Bab 19

1145 Kata
Khayra sangat terkejut, ketika melihat seorang pria yang menarik tangannya secara paksa. Untunglah ia selalu mengenakan pakaian, yang bisa menutupi auratnya. Hingga tangan pria itu, tidak menyentuh kulitnya secara langsung. "Pak Arrion! Apa yang Anda lakukan? Kenapa Anda menarik tangan saya?" Ya, pria tersebut adalah Arrion. Ia bersikap seperti itu, karena merasa kesal. Ketika melihat Khayra yang begitu akrab, dengan pria lain. Setibanya di mobil, Arrion langsung membuka pintu mobilnya dan menyuruh Khayra untuk segera masuk. Namun, wanita itu menolak keinginan pria tersebut. "Pak Arrion. Anda mau membawa saya ke mana? Saya harus ke kantor sekarang. Masih banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan." Khayra menolak keinginan Arrion, karena ia terlalu takut untuk berdua dengan pria yang sudah melecehkannya. Karena perbuatan Arrion dulu, membuat Khayra merasa trauma, jika harus berdekatan dengan pria yang tidak begitu ia kenal. Itulah alasan kenapa sampai detik ini, wanita itu masih belum siap untuk membuka hatinya. "Masuklah, aku berjanji tidak akan menyakitimu. Aku hanya ingin kamu menemaniku hari ini," pinta Arrion sambil menatap lekat ke arah wanita itu. Sementara Khayra, ia berusaha mencari alasan. Supaya bisa terlepas dari pria itu. "Hmm, tapi Pak, saya sudah berjalan sama rekan-rekan yang lain untuk mengadakan rapat pagi ini. Saya tidak enak, jika harus membatalkan rapat tersebut." "Kamu tenang saja. Nanti aku akan menelepon Alia. Biar dia nanti yang mengatakan, jika kamu ada urusan bersamaku," jawab Arrion dengan santainya. Khayra tidak punya pilihan lain. Dengan sangat terpaksa, ia masuk ke dalam mobil pria tersebut. Saat ini di dalam mobil, hanya ada keheningan di antara mereka berdua. Sesekali Arrion melirik ke arah wanita itu. Sementara Khayra, ia hanya membuang muka, menatap ke arah luar jendela. "Siapa pria tadi?" Arrion menanyakan itu, karena ia masih merasa penasaran. Tentang hubungan Khayra bersama pria tersebut. "Teman," jawab Khayra singkat. "Benarkah itu? Hmm, aku bisa melihat, jika pria itu sepertinya menyukai kamu," ucap Arrion yang meluruskan pandangannya, fokus menghadap ke arah depan. Khayra merasa tidak suka. Ketika mendengar perkataan Arrion, yang seperti ingin mencampuri urusan pribadinya. "Saya rasa, itu bukan urusan Anda. Jadi, Anda tidak perlu mengetahui soal itu." Mendengar perkataan Khayra, Arrion langsung melirik ke arah wanita tersebut. Ingin sekali ia menjawab perkataannya, tapi ia urungkan niatnya itu. Hingga ia menghentikan mobilnya, di depan sebuah restoran. Ketika Khayra hendak protes, Arrion terlebih dahulu berujar. Membuat wanita itu terdiam, sambil menutup mulutnya. "Aku belum sarapan, temani aku makan," pinta pria itu lalu keluar dari dalam mobil. Khayra hanya bisa membelalakkan mata lalu menghela nafas panjang. Ketika melihat tingkah Arrion yang seenaknya saja. "Hmm, ternyata mau sarapan. Apa tidak bisa sarapan di kantor saja? Bukannya zaman sudah canggih, bisa delivery?" Khayra menggerutu pelan. Namun, samar-samar Arrion bisa mendengar perkataan wanita itu. "Jangan menggerutu. Aku hanya tidak ingin makan sendiri." Mendengar perkataan Arrion, membuat Khayra langsung menatap pria tersebut. Ia merasa tidak enak, karena Arrion bisa mendengar apa yang ia ucapkan. Akhirnya wanita itu pun mengikuti langkah Arrion yang sudah berjalan mendahuluinya. Tak lama kemudian, manajer restoran yang sudah mengenal Arrion, langsung datang menyambut kedatangan tamu VIP-nya "Selamat pagi, Pak Arrion. Selamat datang di restoran kami," sapa manajer itu dengan ramah. "Pagi." Arrion pun tersenyum simpul tanpa memandang ke arah manajer tersebut. "Ayo, Pak Arrion. Saya antar Anda ke meja makan." Setelah mengatakan kalimat itu, manajer tersebut mengantarkan Arrion dan Khayra ke salah satu meja kosong yang terletak di samping kolam ikan. Membuat suasana terasa nyaman dan mata disegarkan dengan rerumputan hijau yang tertata rapi. Pelayan pun datang mengantarkan buku menu, ke meja yang ditempati oleh Arrion dan Khayra. "Ini Pak, menu sarapan di restoran kami. Silahkan di pilih." Pelayan itu bersikap ramah kepada Arrion sambil menyodorkan dua buku menu yang ada ditangannya. "Baik," jawab Arrion lalu menatap ke arah Khayra. "Kamu pesan saja makanan yang kamu suka," pinta Arrion. "Maaf, bukan bermaksud menolak. Hanya saja, saya masih kenyang. Soalnya tadi sudah sarapan di rumah." Khayra mengatakan itu sambil menundukkan kepala. Karena wanita itu merasa tidak enak, jika harus bertatapan dengan Arrion langsung. "Jika kamu masih kenyang, makan sedikit saja. Temani aku makan." Khayra tahu, percuma ia melawan keinginan pria yang ada di hadapannya. Karena perkataan Arrion, terkadang sulit untuk dibantah. Tak lama kemudian, pesanan mereka pun datang. Arrion memesan sup ayam krim jagung dan secangkir kopi hitam. Sementara Khayra, ia memesan salad sandwich dan segelas air mineral. Walau merasa masih kenyang, wanita itu tetap berusaha menghabiskan makanan, yang ada di hadapannya. Apa yang dilakukan Khayra, tidak luput dari pandangan Arrion. "Katanya sudah kenyang, tapi makanan di piring kamu, sepertinya tidak bersisa." Arrion sengaja mengatakan itu, untuk menggoda Khayra. Supaya memecahkan keheningan di antara mereka. Khayra yang mendengar perkataan Arrion, langsung menghentikan acara makannya. Ia bermaksud ingin menjawab perkataan dari pria itu. "Mubasir kalau tidak dihabiskan. Karena di luar sana, masih banyak orang yang kelaparan. Mereka ingin makan, tapi tidak ada makanan yang terhidang. Jadi sebaiknya, segera habiskan makanan Anda," ucap Khayra yang masih bersikap formal kepada pria itu. Padahal selama ini, Arrion sudah berusaha mengakrabkan diri, dengan menyebut dirinya dengan panggilan, aku. Namun, Khayra seakan tidak menghiraukan panggilan tersebut. "Aku lagi tidak selera makan," jawab Arrion yang dari tadi hanya menghirup secangkir kopi, lalu mengaduk-ngaduk sup yang ia pesan. Khayra yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya. "Kopi tidak bagus untuk lambung Anda. Sebaiknya, makanlah," pinta Khayra. Namun, Arrion hanya diam saja tidak menanggapi perkataan wanita itu. Membuat Khayra berusaha untuk memahami keadaan pria tersebut. "Saya tahu, sekarang Anda sedang berduka, atas meninggalnya kakak perempuan Anda. Saya juga turut berbelasungkawa. Namun, Anda jangan menyiksa diri seperti ini. Saya yakin, jika kakak Anda mengetahui hal ini, ia akan merasa sangat sedih dan tidak tenang di sana." Mendengar perkataan Khayra, membuat hati Arrion seketika menghangat. Apalagi di saat wanita itu mengatakan, jika kakaknya akan sedih. Ketika melihat Arrion bersikap seperti ini. "Terima kasih atas nasehat yang kamu berikan, Khayra. Saat ini, aku hanya butuh seseorang yang bisa menemani serta mengusir rasa sedihku. Mendengar perkataan mu, mampu menenangkan hatiku." Arrion pun tersenyum hangat menatap wanita itu, lalu ia memaksakan diri untuk melahap makanannya. Khayra yang ditatap Arrion seperti itu, entah mengapa tiba-tiba ada perasaan aneh yang mengalir di sekujur tubuhnya. Hingga tanpa ia sadari, satu kalimat terucap di dalam hatinya. "Kenapa dia terlihat sangat tampan?" Seketika Khayra tersadar saat mengucapkan kalimat itu. Karena selama ini, ia belum pernah memuji ketampanan makhluk berlawanan jenis, yang ia temui. "Astagfirullah," ucap wanita itu, membuat Arrion menghentikan makannya. "Ada apa Khayra? Kamu kenapa?" tanya Arrion dengan nada khawatir. Wanita itu pun jadi salah tingkah. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke toilet. "Tidak apa-apa, Pak Arrion. Ya sudah, silahkan Anda teruskan makannya. Saya permisi, mau ke toilet dulu." Setelah mengucapkan kalimat itu, Khayra langsung beranjak dari kursinya. Ia pun menanyakan kepada pelayan, di mana keberadaan toilet di restoran tersebut. Saat ini, wanita itu sudah berada di dalam toilet sambil menahan jantungnya yang berdegup kencang. "Ada apa denganku? Kenapa aku seakan terhipnotis, ketika melihat senyum pria itu?" Deg! Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN