Tubuhku serasa kaku, melihat Frisly dimarahi oleh Frans membuatku takut dan ingin rasanya kabur dari rumahnya, para wanita di sana juga menundukkan kepalanya, sebegitu seramkah Frans Dewandana?! Sebenarnya apa yang diucapkannya?! Kenapa Frisly hanya diam saja saat dimarahi olehnya?! Aneh. "Huft ... ada masalah apa sih?! Membuat takut saja," gugupku berjalan ke kanan balik ke kiri. Setelah menunggu agak lama, Frisly mendekatiku dengan wajah muram. "Eh, bagaimana, Fris?! Apa ponselku diberikan padamu?!" tanyaku antusias. "Tidak! Jangankan memberi ponsel, bicara padaku saja dia malas! Yang ada malah marah-marah!" jawab Frisly, tampak murung raut mukanya. "Kenapa? Bukankah beberapa hari yang lalu kau begitu ceria? Apa yang diucapkannya? Santai, Sayang," tanyaku memegangi pipinya. "Dia mema