Aku keluar menghirup udara segar, ucapan Frans, yang kadang menyakiti hatiku berusaha aku lupakan, Meisya yang pantas buat dia, bukan aku. Saat menatap ponsel, tanpa sengaja aku membaca pesan yang ternyata berasal dari Tante Varah. "Sayang, Tante sudah sampai di kota, om-mu baik-baik saja. Hanya saja ... dia masih belum bisa bekerja. Kakinya cedera ringan. Karena ingin dimanja, Tante terpaksa tinggal di sisinya untuk beberapa lama. Kau tidak apa-apa kan, Sayang? Tinggal di rumah Tante, sendirian? Bulan depan Tante pulang. Soal uang ... Kau bisa pinjam sama Frans. Setelah Tante pulang, biar Tante yang bayar. Yang pasti, jangan beritahu ibumu bahwa Tante tidak ada di sisimu. Kalau ibumu tahu, dia akan membenciku. Maaf, Sayang. Kau tahu masalah Tante, kan?" ucap Tante Varah dalam bentuk tuli