Sementara Arrion, ia berusaha menampilkan senyum terbaiknya, ketika menatap wajah wanita yang selama ini ia cari. Perasaan bahagia, senang, semua bercampur aduk. Ketika ia bisa melihat wanita itu secara langsung.
"Senang bisa bertemu denganmu lagi," ucap Arrion setelah membalikkan kursinya, lalu menatap dengan damai wajah wanita yang ada dihadapannya.
Sementara Khaira, wanita itu seakan terdiam mematung. Ia tidak menyangka, jika takdirnya untuk bertemu dengan Arion masih berlanjut.
"Ja-jadi Anda CEO di perusahaan ini?" tanya kalian dengan terbata-bata.
"Ya, seperti yang kamu lihat. Terus terang Aku tidak menyangka. Ternyata takdir selalu mempertemukan kita. Apa jangan-jangan, kita berdua jodoh?" Arrion sengaja menanyakan itu, karena ia ingin menggoda Khaira. Supaya wanita itu tidak terlihat serius, saat menatap wajahnya.
"Terserah dengan apa yang Anda ucapkan. Saya rasa, sepertinya saya tidak bisa bekerjasama dengan Anda. Saya mengundurkan diri, dari jabatan ini. Permisi."
Setelah mengatakan itu, Khaira berniat meninggalkan Arion. Karena ia muak jika harus berlama-lama dengan pria, yang tidak ingin dilihatnya lagi.
Melihat Khaira yang sudah melangkahkan kaki untuk pergi, dengan cepat Arrion menghentikan langkah wanita itu.
"Jadi ini, pegawai yang direkomendasikan oleh Pak Salman, yang dibilang yang sangat berkompeten. Benar-benar tidak bertanggung jawab." Arrion berkata dengan nada tegas. Membuat Khayra seketika menghentikan langkahnya.
"Maaf, saya tidak bisa bekerja sama dengan orang seperti Anda. Jadi tolong, jangan pernah mengganggu kehidupan saya lagi." Khaira menatap tajam kearah pria itu. Sebuah tatapan yang seakan ingin menghujam. Meluapkan semua amarah, kebencian dan rasa sakit hati.
Mendengar perkataan Khaira, Arrion hanya tersenyum sambil menyilangkan kedua tangannya. Melihat raut wajah cemberut yang ditunjukkan oleh wanita itu, entah mengapa ia merasa itu terlihat sangat lucu.
"Hehe, wajah kamu sangat lucu kalau lagi marah. Kenapa aku baru menyadarinya sekarang ya? Kenapa tidak dari awal saja saat kita bertemu?" Arrion lagi-lagi menggoda Khaira. Melihat kemarahan wanita itu, merupakan hiburan baginya. Karena ia merasa sangat senang, bisa bertemu dengan wanita itu lagi.
"Hmm, bukankah Anda seorang CEO di perusahaan ini. Saya rasa, Anda bukan orang bodoh yang tidak mengerti dengan maksud perkataan saya. Jadi tolong, jangan halangi saya untuk mengundurkan diri dari perusahaan ini."
Mendengar perkataan Khaira, membuat wajah Arrion langsung berubah menjadi serius. Arrion pun berjalan mendekat kearah wanita berhijab itu, membuat Khaira sedikit ketakutan dan memundurkan langkahnya.
"Aku rasa Pak Salman merekomendasikan kamu menjadi GM di kantor pusat ini, Karena ia tahu, jika kamu bukan orang yang bodoh Nona Khaira. Jadi apa kamu lupa, kalau kamu sudah menandatangani perjanjian kontrak? Di sana tertulis jika kamu bersedia bekerja di kantor pusat ini. Jadi, jika seandainya kamu melanggar dan memutuskan kontrak secara sepihak, saya rasa kamu pasti tahu, apa konsekuensinya."
Khaira pun terdiam. Ketika Arrion mengingatkannya tentang perjanjian kontrak, yang sudah ia tanda tangani. Di perjanjian itu tertulis, jika ia menolak bekerja di perusahaan tersebut, ia akan mendapatkan sanksi berupa denda. Dengan jumlah uang yang sangat fantastis.
"Ternyata Anda sangat licik. Saya menyesal sudah menerima tawaran jabatan ini. Jika seandainya saya tahu perusahaan di Kairo itu adalah milik Anda. Saya tidak akan pernah mau bekerja di sana." Khaira pun meluap kan amarahnya. Ia tidak mungkin menyalahkan takdir. Karena ini sudah ketentuan yang diberikan oleh Tuhan.
Dua tahun ia bekerja di Kairo. Bermaksud ingin melupakan kejadian buruk yang ditorehkan oleh Arrion di masa lalu. Namun, siapa yang menduga, jika perusahaan tempat ia bekerja selama ini adalah milik dari pria itu.
"Terserah apa yang kamu katakan Nona Khaira, tapi yang pasti kamu tidak bisa berhenti seenaknya saja. Karena perusahaan juga punya aturan. Jadi bersikap lah secara profesional. Jangan mengecewakan Pak Salman yang sudah merekomendasikan kamu. Jadi Tolong kamu pisahkan antara masalah pribadi dan juga pekerjaan."
Arrion berniat ingin berjabat tangan dengan wanita itu, tapi dengan cepat kaira menolaknya.
"Kenapa? Aku ingin kita berdamai dengan kejadian buruk di masa lalu dan aku harap kita bisa bekerja sama Nona Khaira." Arrion menatap wanita itu dengan lekat. Membuat Khaira jadi salah tingkah, lalu membuang pandangannya.
"Kita bukan mahram, jadi tolong jangan menyentuh saya."
Arrion mengerutkan keningnya. Karena ia seorang ateis. Jadi tidak tahu apa itu mahram. Namun, ia sama sekali tidak mempedulikannya.
"Saya tidak tahu apa itu mahram, tapi kamu jangan khawatir. Saya berjanji tidak akan menyentuh kamu dan saya harap kamu bisa menunjukkan prestasi, selama bekerja di perusahaan ini."
Mendengar perkataan Arrion, membuat Khayra merasa tertantang. "Baik, Saya akan bekerja di perusahaan ini secara profesional. Saya harap setelah ini, Anda jangan pernah mengganggu hidup saya lagi. Karena hubungan kita hanya sebatas pekerjaan. Permisi."
Akhirnya Arrion membiarkan wanita itu pergi. Khayra masih mau bekerja di perusahaannya saja, ia merasa sangat bersyukur. Karena itu adalah kesempatan baginya untuk mendekati wanita itu dan menebus kesalahan yang pernah ia perbuat.
***
Saat ini Khaira sudah kembali ke ruangannya. Pikiran wanita itu benar-benar tidak tenang. Pertemuannya dengan Arrion tadi mampu mengacaukan konsentrasinya dalam bekerja.
"Tuhan, kenapa aku harus dipertemukan lagi dengan pria itu? Tujuh tahun bukan waktu yang singkat, untuk aku melupakan kejadian yang sangat memalukan. Kenapa harus dia yang menjadi atasanku? Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Khaira hanya diam, sambil memikirkan pertanyaan-pertanyaan yang dari tadi bergulat di dalam benaknya.
Wanita itu pun menghela napas panjang. Membuang rasa sesak, yang membuatnya sulit untuk menghirup udara dalam-dalam.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Sudah saatnya Khayra serta pegawai yang lain untuk pulang. Namun, wanita itu masih bergelut dengan pikirannya sendiri. Hingga Pak Leo datang membuka pintu ruangan itu.
"Sedang memikirkan apa, Bu Khayra?" tanya Leo, seketika membuat Khayra tersadar.
"Eh, Pak Leo. Bukan apa-apa kok, Pak." Khayra pun berusaha menyibukkan diri. Supaya Leo tidak merasa curiga kepadanya.
"Hmm, ya sudah. Ayo, sekarang kita pulang, Ibu Khaira. Soalnya sudah waktunya pulang," ajak Leo.
"Oh iya, Pak. Saya juga mau siap-siap pulang," balas Khaira dengan senyuman ramahnya.
Setelah menyelesaikan peralatannya, Khayra bergegas menuju parkiran, untuk mengambil sepeda motor yang akan ia kendarai. Tanpa ia sadari, ada dua pasang mata yang sedang memperhatikan gerak-geriknya dari kejauhan.
"Kamu yakin itu orangnya?"
"Iya, Pak. Saya sangat yakin. Wanita itu yang mengendarai sepeda motor ugal-ugalan pagi tadi. Saya ingat betul nomor plat-nya," Deni pun berusaha meyakinkan Arrion.
Arrion yang mendengar berita itu sangat kaget. Ia tidak menyangka wanita yang tadi pagi hampir membuatnya celaka adalah Khayra.
"Bagaimana, Pak? Apa saya temui saja wanita itu? Biar nanti saya beri pelajaran dia." Deni menawarkan diri kepada Arion, untuk menemui Khaira. Ia berniat ingin memberikan peringatan kepada wanita tersebut.
"Jangan, Deni! Lebih baik kita ikuti saja kemana dia pergi." Arrion sengaja mengatakan itu. Karena ia tahu ini adalah kesempatan baginya, untuk mengikuti Khayra dari belakang.
"Baik, Pak pak." Deni pun segera melajukan mobilnya, untuk membuntuti ke mana wanita itu pergi.
Tak lama kemudian, sepeda motor yang dikendarai Khayra pun terparkir di depan rumah yang terlihat sederhana. Namun, sangat nyaman untuk ditempati.
"Sepertinya dia sudah sampai di rumah. Lebih baik saya turun saja ya, Pak. Menemui wanita itu dan memberikannya peringatan," ucap Deni meminta izin kepada Arrion.
"Jangan! Kita pulang saja, Den, " perintah Arrion yang membuat Deni semakin bingung dengan sikap bosnya itu.
"Ternyata ini kediaman kamu Khayra. Aku sudah tidak sabar lagi menunggu besok pagi. Karena aku ingin sekali bertemu denganmu lagi." Arrion hanya diam, sambil berkata dalam hati. Seulas senyum pun terukir di wajah pria itu. Membayangkan mulai hari ini, ia akan bertemu dengan Khaira setiap hari.
Bersambung!