Saat ini Khayra sudah berada di kamar hotelnya untuk melepas lelah. Tak lupa ia menelepon uminya, memberitahukan jika ia sudah sampai di kota Surabaya.
"Ya, Nak. Kamu jaga diri selama berada di sana. Jangan lupa jaga kesehatanmu juga." Salma berpesan kepada putrinya.
"Iya, Umi. Insyaallah Khay akan selalu ingat pesan Umi," jawab wanita itu.
Setelah bertelepon dengan uminya, Khayra segera mempersiapkan diri. Karena setelah ini, ia akan mengecek keadaan hotel yang ditempatinya sekarang.
***
Sementara Arrion, dari tadi pria itu asyik menatap layar ponselnya, sambil mencari tahu tentang kebiasaan seorang muslim dalam menunaikan ibadah puasa.
"Oh jadi mereka akan berpuasa mulai dari subuh hingga dikumandangkannya adzan Maghrib." Arrion pun menghitung dengan menggunakan jari, berapa lama waktunya Khayra menjalankan ibadah puasa.
"Wow! Lebih kurang 13 jam dia tidak makan dan juga tidak minum. Hmm, tapi kenapa dia terlihat biasa-biasa saja? Tidak ada raut wajah lemas atau tidak bertenaga yang tunjukkan oleh wanita itu.
Arrion pun semakin kagum dengan Khayra. Hingga ia berniat ingin menyiapkan makanan spesial, untuk wanita itu berbuka nantinya.
***
Saat ini Arrion, Khaira serta Tomi yang merupakan kepala manajer di hotel tersebut. Sedang berkeliling untuk melihat-lihat fasilitas yang ada di hotel itu. Khayra bermaksud ingin mencari tahu apa penyebab hotel, yang merupakan salah satu bisnis dari perusahaan Jaya Lie Group. Mengalami penurunan jumlah pengunjung yang cukup signifikan.
"Hmm, saya rasa konsep hotel ini terlalu monoton Pak Tomi. Mungkin itu salah satu penyebab hotel kita kurang diminati oleh pengunjung," ucap Khayra memberikan pendapat.
Tomi pun mengangguk menyetujui perkataan dari wanita itu. Sementara Arrion, dari tadi ia sibuk dengan ponselnya. Karena Alia terus saja menelepon, meminta pria itu untuk segera memeriksa dokumen-dokumen penting yang ia kirim melalui email.
"Saya sependapat dengan Anda, Bu Khayra. Jadi konsep seperti apa menurut Anda yang bagus? Supaya bisa menarik minat —"
"Pak Tomi, Nona Khayra, tunggu!" teriak Arrion. Membuat Tomi dan Khayra yang sedang asyik berbincang-bincang dan berjalan mendahului pria itu, menghentikan langkah mereka.
"Iya, Pak Arrion ..., ada apa?" tanya Tomi yang sudah membalikkan tubuhnya menghadap ke arah pria itu.
"Saya mau mengatakan ..., kalau saya tidak bisa bersama kalian untuk melakukan survei, terhadap hotel ini secara langsung. Karena ada pekerjaan yang harus segera saya selesaikan," jawab Arrion.
Mendengar perkataan pria itu ..., membuat Khayra sedikit lega. Karena akhirnya ia bisa bekerja dengan tenang, tanpa diikuti oleh pria tersebut.
"Oh ya, Bu Khayra. Kembali ke pembicaraan kita barusan. Jadi bagaimana menurut pendapat Anda? Konsep yang cocok untuk kita terapkan di hotel ini. Supaya bisa menarik minat pengunjung," ucap Tomi menanyakan hal itu lagi, karena perkataannya sempat terpotong. Saat Arrion meneriakkan namanya.
Khayra menjelaskan apa yang ada di dalam pikirannya. Sebuah konsep tentang kenyamanan keluarga, yang ingin ia terapkan di hotel tersebut. Wanita itu juga ingin ada sedikit renovasi serta inovasi. Dalam menciptakan suasana yang nyaman. Membuat setiap pengunjung yang datang, merasa betah untuk berlama-lama menginap di sana.
Tomi pun merasa senang. Karena ia sependapat dengan apa yang disampaikan oleh wanita, yang sedang bersamanya saat ini. Mereka pun berniat, jika besok akan menggelar rapat untuk mendiskusikan rencana ini lebih lanjut.
Setelah melakukan survei dan berbincang-bincang cukup lama, dengan kepala manajer hotel tersebut. Khayra memutuskan untuk kembali kembali ke hotel. Namun, di saat ia sedang berjalan, ponselnya berdering. Ketika melihat itu adalah panggilan dari Qidam, Khayra segera menghentikan langkahnya. Karena ia ingin menjawab panggilan telepon tersebut.
***
Sementara Arrion, saat ini ia sedang berkutat dengan layar laptopnya. Dengan cekatan pria itu memeriksa beberapa dokumen yang dikirimkan oleh Alia sekretarisnya.
Hingga tidak terasa, jam pun menunjukkan pukul lima sore. Arrion teringat, jika sebentar lagi Khayra akan segera berbuka puasa. Mengetahui hal itu, dia pun bergegas untuk menyiapkan semua keperluannya.
Arrion merasa puas. Ketika melihat bermacam-macam hidangan berjajar rapi, di meja makan yang ada di restoran tersebut. Ia sengaja menyiapkan banyak makanan. Karena ia tidak tahu, makanan apa yang disukai oleh gadis itu.
"Perfect." Arrion pun menatap kagum, atas apa yang ia lakukan. Ia berharap, semoga Khayra suka dengan kejutan yang ia berikan.
Arrion pun menelpon wanita itu ..., meminta ia untuk segera datang, ke restoran sekarang. Namun, berkali-kali ia menelepon. Hanya panggilan sibuk yang didengarnya.
"Sebenarnya wanita itu sedang berbicara sama siapa? Kenapa ia lama sekali menelepon?" Arrion bertanya dalam hati, sambil memasang raut wajah kesal.
Entah berapa kali ia menelepon. Namun, telepon wanita itu masih tetap sibuk. Akhirnya Arion pun memutuskan untuk mencari keberadaan Khayra.
Saat ini, Arrion sedang berjalan mengelilingi hotel, untuk mencari keberadaan wanita itu. Hingga tanpa sengaja matanya menatap punggung seorang wanita, yang sedang asyik menelepon sambil berdiri detik.
"Iya, Kak Qidam. Khay akan selalu ingat pesan Kakak. Terima kasih ya, karena Kak Qidam sudah sangat baik, sama Khay." Khayra mengatakan itu sambil tersenyum. Ia pun berbicara dengan lemah lembut terhadap Qidam. Sangat berbeda ketika ia sedang berbicara dengan Arrion.
Samar-samar Arrion mendengar pembacaan Khayra melalui telepon. Ada perasaan tidak suka, saat mengetahui jika wanita itu sedang berbicara dengan makhluk berlawanan jenis.
"Sebenarnya dia sedang berbicara dengan siapa? Kenapa caranya berbicara sangat berbeda ..., ketika ia berbicara denganku?' tanya Arrion yang merasa penasaran.
Melihat Khayra sudah menutup panggilan telepon tersebut, dengan cepat Arrion langsung bersembunyi. Ia tidak ingin wanita itu tahu, jika barusan ia menguping pembicaraannya lewat telepon.
Pria itu pun memutuskan untuk menelepon Khayra. Bermaksud menyuruhnya untuk segera datang ke restoran. Tepatnya ke meja yang sudah ia pesan, yang berada di hotel tersebut.
Awalnya wanita itu mengabaikan panggilan telepon, ketika mengetahui jika itu adalah panggilan telepon dari Arion. Melihat hal itu, Arrion yang mengikutinya dari belakang, merasa sangat kesal.
"Sepertinya dia sengaja mengabaikan panggilan telepon dariku," ucap Arion, lalu menelepon wanita itu lagi. Hingga membuat Khayra kesal dan memutuskan untuk mengangkat panggilan telepon tersebut.
"Halo! Ada apa Anda menelepon? Jika bukan karena masalah penting, sebaiknya Anda jangan menelepon." Khayra mengatakan itu ..., dengan nada tegas.
"Tidak bisakah kamu berbicara sedikit manis, kepadaku Nona Khayra? Kenapa setiap kali aku mendengar kamu berbicara, hanya nada marah yang kamu berikan?" tanya Arrion meminta penjelasan.
Khayra pun menghela nafas, saat mendengarkan perkataan dari pria itu. Saat ini ia berusaha untuk menahan emosinya. Supaya tidak terpancing. Mengingat sekarang, ia sedang menjalankan ibadah puasa. Khayra tidak mau puasanya sia-sia. Hanya menahan haus dan lapar, akibat perbuatan Arrion.
"Bapak Arrion yang terhormat. Anda tahu 'kan, kalau Saat ini saya sedang berpuasa? Jadi tolong, jangan memancing emosi saya. Saat ini saya tidak ingin berdebat dengan Anda. Karena saya tidak mau pahala puasa saya berkurang, akibat ulah Anda." Khayra mengatakan itu ..., sambil menahan rasa kesalnya, saat menghadapi makhluk yang sangat menyebalkan seperti Arrion.
"Justru itu, Nona Khayra. Aku ingin mengajakmu untuk berbuka puasa. Aku harap, kamu jangan menolak tawaran ku hari ini ya," pinta pria itu.
"Terima kasih, tapi Anda tidak perlu repot-repot melakukan itu semua. Karena —"
Ketika Khayra hendak menjawab perkataan dari pria itu ..., tiba-tiba Arrion muncul dari belakang, sambil meletakkan ponsel di telinganya.
"Hai, Nona Khayra. Tidak disangka ya, kita bertemu di sini." Arrion sengaja mengatakan itu ..., supaya Khayra tidak menaruh curiga, jika sebenarnya ia mengikuti wanita itu dari belakang.
Sementara Khayra, ia hanya bisa menghela nafas. Saat mengetahui jika pria yang baru saja meneleponnya, kini sudah berada di hadapannya.
"Dia lagi, dia lagi. Kenapa aku harus bertemu dengan dia lagi?" tanya Khayra dalam hati, sambil memasang tampang wajah cemberut.
"Ayo Khayra ..., kita ke restoran sekarang. Bukannya sebentar lagi kamu akan berbuka puasa?" tanya Arrion.
Ketika wanita itu hendak menolak, tiba-tiba suara adzan Maghrib berkumandang. Hingga membuat Khayra tidak punya alasan lain, untuk mengikuti langkah Arrion dari belakang.
Tak lama kemudian, kedua orang tersebut baru saja tiba, di meja restoran yang dimaksud. Khayra sangat terkejutnya. Ketika melihat bermacam-macam hidangan yang begitu banyak, berjajar di atas meja makan tersebut.
"Kenapa makanannya banyak sekali? Apa jangan-jangan, Anda ingin mengundang semua pengunjung hotel, yang berada di sini?" tanya Khayra sambil menggelengkan kepala.
Seketika Arrion terdiam. Saat mendengar jawaban dari wanita itu. Ia pun berusaha mencari jawaban yang pas. Supaya wanita itu tidak marah, saat mendengarkan alasannya.
"Ini karena, aku ingin menghormati agamamu dan kamu yang sedang menjalankan ibadah puasa, Nona Khayra. Aku memesan makanan sebanyak ini, karena aku tidak mengetahui, makanan apa yang kamu suka. Itulah alasan, mengapa aku pesan saja semua makanan yang menurutku enak," jawab Arrion berusaha jujur."
"Asal Anda tahu. Banyak orang di luar sana yang merasakan kelaparan. Mereka ingin makan dan minum. Namun, mereka tidak bisa melakukan itu dengan sepuasnya. Jadi sebaiknya, Anda tidak perlu melakukan hal-hal mubasir seperti ini."
Deg!
Bersambung.