Bab 7

1058 Kata
"Auuw!" Tubuh Khayra langsung terpental, dengan ponsel yang sudah berserakan di lantai. Melihat layar ponsel yang sudah retak tidak beraturan, dengan cepat ia mengambil ponsel tersebut. "Saya tadi terburu-buru dan tidak sengaja menabrak Anda, afwan." Setelah mengatakan kalimat itu, Khayra berusaha bangkit. Karena takut abinya menunggu lama. Ia pun segera pergi, tanpa melihat pria yang ditabraknya barusan. "Wajah itu." Deg! Sekilas pria itu melihat wajah wanita yang menabraknya. Seketika ia terdiam. Ketika melihat wajah wanita itu, seperti tidak asing lagi baginya. "Tunggu dulu, Nona!" teriak pria itu berusaha menghentikan langkah Khayra. Mendengar pria yang ia tabrak tadi memanggilnya, seketika Khayra menghentikan langkah. Wanita itu sedikit khawatir, jika pria itu akan marah akibat kecerobohan yang ia lakukan. "Bolehkah saya minta nomor ponsel atau alamat kamu? Soalnya saya ingin mengganti ponsel mu yang rusak," ucap pria itu yang hanya beralasan saja. Karena sebenarnya ia ingin melihat wajah Khayra lebih dekat, untuk memastikan apakah dia wanita yang selama ini ia cari atau bukan. "Terima kasih, tapi saya rasa Anda tidak perlu melakukan itu. Karena semua ini adalah kesalahan saya, Afwan." Setelah mengatakan kalimat itu, Khayra membalikkan badannya. Karena ia tidak ingin dicap sombong dan tidak menghargai lawan bicaranya. Namun, Khaira dan pria itu sama-sama terkejut. Ketika manik mata mereka saling bertemu. "Ka-kamu." Deg! Ya, pria itu adalah Arrion. Pria yang sudah tujuh tahun, selalu mengganggu pikiran wanita itu. Karena selama ini, Khaira berusaha untuk melupakannya dan berharap tidak dipertemukan lagi, dengan pria yang hanya menorehkan trauma di hatinya. "Pria b******k itu. Ya, Tuhan ..., kenapa aku harus dipertemukan lagi, dengan pria yang selama ini ingin aku hindari?" Khayra terdiam, sambil bertanya dalam hati, dengan perasaan tidak menentu. Sementara Arion, tiba-tiba perasaannya menghangat. Ia sangat berterima kasih untuk hari ini. Karena ia pertemukan lagi, dengan wanita yang selama ini ia cari. Pria itu berniat ingin meminta maaf, atas kesalahan yang pernah ia lakukan. "Aku sangat yakin, kamu wanita yang selama ini aku -" "Afwan! Mungkin Anda salah orang." Khayra segera memotong kalimat Arrion, lalu membalikkan tubuhnya. Dengan sedikit berlari, ia berusaha kabur meninggalkan pria itu. Ketika melihat Khayra yang sudah berlari meninggalkannya, Arrion berniat ingin mengejar wanita itu. Namun, panggilan Alia sekretarisnya, menghentikan langkah Arrion. "Pak Arrion! Anda mau pergi ke mana?!" tanya Alia berusaha menghentikan langkah bosnya itu. "Saya harus mengejar wanita tadi, Alia. Jangan menghalangi saya," protes Arrion. "Hmm, tapi Pak. Pesawat yang akan kita tumpangi, sebentar lagi mau berangkat. Kalau Anda pergi mengejar wanita itu, saya takut kita akan ketinggalan pesawat dan telat menghadiri rapat di Jepang." "Memangnya kamu tidak bisa, menunda atau membatalkan rapat itu, Alia? Ada hal penting yang harus segera saya selesaikan." Arion berusaha bernegoisasi dengan sekretarisnya. Agar wanita itu bisa mengerti dan membiarkannya untuk pergi mengejar Khaira. "Maaf, Pak Arrion. Dua minggu yang lalu kita sudah menundanya. Karena saat itu mami Anda sedang sakit. Jadi sekarang, kita tidak bisa lagi mengecewakan mereka, Pak. Ini proyek nilainya bukan milyaran, tapi triliunan. Lagi pula kita juga tidak bisa seenaknya saja, membatalkan kerjasama ini. Saya harap Anda bisa mengerti dan bisa bersikap profesional." Arrion tertunduk lesu. Ketika mendengar perkataan dari Alia sekretarisnya. Dengan berat hati, ia melangkahkan kaki masuk ke dalam pesawat, lalu melanjutkan perjalanannya untuk terbang ke Jepang. *** Saat ini Khayra baru saja tiba menemui abinya, yang dari tadi sudah menunggu di depan bandara. Rencana wanita itu untuk memberikan kejutan, kedatangannya kepada Ustaz Ridwan gagal. Akibat pertemuan tak terduga yang terjadi antara dirinya dan juga Arion. "Assalamu'alaikum, Abi. Maaf, sudah membuat Abi menunggu lama" ucap wanita itu, dengan nafas yang masih megap-megap. "Wa'alaikumsalam, kamu kenapa Sayang? Seperti dikejar-kejar hantu saja. Memangnya ada apa?" tanya Ridwan penasaran. "Tidak apa-apa, Abi. Khay cuma ingin supaya cepat sampai di rumah. Soalnya umi, Akmal dan Kamilah, pasti sudah tidak sabar lagi menunggu kedatangan, Khay," jawab wanita itu beralasan. Karena ia tidak ingin abinya tahu, tentang kejadian yang sebenarnya. Ustaz Ridwan tidak menaruh rasa curiga sedikitpun kepada putri sulungnya. Ia hanya membelai kerudung yang dikenakan oleh Khayra sambil tersenyum. Sebagai wujud rasa kasih sayang, yang selama ini terpendam. "Kamu benar, Sayang. Abi dan umi semalam tidak bisa tidur. Karena kami begitu bahagia. Saat mengetahui rencana kepulanganmu, Nak." "Benarkah itu, Bi?" tanya Khayra yang merasa sangat terharu mendengarnya, sekaligus lega. Karena abinya tidak menaruh curiga kepadanya. "Iya, Khay. Ya sudah, ayo sekarang kamu naik ke mobil. Sini koper mu, biar Abi yang masukkan ke dalam bagasi." Khaira segera menyerahkan koper yang masih ia pegang kepada abinya. "Terima kasih ya, Bi," ucap wanita itu lalu segera masuk ke dalam mobil. Ustaz Ridwan segera melajukan mobilnya. Ia merasa sangat senang juga bangga. Karena bisa melihat putri sulungnya sukses di negeri orang. *** Di dalam pesawat tujuan Tokyo, Jepang. Arrion dari tadi hanya duduk termenung. Memikirkan wanita yang tanpa sengaja, ia temui di bandara barusan. Alia yang duduk berseberangan dengan Arrion merasa heran. Ia pun memilih untuk memperhatikan gerak-gerik bosnya itu. "Aku sangat yakin. Dia pasti wanita berhijab yang selama ini aku cari. Sepertinya dia sangat membenciku. Hmm, tapi tunggu dulu, afwan? Apa itu afwan?" Alia merasa heran. Ketika melihat Arion dari tadi berbicara sendiri. Karena penasaran dan juga khawatir. Ia memutuskan untuk menanyakan langsung kepada bosnya itu. "Pak Arrion, ada apa? Kenapa Anda berbicara sendiri?" tanya Alia yang tiba-tiba mengejutkan Arrion. Membuat pria itu tersadar dari lamunannya. "Ha, afwan?" tanya Arrion seketika, membuat Aliya mengerutkan dahinya. "Afwan, maksud Anda apa, Pak Arrion?" Deg! Arrion tersadar dengan kesalahan yang ia perbuat. Ketika Alia menanyakan hal itu. Ia jadi salah tingkah. Namun pria itu berusaha untuk menenangkan dirinya. Karena Arion yang cerdas, tidak ingin terlihat bodoh dihadapan sekretarisnya. "Oh, itu. Afwan, dia adalah satpam yang bekerja di apartemen saya. Hanya saja, saya kurang suka dengan cara kerjanya. Agak sedikit ceroboh. Makanya saya sangat kesal, saat pagi tadi bertemu dengan satpam itu," jawab Arrion beralasan. Untunglah Alia percaya saja dengan apa yang diucapkan oleh Arrion. Karena Alia pikir, bosnya itu adalah orang yang sangat perfeksionis. Dia tidak suka, jika ada salah satu pegawainya yang bertindak ceroboh. Arrion pun menghela nafas merasa bersyukur. Karena Alia mempercayai apa yang ia katakan. Setibanya di Bandara Internasional Haneda, dengan cepat Arion membuka ponselnya. Ia berniat untuk searching di Google, mencari tahu arti dari Afwan. "Jadi, afwan itu bahasa Arab, yang artinya maaf. Seharusnya aku yang meminta maaf, bukan dia. Secepatnya aku harus menyelesaikan urusanku di Tokyo dan segera kembali ke Indonesia. Aku pastikan aku akan bertemu dengan wanita berhijab itu." Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN