itu, "Sahra! Kamu tidak membenci aku kan?" Tanya Sahda. "Tidak! Untuk apa?" Tanya Sahra, "Lalu kenapa kamu pergi?" Tanya Sahda balik, Risna melihat sesuatu yang tidak beres sedang terjadi. Entahlah mengapa perasaan Risna terasa tidak enak, Bagi Risna raut wajah Sahra penuh dengan kepura-puraan. ^^ Jam dinding sudah menunjukkan pukul 3 sore, Sahda sudah sangat cantik. Pantulan dirinya di dalam kaca menandakan kecantikannya, "Anak Baba memang sangat cantik!" Puji Abqori. Ia berdiri di belakang anaknya dengan senyuman yang sangat lebar. "Baba, pernikahan Sahda tidak akan gagal lagi kan?" Tanya nya "Tidak Sayang! Baba akan pastikan itu semua!" Sahutnya, Sahda saling berhadapan dengan Ayahnya. Abqori memeluk Sahda dengan sangat erat, "Percayalah Tuhan maha baik!" Ucapnya sembari mengusap pelan punggung anaknya. "Oh Anak Umma sama Ayahnya lagi bikin drama disini dan gak ajak-ajak Umma ya!" "Umma, sini peluk!" dengan manjanya Sahda meminta pelukan dari kedua orang tua nya dan mereka pun memeluknya. "Sahra dimana Umma?" "Ada di kamarnya! Dia lagi dandan kayanya!" Ucap Risna, "Baba, jangan marahi Sahra iya!" "Enggak sayang!" Jawab Abqori dengan singkat, Walaupun dalam hatinya rasa kesal terhadap Sahra sangatlah menggunung. "Maaf bu, Pak Haji udah ada dibawah." Ucap Salah satu Art yang berada di rumah Sahda, "Terimakasih Bi!" Sahut Abqori, "Sayang! Tunggu di sini, Umma dan Baba akan menyambut Abi Daud dulu!" "Iya Baba!" Sahda duduk di atas kursi, menunggu Abqori memanggilnya. Sahra datang menemui Sahda, Sahra seakan melupakan rasa sakitnya dan mencoba membuat Sahda percaya bahwa dirinya sudah mengikhlaskan pernikahan Sahda dan Fathur. "Sahda, Maafkan Aku." Ucap Sahra, "Aku harap kau bahagia, Aku berharap kau tak melupakan Aku setelah menikah nanti." Ucap Sahra kembali seraya memeluk Sahda dengan erat. "Kau adik ku, Kau pelita hidupku. Jika bisa aku ingin menukar posisiku sekarang untuk mu, Dan aku akan berusaha ikhlas!" Ujar Sahda. "Kau selamanya akan tertanam di lubuk hatiku yang paling dalam bersama Baba dan Umma. dengarlah Sahra, jangankan untuk melupakan mu. Untuk menjauh darimu dan dari Baba juga Umma hatiku harus mempersiapkannya selama 1000tahun, entah Aku bisa atau tidak." Tambahnya lagi. "Namun ku yakin, walaupun kita berjauhan kita tetap berada dihati masing-masing." Ungkap Sahda kembali, "Kau tak perlu khawatir, jangan kan Ragaku jiwaku saja aku berarti korbankan untukmu." "Jika kau memang ingin menikah dengan Mas Fathur, bicaralah kepada Abi Daud dan Baba. Aku akan mundur Sahra!" "Tidak Sahda!!!" Tukasnya penuh penekanan, "Tidak, kau harus bahagia bersama Mas Fathur. Kau dan Mas Fathur akan menikah, kau tak boleh membohongi perasaanmu. Kau sangat mencintainya, Aku tahu itu." Tutur Sahra sembari memegang tangan Sahda dengan erat, ia menyeka air mata Aahda dan mengecup keningnya. "Aku tak tahu ada apa dengan mu Sahra! Walaupun kau berubah dengan cepat, Aku akan tetap mempercayai mu, bagiku kau segalanya!" Ucap Sahda di dalam hati, Ia memeluk erat tubuh adiknya. Berbeda dengan Sahra, semua hanyalah bualan semata. Ia pulang ke rumah pun atas permintaan Fathur, karena di belakang Sahda dan keluarga Fathur masih tetap menganggap Sahra adalah wanitanya. Dan Sahra pun berpikiran sama dengan Fathur, apalagi diantara mereka sudah terjadi hubungan yang lebih. Tok Tok Tok Bi Siti menengok sedikit, "Neng Sahda, Pak Qory meminta Neng Sahda untuk turun dan menemui Pak Haji beserta keluarga." Ucap Bi Siti memberitahu, Sahda tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. "Sahda, Aku di sini saja! Lagipula, Aku merasa malu dengan Abi dan Umi nya Mas Fathur." "Sahra! Aku mohon Dampingi aku ya!". Sahra menganggukkan kepalanya, "Terimakasih Sahra! Aku sangat menyayangimu." ucap Sahda, Mereka berjalan bersama untuk menemui Keluarga Fathur. saat Sahda menuruni anak tangga, kedua mata orang tua Fathur sangatlah lekat memandang Sahda yang sangat cantik itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN