Air Mata Sahda - Chapter 12

1064 Kata
Setelah perbincangan nya bersama Assisten rumah tangga nya yang bernama Siti, Sahda seakan merasakan ketakutan yang amat dalam. Namun sesekali ia mencoba menepisnya, Sahda mencoba untuk tidak terlalu memikirkan hal itu. Keesokan harinya, Sahda terlihat sedang membereskan sebuah pakaian yang sudah Siti rapihkan. Ia memasukkan satu persatu pakaian tersebut, "Kak Sahda gak ke klinik?" Tanya Sahra, kedatangan Sahra membuatnya terkejut karena merasa kaget. "Ya Tuhan, kirain aku siapa?" Ucapnya, "Tumben manggil Kakak! Biasanya Sahda, Elu atau you!" Tambahnya sembari tersenyum simpul. "Mm, ya gak apa-apalah. Kamu kan kakak aku! Masa gak mau berubah sih!" Ujar Sahra, "Nanti bakalan kerasa banget kalau kita udah gak serumah," Susul nya. "Emang gimana sih rasanya?" Tanya Sahda. "Ya beda aja! Pasti rindu!" Pekik Sahra, sorot mata yang diberikan Sahra seolah meyakinkan Sahda bahwa yang dikatakan Siti itu tidaklah benar. Sahda tersenyum, "Apalagi Kak Sahda nanti di Bandung kan tinggalnya? Sedangkan jarak Jakarta sama Bandung itu jauh!" Ucapnya kembali seraya merengek sebal. "Mmm, Ya gak jauhlah! Cuma dua jam ini lewat jalan Tol!" tandas Sahda memekik perasaan Sahra , "Iya kalau gak macet!" Sambungnya lagi sembari tersenyum. "Kak Sahda ini!" Ujarnya sembari mencubit kecil pipi kakaknya. "Kak Sahda hari ini mau kemana?" Tanya Sahra. "Mau Fitting baju pengantin!" Jawab Sahda singkat. "Oh gitu ya, sama Umma dan Baba?" Tanya Sahra sembari menaikan alisnya sedikit. "Iya, sama Abi nya Mas Fathur dan Umi Una juga." Jawab nya kembali. "Mas Fathur pasti ikut ya?" Tanya Sahra kembali, "Iya sepertinya!" Ucap Sahda. "Mm, Kak Aku ke kamar sebentar ya." Tiba-tiba Sahra berpamitan kepada Sahda, Sahda pun berniat untuk mengikuti langkahnya yang masuk ke dalam kamar. Dari bilah kecil itu terlihat sebuah celah yang menunjukkan keadaan Sahra adiknya, Sahda melihat jika Sahra sedang berdiri di hadapan jendela, tangannya memegang ponsel miliknya. Ia pun melihat jika Sahra sedang sibuk mengetik, entah pada siapa Sahda mengirimkan hasil ketikan tangannya. "Aku harap apapun yang sedang di pikirkan olehmu tidak mengenai kejelekan ataupun keburukan, Sahra aku harap kau mengerti pernikahan ini bukanlah masalah menang atau kalah! Yang jelas, aku menikah benar-benar karena ingin melindungi dirimu!" Ucapnya lirih dalam hati, Sahda pun kembali ke dalam kamarnya. Beberapa jam kemudian, Sahda mendengar jika kedua orang tuanya sedang memanggil dirinya. Sahda pun segera menyahuti panggilan dari ibunya, "Iya Umma!" Sahut Sahda sembari berjalan mendekati kedua orang tuanya. "Umi sama Abi sudah menunggu di sana! Ayok cepat bawa tas mu!" Ucap Abqori, Sahda terlihat tersenyum. "Baiklah Baba tunggu sebentar ya!" Ucap Sahda, ia segera berlari menuju kamarnya untuk membawa tas miliknya. Tak lama kemudian Sahda terlihat sudah kembali berjalan menghampiri Ayahnya, "Umma gak ikut?" Tanya Sahda. "Enggak sayang, Umma mau nemenin Sahra!" Ucap Risna. "Sahra ikut kok!" Sahut Sahra sembari menuruni anak tangga, "Ini Sahra udah siap!" Sahutnya kembali, Sahda terlihat menatapnya aneh. Sahda tersenyum penuh keanehan, "Mm, Gak apa-apa kan Sahra ikut?" Tanya Sahra kembali, Sahda menatap Ayahnya dan mengedipkan kedua matanya. "Boleh-boleh Nak!" Balas Abqori, mereka pun segera pergi menuju tempat melakukan fitting baju. Di dalam benaknya Sahda lagi-lagi memikirkan perkataan Siti semalam dan Sahda juga merasa akan selalu mengawasi sikap adiknya, namun tanda-tanda Sahra melakukan hal yang membuatnya takut pun sama sekali tak terlihat dan Sahra terlihat sangat baik-baik saja. Di dalam perjalanan, tangan Sahra tak lepas dari genggaman tangan Sahda. Sahda pun tak segan menempelkan pipinya di atas bahu milik adiknya, Abqori memperhatikan tingkah keduanya. Walaupun beberapa hal buruk dari Sahra pun ia ketahui, namun ia mencoba tak mempercayainya karena menurutnya, hal itu masih semacam kabar buruk semata. Sahra menatap genggaman tangan kakaknya, sebenarnya ia merasa sangat risih. Namun, Sahra tak mampu mengucapkan hal itu. Ia mencoba untuk menutupi rasa risih nya, "Mau bagaimana lagi? Aku harus menutupi rasa kesal ini, yang mau melakukan fitting ini Kakak ku bersama kekasihku! Ah rasanya jantung ku mau copot!" "Sahra, Sahra tidak semudah itu kau melepaskan Fathur. Kau hanya harus sabar, hingga pernikahan ini terjadi dan Fathur menceraikan kakak mu lalu menikah dengan mu! Ya terpenting kan sudah menuruti keinginan Calon mertua mu untuk menikahkan anaknya dengan wanita yang di anggap sebagai malaikat ini!" Gerutunya kembali, sorot mata kesal memang terlihat di tutupi olehnya. Sesampainya di tempat yang di tuju oleh mereka, Daud dan keluarganya memang sudah berada di dalam sana. Abqori pun mengajak anak dan istrinya untuk masuk dan saat mereka masuk, Daud segera menyambutnya. Ia memberikan sebuah pelukan untuk Abqori, Sahda pun mencium tangan keduanya dan tersenyum pada Fathur yang dengan santainya duduk di atas sofa ruang tunggu. "Ayo masuk, Umi Una sudah memilihkan pakaian-pakaian yang nantinya akan di pakai Sahda." Ucap Daud kepada Sahda, Una pun menarik tangan Sahda dan mengajaknya untuk masuk. Seorang MUA terkenal pun sudah memperkenalkan dirinya, ia memuji kecantikan Sahda dan Sahda mulai melakukan fitting pakaian pernikahan tersebut. Sungguh cantik dan tampan Fathur dan Sahda, bagi Mela seorang MUA Ter-hits di Jakarta itupun tak melepaskan pujiannya kala melihat Sahda dan Fathur memakai pakaian tersebut. "Ini sangat cocok bukan?" Tanya nya, wajahnya terlihat sangat bahagia di saat melihat Fathur dan Sahda berdiri di hadapan kaca. "Iya Mel, saya suka warna Navy ini!" Ucap Una, "Bagaimana Dek Risna? Bagus kan?" Tanya nya pada Risna di sambut sebuah senyuman. "Ya sangat bagus! Mereka sangat serasi" Sahut Citra, Citra memang sangat tidak menyukai Sahra dan Citra mengucapkan hal itu memanglah sangat di sengaja. "Umma Risna pasti suka Umi!" Sahutnya kembali, tatapan Sahra sangatlah terlihat kesal saat Citra mengucapkan hal itu. Sahra pun terlihat memberikan senyuman yang sangat terpaksa kala Citra menatapnya, "Iya Umma suka kok," Jawab Risna membalas kalimat Citra. "Sahda kalau dipakaikan warna apapun pasti kesannya glamor, karena Sahda sangat cantik!" Pujian Daud di balas delik kan mata Fathur, "Iya kan Tur?" Tanya Daud kembali, Fathur pun tersenyum dan menjawab, "Iya Abi!" "Abi mah seneng kalau lihat neng Sahda teh!" Ucap Andi menimpali kalimat Abi nya, "Neng Sahda nanti kalau udah nikah sama Fathur, tinggal dulu sebulan di jakarta ya bareng Abi dan Umi. Dulu citra juga gitu Neng!" Timpal Andi, Sahda menundukkan kepalanya, ia terlihat menahan rasa malu nya. Ia pun menjawab sembari tersipu, "Sahda gimana Mas Fathur, Abi, sama Umi aja Mas Andi!" "Duh senengnya kalau gadis baik kaya Sahda lagi menjawab, sama kaya Citra dulu! Citra mah gimana Kak Andi aja, Citra ikut aja. ingat gak Umi, Abi?" Tanya Andi, Citra mencubit pinggul suaminya. Citra dan Sahda memang lah wanita yang sangat baik, ia tak pernah sekali pun mengecewakan hati Umi dan Abi nya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN