“Argh... Bara, tahaaaan!!” “Nggak, bisa! Aaaarrrgghh...” Keduanya terjebab di rawa-rawa pinggir kompleks. Biasa digunakan orang sekitar untuk memancing. Bukan tempat penampungan sampah. Tetapi airnya berlumut hijau sehingga tampak menyeramkan. “Bara!! Jijik banget gue!” Adel berteriak. Adiknya menimpa badannya. Keduanya terlempar jauh sedangkan kursi roda jatuh di bawah dinding rawa-rawa. Bara tergelak. Meskipun badannya lumayan sakit. Dia melihat kakaknya penuh lumpur di bagian tubuhnya. Di wajah dan kepala tak ketinggalan. “Kepala lo, kak, banyak lumutnya.” Ucapnya. Adel mengusap wajahnya sehingga lumpur makin melebar. Begitu juga dengan kepalanya. Dia mengambil lumut dan melempar adiknya. “Bara!!” Dia berteriak. Bara berdiri, rawanya lumayan dalam. Sepinggang, dia melirik kakaknya y