- 09 -

1889 Kata
"Nayla enggak mau ketemu atau ngomong sama lo." Devin menoleh padaa Nayla yang duduk di meja paling pojok di dekat dinding kaca membuang padangan keluar. Ia kembali memandangi pada Ria, kemudian menghela napas berat. "yaudah kalau dia gak mau ketemu gue." ujar Devin tidak mau memaksa. "Kenapa lo tega banget sama Nayla, Vin?." Tanya Ria padanya. "Maksud lo?" "Lo tau kalau Nayla suka sama lo, dan lo welcome sama dia. Lalu sekarang? lo malah nikah sama orang lain, lebih parahnya lagi lo enggak cerita sama kita-kita tentang pernikahan lo." Devin menghela napas beratnya, memandangi Ria dengan bingun dang juga merasa bersalah. Ia terlalu bahagia Bersama istrinya sampai ia melupakan teman-temanya itu. Ia bukan tidak mau mengundang, tapi acara mereka cukup terbatas dan sangat sederhana, lagi pula sedikit dadakan, dan teman-temanya sedang berlibur di Kalimantan saat itu. "sorry untuk hal itu, bukan gue enggak mau cerita. Tapi, emang semuanya dadakkan. lagian acara gue enggak besar, hanya keluarga inti saja kok." Jelas Devin jujur, baru saja hendak kembali membuka mulut untuk protes, Ria terpaksa harus menutup kembali karena ponsel Devin tiba - tba berbunyi. "gue cabut deh." pamitnya saat melihat nama istrinya muncul di layar ponselnya. "sampein permintaan maaf gue sama Nayla." lanjutnya sebelum balik badan dan pergi. Ia sempat menoleh lagi pada Nayla, tap gadis itu malah membuang muka membuat ia menghela napa dan kemudian memutuskan untuik pergi dari café tersebut meninggalkan Ria yang juga kembali ke Nayla. Ia hanya datang untuk bertemu dengan Nayla, ingin bicara dari hati kehati dan meminta maaf atas sikapnya yang seolah memberi harapn pada gadis itu. Padahal ia benar-benar tidak bermkasud seperti itu. Dan jika memang Nayla tidak mau berbicara dia juga tidak akan memaksa, toh bukan hak nya juga untuk menjelaskan apapun yang sedang terjadi sekarang. Mereka tidak memiliki hubungan apapun baik dulu atau sekarang, ia dan Nayla hanya lah sebatas teman. Nayla mau atau tdak berbiacara dengannya , itu juga gadis itu. Dan ia tidak akan memaksa, mungkin bias lain kali. Toh, Nayla tidak sediri ada teman-temanya yang lain. Maka, ia memilih untuk pergi tanpa menoleh lagi kebelakang. *** Dari kejauhan, Arvin memandangi sosok Bilqis yang baru saja keluar dari dalam kelas, Bersama dengan seorang temannya sambal mengobrol seru dan terlihat menyenangkan. Ia masih tidak percaya, jika gadis yang sejak awal sudah menaril perhatiannya ternyata sudah dimiliki oelh lelaki alian bahakan ia sama sekali tidak punya kesmpatan untuk mendekatinya. huft Sebuah helaan napas kasar ia lepaskan begitu saja, ia baru mengalihkan pandangan dari sosok Bilqis saa gadis itu masuk kedalam musholla kampus yang terletak di dekat fakultas sastra. Dan sedikit terkejut saat ia membuang pandangan ke arah lain ia mendapati sosok Kyla sedang mentap tajam padanya. Gadis itu pasti sudah memperhatikan nya sejak tadi. Maka, yang ia lakukan adalah langsung memilih pergi tanpa memperdulikan si artis yang sedang di puncak popularitasnya saat ini. Sebenarfnya, ia sudah mengenal Kyla sejak lama, sejak merka masih di Sekolah Menengah Pertama, dan ia dan Kyla bukan dua orang yang bisa di satukan. "Lo, masih mau deketin Bilqis.?" tanya Kyla begitu ia akan melewati dan di tahan dengan pertanyaan tersebut. Ia memandangi Kyla dengan malas, tanpa menjawab ia langsung melangkah pergi. Tapi, pertanyaan selanjutnya membuat langkahnya kembali berhenti pergi. " Lo, masih enggsk inget sama Bilqis? anak SD yang dulu sering lo ganggun dan juga lo palakin di sekolah?." Ia langsung menoleh pada Kyla yang menatapnya dengan tatapan meremehkan. Dahinya mengerut heran dan juga penuh tanda tanya. " ya, dia sepupu gue yang dulu sering lo caperin." kepalanya langsung dengan cepat memproses memori yang di katakana Kyla barusan, dan langsung tersentak sendiri saat ia mengingat hal tersebut. Mana mungkin ia lupa pada anak SD yang di maksud KYla barusan. Hatinya semakin nyeri mengetahui fakta tersbut, membuatnya langsung berbalik pergi tanpa memperdulikan Kyla lagi. Di kepalanya sekarang terus memutar memori yag memang tidak pernah ia lupakan semasa ia hidup. Waktu itu ia masih kelas Sembilan, di pertama kali ia merasa kalau ia telah puber. Kejadian itu tidak pernah bisa ia lupakan. Saat itu ia baru pulang habis latihan Basket di sekolah, lalu melihat seorang gadis kecil sedang mengobrol dengn seekor kucing di pinggir jalan. " halo kucing manis, kamu lapar ya? ini tadi aku beli makanan buat kamu." Arvin menghentikan langkahnya tidak jauh dari sana. Ia memilih untuk duduk di trotoar jalanan melihat aneh pada si gadis kecil itu. "aku manggil kamu siapa ya enaknya, si bintik" Ia nyaris menyemburkan tawanya mendengar ucapan barusan. Membuat Bilqis menoleh padanya dan Arvin menyunggingkan senyum meledek. "namanya aneh" ucapnya. Gadis kecil yang masih mengenakan seragam merah putih itu memandanginya dengan aneh, Dan yang membuatnya heran juga syok adalah saat anak perempuan yang ia akui cantik itu mengabaikannya dan lanjut mengobrol dengan kuncing kampung yang memiliki bulu berwarna putih dengan corak bintik - bintik hitam. "aku pulang dulu ya, kita jumpa lagi besok. makanannya di habisin.. dadah bintik." Arvin hanya bisa memperhatikan anak itu dengan sebal bahkan memandangi kepergian gadis kecil itu dengan tajam. Dan ia sama sekali tidak menyangka jika besoknya ia malah mendapati diri kembali kesana dan tidak menemukan gadis kecil itu lagi. Sampai beberapa hari kemudian ia malsh menmukan si gadis kecil itu di kantin sekolahnya saat menemui Kyla saat itu. Dan ia malah jadi pengecut dengan menjadi anak bandel dan selalu mengganggu sejak tau kalau mereka di lingkungan yang sama karena SD dan SMP tempatnya bersekolah dalam lingkungan yang sama. Berkat aksinya juga ia tau nama anak itu, Bilqis. Gadis kecil itu membuat kegiatan sekolahnya semakin bersemangat dan seru kala itu. Tapi setelah ia lulus, ia tidak pernah lagi bertemu dengan Bilqis dan ia juga tidak mau menanyakannya pada Kyla apalagi Devin, ia hanya mendapat informasi dari teman Bilqis, kalau setelah lulus SD, ternyata gadis itu meneruskan ke pesantren di Aceh. Lalu kembali di pertemukan di saat mereka dewasa sekarang. Dan bisa, bisanya ia tidak mengenali gadis itu adalah si cinta pertamanya dulu. Tapi, sudah tidak lagi berguna karena gadis itu sudah menjadi milik orang lain. Ia tidak bisa mewujudkan tujuan nya lagi sekarang. Dan, pantas saja ia merasa tidak asing dengan sosok Bilqis saat pertama kali melihatnya. Ternyata dia memang sudah mengenalinya seja dulu. Kenapa gue b**o banget!. Batinnya sendiri. *** Bilqis tidak terlalu memperdulikan bisik-bisik mahasiswa atau mahasiswi ketika ia duduk di kantin hendak menemani Fiony dan Kala, makan siang. Gosip, tidak. Berita tetang statusnya dan Devin beredar begitu saja dengan sangat cepat. Dan ia dan Devin menjadi perbincangan hangat sejak dua hari yang lalu. Dan ia sama sekali tidak mau mengambil pusing akan hal tersebut, walau terkadang ia pernah mendengar persepsi yang tidak benar. "Kala, kita cari tempat lain yuk." Tiba-tiba Fiony teman yang duduk di sebelahnya berdiri dan mengajaknya pindah. "Lho, kenapa? Tadi kamu katanya mau makan bakso." Ujarnya merasa heran. "Udah gak pengen." Jawab Fiony melirik sekitar. Ia langsung mengerti dengan maksud temannya itu. Kemudian ia mengulum senyum pada Fiony. "Gapapa kok, aku gak pernah ambil pusing." Ujarnya menjawab apa yang terpikirkan oleh Fiony. "Tau, nih!. Lagian kenapa sih?!" Kata Kala dengan suara volume yang sengaja ia besarkan. Dan ujung matanya melirik pada sudut meja sana pada sekumpulan kakak senior yang sejak tadi terdengar mencibir temannya dengan sok tau dan sesuka hati mengatakan jika, Bilqis bukan perempuan baik-baik. "Gue sih, gak heran kalau Kak Devin itu cinta mati sama Lo, Bil.! Secara Lo itu cantiknya luar dalam!." Ujar Kala lagi dengan volume yang sama. Ia sedikit terkejut dan meminta Kala untuk diam. Tapi, Kala yang memang suka sekali menjeling balik orang-orang yang bisanya cuma ngomong dibelakang. "Kala, udah." Bilqis meminta Kala untuk menyudahi semuanya. Ia hanya mengulum senyum, pada Kala yang mendengus sebal dan Fiony hanya mengelus pundak Kala mencoba untuk menyabarkan sahabatnya itu. Ia ikut melirik pada sekumpulan kakak senior yang memicing matanya dengan tajam padanya. Tapi, ia sama sekali tidak takut. Hanya bersikap santai saja. Ia bukan lah perempuan yang lemah dan menciut pada orang yang mencoba mengintimidasinya. Ayah nya mengajarkan untuk berani pada lawan. Jangan pernah takut jika tidak melakukan salah apapun. Dan sampai sekarang ia masih menerapkannya dengan baik. *** Devin menghentikan mobilnya di depan loby kampus, dan tersenyum lebar saat melihat istrinya muncul dari dalam lobi bersama dengan Kala dan seorang laki-laki yang ia kenal sejak Bilqis kuliah. "Heh! Jauh-jauh dari istri gue!." Kata Devin mendelik sebal pada Pandu yang mendekati istrinya. "Apaan sih, ada jarak nih!." Kata Pandu menunjukkan jarak. Bilqis hanya menggeleng dengan kelakuan suaminya. Ia kemudian memilih untuk acuh dan berpamitan pada Kala. "Kal, Kak Pandu, aku duluan ya." Pamitnya. "Iya, Bil." Jawab mereka berdua. "Ayo, Bang. Kal, Kak Pandu, assalamualaikum." "Waalaikumsalam." Ia dan Devin langsung masuk kedalam mobil setelah mendapatkan balasan salam dari Kala dan Pandu. "Kok cuma bertiga? Fiony mana?." Tanya Devin saat mereka sudah akan jalan. "Udah pulang duluan tadi." Jawab Bilqis. Ia hanya ber oh tanpa suara, lalu melajukan mobilnya meninggalkan pelantaran kampus. "Abang habis dari mana?." Tanya Bilqis memulai obrolan. "Cafe." Jawabnya. "Terus tadi mau nemui Nayla. Tapi, dia gak mau ketemu Abang. Yaudah, akhirnya Abang pergi deh jemput kamu." Bilqis mengangguk saja, tidak berniat untuk menanyakan lebih lanjut. "Abang udah makan?." "Belum." Jawab Devin tersenyum manis. "Kita makan di luar ya." Ajaknya. "Masakan Bil, enggak enak ya?". Tanya Bilqis menatapnya. "Eh, mana ada. Masakan kamu enak kok. Enak banget malah. Kenapa nanya gitu?." "Abang mau makan di luar." Jawab Bilqis. "Bukan gitu, Abang cuma lagi pengen aja makan berdua sama kamu di luar." Jawab Devin merasa salah tingkah. Bilqis terkekeh sendiri melihat sikap suaminya yang terlihat bersalah. "Bil, bercanda kok." Jawabnya kemudian membuat Devin menghela napas kasar sekaligus lega. Lalu menoleh padanya sebentar. "Abang kalau mau makan di luar, ayo. Tapi, Bil yang pilih tempatnya ya." Lanjutnya lagi. "Boleh, terserah adek aja deh. Abang mah ngikut aja." Jawabnya. Bilqis hanya mengulum senyum kecilnya. "Emangnya Abang mau makan apa?." "Ayam bakar." Jawabnya. Bilqis mengangguk-ngangguk paham dan mulai mengingat-ngingat tempat makan dengan ayam bakar enak menurutnya. "Makan di restoran dekat rumah aja gimana? Warungnya Pak Rahmat." Tawarnya. "Boleh." Jawab Devin dengan sama sekali tidak keberatan. "Oh ya, gimana kuliah kamu hari ini?. Masih banyak yang mengganggu kamu?." "Kuliah aku lancar." Jawab Bilqis. " Yang ganggu sih enggak ada, cuma yang mgomongin banyak." Devin langsung tertawa mendengar jawaban selanjutnya itu. "Fans Abang banyak juga ya di kampus. Mana cewek semua lagi." Devin bukannya berhenti malah semakin tertawa puas. Matanya mengerling jail pada sang istri yang memang terdengar menyindirnya. "Ya... Gimana ya... Namanya juga orang ganteng!. Jadi wajarnya banyak fans." Jawab Devin dengan penuh percaya diri. Bilqis hanya bisa menggeleng kepala pasrah akan sifat suaminya itu yang memang tidak berubah sejak dulu. "Tapii..." Devin meraih tangannya tiba-tiba membuat ia menoleh. " Cuma kamu kok yang ada di hati Abang. " Lanjut Devin dengan senyuman paling manis. "Yang benerrr?". Tanya Bilqis menyembunyikan hati yang berbunga. "Serius deh! Abang itu cuma cinta sama Bilqis seorang. Sejak dulu sampai sekarang, dan selamanya." Jawab Devin. "Kok aku gak percaya ya." Devin langsung terkejut. Ia menghentikan laju mobil di lampu merah. "Kok gitu?!". Protes Devin dengan cemberut. "Ya, kalau Bil, percaya sama Abang. Rukun iman,. Bil. Nambah dong!." Jawab Bilqis. Devin mendengus mendengar candaan istrinya yang receh tapi membuatnya cemas. Sedangkan Bilqis hanya mengulum senyum gemas melihat raut wajah merajuk suaminya. "5/10." Tawa Bilqis langsung lepas, mendengar nilai jokesnya yang di berikan oleh suaminya itu. Halooo... Haiiii..... Maaf ya baru bisa lanjut ceritanya. dan Insyaallah akan up setiap hari mulai sekarang.... tapi, gak bisa janji juga sih... heheh
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN